Sukses

Otoritas Amerika Serikat Gugat Pembatalan Merger Supermarket Terbesar dalam Sejarah

FTC mengajukan gugatan lantaran merger supermarket terbesar dalam sejarah Amerika Serikat antara Kroger dan Albertsons akan sebabkan harga lebih tinggi.

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan ritel asal Amerika Serikat (AS), Kroger dan Albertsons menghadapi gugatan dari Komisi Perdagangan Federal (FTC) untuk membatalkan kesepakatan merger senilai USD 25 miliar atau setara Rp 393,34 triliun (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.733)

Gugatan itu dilayangkan lantaran merger supermarket terbesar dalam sejarah AS itu dinilai akan menyebabkan harga lebih tinggi, penutupan toko dan hilangnya pekerjaan.Usulan merger tersebut muncul ketika harga pangan di AS meroket.

Melansir CNN Business, Jumat (1/3/2024) FTC dalam pernyataannya mengatakan merger Kroger dan Albertsons akan menghilangkan persaingan di industri bahan makanan, yang dapat mendorong inflasi menjadi lebih tinggi.

Menurut Biro Statistik Tenaga Kerja, masyarakat di Amerika Serikat (AS) telah mengeluarkan 26 persen lebih tinggi untuk belanja bahan makanan sejak tahun 2020, dan merupakan porsi tertinggi dari pendapatan mereka untuk makanan dibandingkan angka mana pun selama 30 tahun terakhir.

Kroger (KR) dan Albertsons, yang keduanya mempekerjakan sebagian besar karyawan yang tergabung dalam serikat pekerja, mengatakan mereka ingin bergabung agar lebih kompetitif dengan raksasa non-serikat pekerja antara lain Walmart, Amazon dan Costco. 

“(Merger) ini akan mempercepat posisi kami sebagai alternatif yang lebih menarik dibandingkan pesaing yang lebih besar dan non-serikat buruh,” kata CEO Kroger Rodney McMullen ketika kesepakatan tersebut diumumkan.

Diketahui, Kroger dan Albertsons memiliki total 710.000 pekerja, hampir 5.000 toko, dan penjualan lebih dari USD 200 miliar.

Perusahaan-perusahaan tersebut berpendapat mereka akan dapat menghemat biaya hingga USD 500 juta dari kesepakatan tersebut untuk menurunkan harga bagi pembeli dan menyesuaikan promosi dan penghematan.Para pedagang grosir juga menghadapi tekanan yang meningkat dari Aldi, jaringan supermarket diskon Jerman yang berkembang pesat.

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

FTC Skeptis

FTC Skeptis pada Hasil Merger Kroger dan Albertsons 

FTC mengungkapkan, pihaknya skeptis dalam gugatannya  terhadap klaim tersebut. "Penggabungan besar-besaran supermarket ini terjadi ketika konsumen Amerika melihat harga bahan makanan terus meningkat selama beberapa tahun terakhir. Akuisisi Albertsons oleh Kroger akan menyebabkan kenaikan harga bahan makanan tambahan untuk barang sehari-hari,” kata Henry Liu, direktur Biro Persaingan FTC.

Serikat pekerja, pedagang kecil dan koalisi Demokrat dan Republik di Capitol Hill, termasuk Elizabeth Warren dari Massachusetts dari Partai Demokrat dan Mike Lee dari Utah dari Partai Republik, juga menentang merger itu.

Kroger Ajukan Banding

Di sisi lain, Kroger dan Albertsons mengkritik keputusan FTC. Seorang juru bicara Kroger mengatakan bahwa langkah FTC "sebenarnya akan merugikan orang-orang yang ingin dilayani oleh FTC: konsumen dan pekerja Amerika.”

"(Gugatan FTC) hanya memperkuat pengecer besar yang tidak berserikat antara lain Walmart, Costco, dan Amazon dengan memungkinkan mereka untuk semakin meningkatkan dominasi mereka terhadap industri bahan makanan,” ujar juru bicara tersebut.

Kroger mengatakan akan mengajukan banding atas keputusan FTC.

 

 

 

3 dari 4 halaman

Chevron Bakal Beli Hess Corp USD 53 Miliar, Transaksi Merger Terbesar Kedua pada Oktober 2023

Sebelumnya diberitakan, Chevron setuju untuk membeli Hess Corp senilai USD 53 miliar atau sekitar Rp 840,88 triliun (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.865) dalam bentuk saham. Usulan mega-merger kedua di antara pemain minyak terbesar Amerika Serikat (AS)setelah Exxon Mobil menawar USD 60 miliar untuk Pioneer Natural Resources awal bulan ini.

Dikutip dari CNBC, Selasa (24/10/2023), kesepakatan ini meningkatkan persaingan antara Chevron, produsen minyak dan gas nomor dua di Amerika Serikat (AS) setelah Exxon, sehingga menempatkan Chevron dalam persaingan langsung dengan pesaing lebih besar untuk mengembangkan pengeboran di negara produsen baru, Guyana.

Kesepakatan tersebut juga menandakan rencana Chevron untuk terus meningkatkan investasi pada bahan bakar fosil karena permintaan minyak tetap kuat dan produsen-produsen besar menggunakan akuisisi untuk mengisi kembali persediaan mereka setelah bertahun-tahun kekurangan investasi.

Chevron telah menawarkan 1.025 per saham untuk setiap saham Hess yang dimiliki atau USD 171 per saham yang berarti premi sekitar 4,9 persen pada penutupan terakhir saham itu. Nilai total kesepakatan USD 60 miliar termasuk utang.

Saham Chevron melemah 3 persen sebelum perdagangan. Analis RBC terkejut dengan waktu kesepakatan dan prediksi perusahaan akan menunggu waktu setelah kesepakatan besar Exxon untuk Pioneer.

 

 

 

4 dari 4 halaman

Bakal Buyback Saham

Guyana telah menjadi produsen minyak utama setelah penemuan-penemuan besar dalam beberapa tahun terakhir, menjadikannya salah satu produsen minyak terkemuka di Amerika Latin, hanya dilampaui oleh Brasil dan Meksiko.

Exxon bermitra dengan Hess dan CNOOC Tiongkok adalah satu-satunya produsen minyak yang aktif di negara ini. Proyek mereka diprediksi mencapai produksi 1,2 juta barel per hari pada 2027.

CEO Hess Corp John Hess akan bergabung dengan dewan direksi Chevron setelah kesepakatan selesai sekitar paruh pertama 2024.

Gabungan perusahaan ini diharapkan dapat meningkatkan produksi dan arus kas bebas lebih cepat dan lama dibandingkan panduan lima tahun Chevron saat ini.

Chevron menuturkan, setelah selesai kesepakatan itu, pihaknya bermaksud meningkatkan program pembelian kembali saham sebesar USD 2,5 miliar hingga mencapai USD 20 miliar per tahun. Hal ini sebagai tanda kepercayaan terhadap harga energi pada masa depan dan perolehan dananya.

Adapun Goldman Sachs menjadi penasihat utama Hess, sedangkan Morgan Stanley adalah penasihat utama Chevron.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.