Sukses

Harga Emas Tergelincir Usai Rilis Data Inflasi AS

Harga emas berjangka untuk April turun 0,66 persen ke posisi USD 2.166,20 per ounce. Harga perak berjangka turun 0,2 persen ke posisi USD 25,01.

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas konsolidasi setelah mencapai rekor tertinggi. Pengamat menyebutkan, harga emas mempunyai ruang kembali turun tetapi akhirnya menuju ke arah lebih tinggi.

Dikutip dari Kitco.com, Jumat (15/3/2024), harga emas berjangka untuk April turun 0,66 persen ke posisi USD 2.166,20 per ounce. Harga perak berjangka turun 0,2 persen ke posisi USD 25,01.

Direktur pelaksana Midas Touch Consulting, Florian Grummes menuturkan, reli harga emas di atas USD 2.200 per ounce telah akhiri fase koreksi dan konsolidasi selama 13 tahun. Harga emas selalu diperdagangkan di kisaran USD 1.900 dan USD 2.075 per ounce.

“Terlepas dari mundurnya harga emas dalam jangka pendek dan konsolidasi, kemungkinan hanya menandakan awal dari tren kenaikan besar berikutnya di logam mulia,” tulis dia.

Meski ada risiko, harga emas akan kembali jatuh ke area USD 2.075, Grummes melihat target awal harga emas di USD 2.535 per ounce. Ia menambahkan, harga emas dunia yang alami koreksi seharusnya dapat jadi kesempatan untuk membeli.

Grummes berharap harga emas dapat sentuh targetnya dalam tiga bulan. Saat ini, pasar terlihat memegang di atas level support di USD 2.150 per ounce yang merupakan level signifikan untuk aksi jual pada awal Desember.

“Dapat diasumsikan setelah 2,5 bulan konsolidasi, reli yang sedang berlangsung tidak akan berakhir hanya dalam tiga minggu. Jika ada keraguan, tren naik baru mungkin berlanjut secara cepat tetapi dengan volatilitas,” ujar dia.

Salah satu alasan Grummers optimistis terhadap harga emas seiring koreksi hanya dalam jangka pendek. Hal ini sedikitnya perhatian yang diterima oleh investor dan media terhadap kenaikan harga emas.

“Sentimen di pasar emas masih netral dan tidak menjadi penghambat kenaikan harga untuk saat ini,” kata dia.

Grummes menuturkan, dengan meningkatnya risiko di pasar, dan potensi ketidakpastian ekonomi, ini hanya soal waktu saja sebelum investor mulai fokus ke emas sebagai aset safe-haven.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Investor di Asia Buru Emas

 

Tentu tidak semua investor abaikan logam mulia. Sementara investor barat terus masuk ke saham teknologi magnificent 7, investor di Asia sibuk membeli emas.

Grummes berharap investor di China terus membeli emas karena mengikuti contoh yang diberikan oleh pemerintah. Bank sentral China telah meningkatkan cadangan emasnya selama 16 bulan berturut-turut dengan membeli 12 ton logam mulia pada bulan lalu.

“China mendominasi pasar emas fisik melalui kuatnya permintaan dari bank sentral dan hiruk pikuk pembelian di awal Tahun Naga. Melalui perdagangan arbitrase, pasar emas di barat semakin mendapatkan tekanan,” kata dia.

Ia menambahkan, makro ekonomi juga masih sangat menguntungkan untuk harga emas.

Sentimen Harga Emas

Adapun sentimen angka inflasi Amerika Serikat (AS) lainnya yang sedikit lebih tinggi dari perkiraan telah menekan harga emas. Sentimen itu meningkatkan indeks dolar Amerika Serikat dan imbal hasil obligasi AS.

Laporan indeks harga produsen pada Februari naik 0,6 persen, dua kali lipat dari perkiraan kenaikan 0,3 persen. Laporan producer price index (PPI) yang sedikit memanas diimbangi angka penjualan ritel AS yang sedikit lebih lemah dari perkiraan pada Februari. Namun, pembacaan inflasi AS yang hangat baru-baru ini mungkin halangi the Federal Reserve (the Fed) memangkas suku bunga secepat yang diantisipasi baru-baru ini.

3 dari 4 halaman

Prediksi Harga Emas

Sebelumnya diberitakan,  setelah mencapai titik tertinggi sepanjang masa pada Jumat lalu untuk penutupan mingguan, harga emas kembali menguat di posisi terakhirnya pada minggu lalu.

Harga emas dunia mencapai beberapa titik tertinggi sepanjang masa baik di pasar spot maupun pasar berjangka.

Emas spot memulai perdagangan minggu ini di atas USD 2,080 per ounce, dan tidak pernah mencapai level tersebut lagi karena melonjak di atas USD 2,119 pada hari Senin, USD 2,135 pada hari Selasa, USD 2,150 pada hari Rabu, dan USD 2,162 pada hari Kamis, sebelum menetapkan batas tertinggi baru di USD 2,195.23 tak lama setelah tengah hari EST pada Jumat.

Survei Emas Mingguan Kitco News yang terbaru menunjukkan sentimen bullish pada minggu ini telah sepenuhnya terjadi di Wall Street dan saham utama, dengan sebagian besar dari mereka yang disurvei di kedua kubu melihat emas menguat atau mengalami tren sideways pada minggu ini.

Mark Leibovit, penerbit VR Metals/Resource Letter, merangkum posisinya mengenai prospek logam mulia dalam empat huruf: “BULL.”

“Sideways,” kata Christopher Vecchio, Kepala Futures & Forex di Tastylive.com. “Beli saja saat harga turun hingga tren berubah, dan tidak ada indikasi bahwa tren emas akan berubah dalam waktu dekat.”

“Naik,” prediksi Adrian Day, Presiden Adrian Day Asset Management. “Emas akan mengalami jeda, namun momentumnya adalah emas dan pembeli baru – selain bank sentral – akhirnya memasuki pasar. Dengan kurangnya eksposur yang signifikan di antara sebagian besar investor di negara-negara barat, baik ritel maupun institusional, langkah ini bisa saja mempunyai dampak.”

Ole Hansen, kepala strategi komoditas di Saxo Bank, adalah salah satu dari sedikit suara bearish di kalangan analis minggu lalu. “Lebih rendah pada minggu ini karena logam sekarang sangat membutuhkan konsolidasi setelah reli jauh lebih cepat dari jadwal,” katanya.

4 dari 4 halaman

China Borong Emas

Sean Lusk, salah satu direktur lindung nilai komersial di Walsh Trading, percaya bahwa semua tanda menunjukkan bahwa reli ini didorong oleh pembelian pemerintah.

“Tiongkok diam-diam mendukung pasar, menambah cadangan,” katanya.

“Banyak pembelian oleh bank sentral, tidak hanya oleh mereka, tapi oleh pihak lain untuk menopang mata uang mereka. Saya pikir itu masih berlangsung. Ada banyak ketidakpastian global di sini, menurut saya itu adalah bagian terbesarnya, karena ekuitas berada pada titik tertinggi sepanjang masa dan emas berada pada titik tertinggi sepanjang masa,” tambahnya.

“Anda masih mengalami ketegangan geopolitik, namun kita sudah mengalami ketegangan geopolitik selama bertahun-tahun,” tambahnya.

“Konflik Ukraina-Rusia yang dimulai pada tahun '22, tentu saja serangan terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober, penutupan jalur laut penting, serangan terhadap kapal-kapal pelayaran di Laut Merah, di bagian penting dunia, dan Anda tidak bisa mendapatkan minyak mentah di tahun 80an untuk periode berkelanjutan apa pun. Ini hanya menunjukkan kepada Anda di mana perdagangan atau investasi ingin dilakukan,” lanjutnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini