Sukses

Kejar Swasembada Gula, Indonesia Butuh 700 Hektare Lahan Tebu

Pemerintah tengah mengejar swasembada gula nasional pada 2028 mendatang.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah tengah mengejar swasembada gula nasional pada 2028 mendatang. Selain itu, ada alokasi bioetanol dari tebu sebagai campuran bahan bakar minyak (BBM) ramah lingkungan.

Guna mendorong hal itu Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian tengah menyusun aturan penguatnya. Ini menjadi peta jalan atau roadmap menuju swasembada gula tadi.

"Itu yang sedang kita rumuskan roadmap-nya, mungkin dalam waktu satu bulan ini akan selesai. Itu nanti bentuknya dalam Kepmenko (Keputusan Menko Perekonomian)," ucap Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian Dida Gardera, di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, dikutip Kamis (7/3/2024).

Informasi, target swasembada gula nasional dan alokasi bioetanol dari tebu tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2023 tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan Bioetanol sebagai Bahan Bakar Nabati (Biofuel).

Dalam mengejar itu, dibutuhkan peningkatan produktivitas dan tambahan luasa lahan hingga 700 ribu hektare (ha).

Kualitas Rendemen Tebu

Dida mengatakan, langkah pertama yang dikejar bukan pada titik luas lahan penanaman, tapi lebih dulu meningkatkan produktivitas rendemen tebu. Apalagi, Indonesia disebut masih jauh tertinggal dai Brazil.

"Sudah di dalam Perpres. Kebutuhan lahan itu kan 700 ribu hektare. Tapi tetap itu track kedua. Kita tetap optimalkan track pertama, berapa rendemennya, di 60-an, dan targetnya 93, dan Brazil itu sudah diatas 100," urainya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Jalan Terus

Atas persiapan ini, Dida mengatakan rencana swasembada gula hingga peningkatan alokasi bioetanol masih dalam jalur yang sesuai. Targetnya, ditetapkan swasembada gula dalam 4 tahun kedepan.

"Lanjut, kita sudah punya perpresnya untuk swasembada gula dan bioetanol di 2028 dan 2030. Dua track, kita semaksimal mungkin meningkatkan produktivitasnya, intensifikasi. Kedua, tetap kita membutuhkan lahan. Lahan ini banyak belum optimal," tuturnya.

Dia menjelaskan, roadmap-nya saat ini sudah masuk tahap finalisasi. Di samping itu, Kemenko Perekonomian juga tengah mencari lahan yang tepat untuk dimanfaatkan sebagai lahan tanam tebu. Pada konteks ini, Dida mencontoh keberhasilan Brazil.

"Roadmap sudah, tinggal finalisasi, sambil jalan juga mencari potensi lahan yang dapat dioptimalkan. Kedua, juga bagaimana mengintensifkan. Sekitar sebulan lalu, kita ada semacam summit industri tebu, ternyata di Brazil produktivitasnya lebih besar dari kita. itu karena memang ada teknologinya," pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini