Sukses

Serang Israel, Iran Bakal Hadapi Risiko Pembatasan Perdagangan

Serangan balasan Iran ke Israel juga membuat mata uang Iran, Rial, anjlok ke rekor terendah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di pasar tidak resmi.

Liputan6.com, Jakarta - Serangan rudal dan drone besar-besaran Iran ke wilayah Israel pada Sabtu, 13 April 2024 memberikan risiko terhadap ekonomi Iran. Iran terancam risiko pembatasan perdagangan dan diplomatik.

"Perkembangan ini menandai serangan langsung pertama terhadap Israel dari wilayah Iran, dan Teheran kini menghadapi risiko terkena pembatasan perdagangan dan diplomatik lebih lanjut," tulis CNBC.com dikutip Selasa (16/4/2024).

Serangan balasan itu juga membuat mata uang Iran, Rial, anjlok ke rekor terendah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di pasar tidak resmi.

Menurut data dari situs pemantauan valuta asing Bonbast, nilai tukar berada pada 705.000 rial/USD di pasar terbuka sekitar pukul 10.30 waktu setempat pada Minggu, 14 April 2024.

Penurunan nilai Rial terjadi beberapa jam setelah Iran mengerahkan serangan drone dan rudal besar-besaran terhadap Israel, sebagai tanggapan atas dugaan serangan Israel yang menewaskan beberapa komandan penting Iran di Damaskus awal bulan ini. Adapun, Pemerintah Iran menetapkan nilai tukar resmi sebesar 42.000 rial/USD pada 2018.

Sebelumnya, mata uang Rial Iran sudah menghadapi tekanan dari inflasi yang sangat tinggi yang dipicu oleh sanksi AS yang diterapkan pada masa pemerintahan Donald Trump. Sanksi AS tersebut mengurangi penjualan beberapa ekspor utama Teheran – minyak mentah dan produk minyak.

Selain itu, Israel telah menyerukan pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB mengenai serangan Sabtu, 13 April 2024, sementara Biden telah meminta untuk mengadakan pertemuan G7 pada Minggu.

 

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Target Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 5% Sulit Tercapai Jika Perang Iran dan Israel Meluas

Sebelumnya, Ekonom Universitas Indonesia (UI) Bambang Beodjonegoro mengingatkan bahwa target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5% akan sulit dicapai, jika ketegangan di Timur Tengah antara Iran dan Israel meluas atau berlangsung lama.

“Kalau eskalasi ini (Iran dan Israel) menjadi lebih besar atau lebih lama dan menimbulkan kekhawatiran bagi banyak pihak, mungkin akan challenging ya target (pertumbuhan ekonomi) 5%, mungkin bisa terdorong ke bawah ke 4,6% atau 4,8%,” ungkap Bambang dalam diskusi daring bertajuk Ngobrol Seru Konflik Iran-Israel, dikutip Senin (15/4/2024).

Bambang menjelaskan, risiko itu didorong oleh gangguan dari keseimbangan eksternal ditambah dengan potensi kenaikan inflasi.

Seperti diketahui, sumber-sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat bergantung pada konsumsi dalam negeri.Maka satu-satunya agar pertumbuhan ekonomi masih bisa 5%, menurut Bambang, adalah dampak dari Pilkada.

“Tapi kalau melihat dampak dari Pemilu kemarin agak berbeda sama pemilu yang terakhir, karena saat ini sebagian besar orang (mengikuti kegiatan Pemilu) di media sosial, jadi tidak banyak dapat konsumsi yang di luar konsumsi data atau internet.Sedangkan Pilkada Kemungkinan tidak akan beda jauh,” bebernya.

 

 

 

3 dari 5 halaman

Keseimbangan Eksternal

Terkait keseimbangan eksternal, Bambang menyoroti masa sebelum pecahnya ketegangan Israel dengan Hamas, di mana Indonesia melihat neraca perdagangan selalu surplus selama 2 tahun.

Namun saat ini, meski melanjutkan surplus, angka neraca perdagangan Indonesia sudah dibawah USD 1 miliar.

“Jadi ini sebenarnya sudah mulai lampu kuning, jangan-jangan kita tidak bisa lagi melanjutkan surplus di neraca perdagangan. Kenapa ini kritis ? karena kinerja kita secara eksternal akan dilihat dari keseimbangan neraca berjalan yang merupakan gabungan dari neraca perdagangan barang dan jasa,” tukasnya.

“Nah kalau melihat kondisi saat ini, agak sulit kita membayangkan neraca perdagangan barang kita akan membaik,” sambungnya.

Kemudian mengenai inflasi, dampak yang perlu diwaspadai di Indonesia saat ini adalah angka inflasi yang masih di atas target, terutama pada harga pangan

“Di 2022 kita itu pernah mengalami inflasi di atas 5% yang di atas rata-rata, karena pada waktu itu perang antara Rusia dan Ukraina membuat harga minyak di atas USD 100,” Bambang menyoroti.

 

4 dari 5 halaman

Harga Minyak Dunia Turun Tipis Pasca Iran Serang Israel, Ini Penyebabnya

Sebelumnya, harga minyak mentah berjangka AS turun sedikit pada perdagangan Senin (Selasa waktu Jakarta) karena para pedagang menarik napas lega setelah Israel menangkis serangan udara skala besar oleh Iran. Sementara itu, Amerika Serikat (AS) menekankan keinginannya untuk menghindari perang yang lebih luas di Timur Tengah.

Dikutip dari CNBC, Selasa (16/4/2024) harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak bulan Mei turun 25 sen atau 0,29%, menjadi USD 85,41 per barel. Sedangkan harga minyak berjangka Brent untuk kontrak Juni turun 35 sen atau 0,39% menjadi USD 90,10 per barel.

Harga minyak mentah AS ditutup ke level USD 85,66 per barel pada hari Jumat, sedangkan patokan harga minyak global menetap di level USD 90,45. Harga minyak WTI mengawali tahun ini di kisaran USD 71 per barel.

“Pelaku pasar telah memutuskan bahwa babak kisah perang ini telah berakhir untuk saat ini,” kata Kepala Strategi Komoditas di RBC Capital Markets Helima Croft.

Namun kabinet perang Israel masih mempertimbangkan bagaimana mereka akan menanggapi serangan tersebut:

“Anda masih bisa melihat sejumlah pembalasan signifikan Israel,” kata Croft.

 

5 dari 5 halaman

Serangan Iran

Iran meluncurkan lebih dari 300 drone dan rudal terhadap sasaran militer di Israel pada hari Sabtu dalam serangan yang digambarkan oleh Presiden Joe Biden sebagai hal yang belum pernah terjadi sebelumnya. 

AS melakukan intervensi untuk membantu Israel secara langsung menembak jatuh hampir semua amunisi yang masuk, kata Biden dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu.

Meskipun skalanya signifikan, serangan Iran hanya menimbulkan sedikit kerusakan di Israel. Pangkalan Angkatan Udara Nevatim di Israel selatan mengalami kerusakan ringan dan seorang gadis berusia 10 tahun menderita luka-luka, menurut juru bicara Pasukan Pertahanan Israel Daniel Hagari. 

“Serangan senjata udara begitu mudah digagalkan sehingga semuanya tampak terencana untuk membuat pernyataan tanpa menimbulkan konflik lebih lanjut dengan Israel,” kata John Kilduff, Pakar Energi dan Mitra Pendiri Again Capital.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.