Sukses

Investor Menanti Data Inflasi AS, Rupiah Kembali Lesu Jelang Libur Panjang

Rupiah dibuka melemah 23 poin atau 0,14 persen menjadi 15.881 per dolar AS dari sebelumnya Rp 15.858 per dolar AS pada Kamis, 28 Maret 2024.

Liputan6.com, Jakarta - Pelaku pasar menanti isyarat mengenai penurunan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) bebani gerak nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Kamis (28/3/2024).

Dikutip dari Antara, rupiah dibuka melemah 23 poin atau 0,14 persen menjadi 15.881 per dolar AS dari sebelumnya Rp 15.858 per dolar AS.

Analis Finex Brahmantya Himawan menuturkan, pelemahan rupiah dapat terjadi karena para pedagang menanti isyarat lebih lanjut mengenai penurunan suku bunga the Fed.

"Pasar akan fokus terhadap rilisan angka Indeks Harga Belanja Personal (PCE) utama Amerika pada Jumat malam,” ujar dia.

Data PCE akan menjadi kompas pergerakan dolar AS selanjutnya dan akan menjadi pedoman untuk pemangkasan suku bunga The Fed pada pertemuan selanjutnya. Data ini menjadi aktor utama berita ekonomi global pada pekan ini.

Sementara itu, kemenangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI periode 2024-2029 melalui pemilihan umum (pemilu) 2024 dapat memberi sentimen positif bagi rupiah.

Hal ini seiring besar kemungkinan akan meneruskan program pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan dari Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sebelumnya 5 persen meningkat dengan target 6-7 persen yang dipandang optimistis bagi Indonesia sendiri.

Brahmantya prediksi rupiah bergerak pada kisaran Rp15.825 per dolar AS sampai dengan Rp15.925 per dolar AS pada Kamis, 28 Maret 2024.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Rupiah Terus Melemah, Investor Perlu Khawatir?

Sebelumnya diberitakan, Indeks dolar Amerika Serikat (USD) melanjutkan penguatan pada Rabu (27/3/2024). Dampaknya, nilai tukar rupiah juga mengalami tekanan yang cukup dalam hingga hampir menyentuh 16.000 per dolar AS. 

Terkait pelemahan rupiah, Investment Strategist Bahana TCW, Emil Muhamad menjelaskan penyebabnya adalah tekanan global yang tidak bisa ditahan. Emil menuturkan pelemahan rupiah sejak awal tahun ini lebih sedikit dibandingkan naiknya dolar. 

“Ada banyak mata uang yang melemahnya lebih besar dari Rupiah yaitu Franc Swiss dan Yen Jepang,” kata Emil dalam acara Media Briefing Bahana TCW, Rabu (27/3/2024). 

Emil menjelaskan, pelemahan Rupiah ini murni akibat tekanan luar karena neraca dagang Indonesia masih alami surplus. Meskipun terjadi arus keluar capital di Surat Berharga Negara (SBN), tetapi ada arus masuk besar pada saham.

Emil menambahkan, Rupiah diprediksi kembali menguat jika The Fed menurunkan suku bunga yang diproyeksikan pada Juli 2024. Menurutnya kuartal dua ini menjadi kuartal berat untuk Rupiah dan diharapkan menjadi kuartal terberat terakhir di tahun ini.

Apakah Investor Perlu Khawatir?

Emil menuturkan, investor lebih khawatir dengan volatilitas dibandingkan Rupiah yang melemah. Menurutnya, selama pelemahan Rupiah volatilitasnya terjaga makan ini lebih baik dibandingkan volatilitasnya bergejolak.

“Investor asing hedging fund nya bukan dari pelemahan Rupiah, tetapi dari volatilitasnya. Selama Bank Indonesia (BI) bisa menjaga pelemahan, seharusnya investor tidak perlu khawatir,” jelas Emil.

Meskipun begitu, jika Rupiah melemah hingga level Rp 16.000 kekhawatiran akan terjadi pada masyarakat dan pengusaha yang akan memberikan sentimen buruk.

 

 

3 dari 4 halaman

Rupiah Loyo Hari Ini 27 Maret 2024, Dekati 16.000 per Dolar AS

Sebelumnya diberitakan, Indeks dolar Amerika Serikat (USD) melanjutkan penguatan pada Rabu (27/3/2024). Dampaknya,nilai tukar rupiah juga mengalami tekanan yang cukup dalam hingga hampir menyentuh 16.000 per dolar AS. 

“Sebagian besar pedagang tetap bias terhadap dolar setelah sinyal dovish dari Swiss National Bank dan Bank of England mematok greenback sebagai satu-satunya mata uang dengan imbal hasil tinggi dan risiko rendah,” ungkap Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi, dalam paparan tertulis, dikutip Rabu (27/3/2024).

Antisipasi terhadap data indeks harga PCE utama yang merupakan ukuran inflasi pilihan The Fed dan komentar dari pejabat tinggi bank sentral akhir pekan ini juga mendorong aliran dana ke dolar, terutama karena para pedagang menunggu lebih banyak isyarat mengenai penurunan suku bunga.

Di Asia, komentar dari anggota dewan BOJ Naoki Tamura mengatakan bahwa bank sentral harus melanjutkan secara perlahan dan terus-menerus menuju normalisasi kebijakan ultra-longgar dalam beberapa bulan mendatang. 

“Komentarnya memperkuat dugaan bahwa BOJ akan tetap bersikap dovish dalam waktu dekat,” Ibrahim menyebutkan.

Kekhawatiran tersebut menyusul peringatan dari diplomat mata uang Jepang, bahwa mereka tidak akan mengesampingkan tindakan apa pun dalam menahan pelemahan mata uangnya.

Adapun Menteri Keuangan Shunichi Suzuki yang juga mengatakan bahwa ia akan mengambil “langkah tegas” terhadap pergerakan mata uang yang berlebihan.

Ia mengulangi komentarnya pada tahun 2022, ketika pemerintah Jepang melakukan intervensi tingkat tinggi untuk mendukung Yen.

 

4 dari 4 halaman

Rupiah Tergelincir

Rupiah kembali ditutup melemah, hingga 65 poin pada perdagangan Rabu sore (27/3/2024), walaupun sebelumnya sempat melemah 70 poin. Rupiah melemah ke level 15.858 per dolar AS dari penutupan sebelumnya di level 15.792 per dolar AS. 

Sedangkan untuk perdagangan besok, rupiah diramal fluktuatif namun ditutup melemah direntang 15.840 per dolar AS- 15.900 per dolar AS.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini