Sukses

Literasi Keuangan Syariah Orang Indonesia Naik Tapi Inklusi Masih Rendah

Berdasarkan survei pada 2023 menunjukkan adanya peningkatan yang cukup baik untuk indeks literasi keuangan syariah, tetapi untuk tingkat inklusi keuangan syariah masih jauh yang diharapkan.

Liputan6.com, Jakarta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan indeks literasi dan inklusi keuangan syariah di Indonesia masih rendah dibandingkan indeks literasi dan inklusi keuangan secara nasional. 

Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi menuturkan, berdasarkan hasil survei nasional literasi dan inklusi keuangan 2022, indeks literasi dan inklusi keuangan syariah hanya sebesar 9,14 persen untuk indeks literasi dan 12,12 persen untuk inklusi.

“Ini masih jauh dibandingkan indeks literasi dan inklusi keuangan nasional sebesar 49,68 persen dan 85,1 persen,” kata Friderica dalam acara Pembukaan Gebyar Ramadhan Keuangan Syariah (GERAK Syariah) 2024, Rabu (13/3/2024).

Meskipun begitu, Friderica menjelaskan, berdasarkan survei pada 2023 menunjukkan adanya peningkatan yang cukup baik untuk indeks literasi keuangan syariah, tetapi untuk tingkat inklusi keuangan syariah masih jauh yang diharapkan.

“Pada waktunya nanti OJK akan mengumumkan hasil survei nasional indeks literasi dan inklusi keuangan 2023 yang dilakukan oleh OJK, bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik (BPS),” jelas Friderica.

Strategi OJK Meningkatkan Indeks Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah

Selain mengimplementasikan berbagai program untuk meningkatkan indeks literasi dan inklusi keuangan syariah, OJK juga menjalin sinergi dan kolaborasi dengan berbagai pihak untuk mengakselerasi peningkatan indeks literasi dan inklusi keuangan syariah.

“Dengan harapan hal ini akan mendorong akselerasi agar bersama-sama kita dapat mewujudkan Indonesia sebagai pusat ekonomi syariah dunia,” lanjut Friderica.

Adapun OJK juga telah mempersiapkan arah dan prioritas program literasi dan juga inklusi keuangan syariah yang telah masuk dalam peta Jalan bidang perilaku pelaku usaha jasa keuangan OJK dari 2023 sampai 2027 yang terdiri dari empat strategi utama.

Strategi pertama yaitu akselerasi dan kolaborasi program edukasi keuangan syariah. Kedua, pengembangan model inklusi dan juga akses keuangan syariah. Ketiga, penguatan infrastrukturisasi dan industri keuangan syariah. Keempat, yaitu dukungan serta aliansi strategis dan juga inklusi keuangan syariah dengan Kementerian lembaga dan juga stakeholder lainnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

BI Pede Ekonomi Syariah 2024 Tumbuh hingga 5,5 Persen

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) optimis pertumbuhan ekonomi syariah tahun 2024 akan mencapai 4,7-5,5 persen. Proyeksi tersebut sejalan dengan pertumbuhan ekonom Indonesia yang ditargetkan sama dikisaran 4,7 - 5,5 persen.

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Juda Agung, mengatakan, optimisme tersebut juga didorong oleh sektor pembiayaan di perbankan syariah yang diramal bisa tumbuh double digit tahun ini.

"Kami perkirakan ekonomi syariah tumbuh 4,7-5,5 persen dengan dukungan dari pembiayaan perbankan syariah yang diperkirakan tumbuh 10-12 persen," kata Juda dalam peluncuran KEKSI 2023 dan SheFO 2024, Senin (26/2/2024).

Untuk tahun 2023, BI mencatat pertumbuhan pembiayaan syariah khusus ke sektor riil bahkan tumbuh 15,8 persen. Angka tersebut tumbuh jauh di atas pertumbuhan kredit yang hanya dikisaran 10 persen.

Oleh karena itu, di tahun 2024 ini, pihaknya sangat optimis bahwa pertumbuhan ekonomi syariah mampu tumbuh lebih tinggi. BI pun mengajak semua pihak dibidang ekonomi keuangan syariah untuk memperkuat pondasi dan keuangan syariah hingga ke industri halal.

3 dari 3 halaman

Prospek Keuangan Syariah

Dalam kesempatan yang sama, Staf Ahli Bidang Jasa Keuangan dan Pasar Modal Kementerian Keuangan Arief Wibisono, mencatat, industri keuangan syariah di Indonesia terus mengalami peningkatan.

"Per September 2023 total aset keuangan syariah Indonesia, tidak termasuk saham Syariah mencapai Rp2.452,57 triliun, hal ini tumbuh sebesar 6,75 persen," kata Arief.

Untuk rinciannya, kata Arief, aset keuangan syariah ini meliputi pasar modal Syariah sebesar Rp 1.457,73 triliun atau sekitar 59,44 persen, perbankan syariah sebesar Rp 831,90 triliun atau sekitar 33,92 persen, dan Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) Syariah sebesar Rp 162,85 triliun atau 6,64 persen.

Sementara itu, di sisi lain market share industri keuangan syariah terhadap industri nasional juga terus mengalami kenaikan signifikan, dengan rincian yaitu pasar keuangan syariah sebesar 20,52 persen, perbankan syariah sebesar 7,27 persen, dan IKNB Syariah sebesar 5 persen.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.