Sukses

Bank Sentral Jerman Rugi, Cadangan Devisa Anjlok di Bawah 700 Juta Euro

Bundesbank menekankan bahwa kerugian tahunan tidak mempengaruhi kemampuan mereka untuk memberlakukan kebijakan moneter.

Liputan6.com, Jakarta - Kerugian yang dialami bank sentral Jerman, Bundesbank meroket hingga puluhan miliar euro pada 2023 karena kenaikan suku bunga, yang mengharuskan bank sentral tersebut menggunakan seluruh provisinya untuk mencapai titik impas.

Catatan kerugian Bundesbank datang menyusul kerugian yang dilaporkan oleh Bank Sentral Eropa (ECB) sebesar 1,3 miliar euro atau sekitar Rp. 21,9 triliun, pertama sejak tahun 2004.

Melansir CNBC International, Sabtu (24/2/2024) Bundesbank melaporkan laba tahunan yang dapat didistribusikan sebesar nol, setelah mengeluarkan 19,2 miliar euro dalam penyisihan risiko umum, dan 2,4 miliar euro dari cadangannya.

Artinya, cadangan devisa Jerman kini hanya di bawah 700 juta euro.

Pendapatan bunga negatif Bundesbank tercatat pertama kali dalam 67 tahun sejarahnya, turun sebesar 17,9 miliar euro YoY menjadi -13,9 miliar euro.

"Kami perkirakan bebannya akan lebih besar lagi tahun ini. Kemungkinan besar cadangan tersebut akan melebihi sisa cadangan," kata Presiden Bundesbank, Joachim Nagel dalam sebuah konferensi pers.

Bank sentral juga diperkirakan akan melaporkan kerugian lebih lanjut yang akan diimbangi melalui keuntungan di masa depan, lanjutnya.

Tetapi Nagel menambahkan, “Neraca Bundesbank bagus. Bundesbank dapat menanggung beban keuangan karena asetnya jauh melebihi kewajibannya.”

Sebagai informasi, Bundesbank, dan banyak bank sentral lainnya di Eropa memiliki kepemilikan sekuritas yang besar dan terekspos risiko suku bunga, yang terkena dampak signifikan dari kenaikan suku bunga Bank Sentral Eropa yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Kemudian ada Bank sentral Belanda yang juga melaporkan kerugian sebesar 3,5 miliar euro untuk tahun 2023.

Namun Bundesbank menekankan bahwa keuntungan dan kerugian tahunan tidak mempengaruhi kemampuan mereka untuk memberlakukan kebijakan moneter dan mengendalikan stabilitas harga.

Namun, hal tersebut dipandang sebagai potensi ancaman terhadap kredibilitas, terutama jika dana talangan menjadi sebuah risiko, dan berdampak pada pembayaran bank sentral ke sumber lain.

Dalam kasus Bundesbank, tidak ada pembayaran ke anggaran federal selama beberapa tahun dan, Nagel mengatakan, kemungkinan besar tidak akan ada pembayaran untuk jangka waktu lebih lama.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Bundesbank Tetap Pertimbangkan Naikkan Suku Bunga

Nagel lebih lanjut mengatakan bahwa menaikkan suku bunga merupakan langkah yang benar untuk dilakukan guna menekan inflasi yang tinggi, dan Dewan Pengurus ECB hanya akan dapat mempertimbangkan penurunan suku bunga ketika yakin bahwa inflasi kembali ke target berdasarkan data.

Mengenai perekonomian Jerman yang sedang kesulitan, ia berkata: “Para ahli kami memperkirakan perekonomian Jerman secara bertahap akan mendapatkan kembali pijakannya sepanjang tahun ini dan memulai jalur pertumbuhan.

"Pertama, pasar penjualan luar negeri diperkirakan akan memberikan dampak positif. Kedua, konsumsi swasta akan mendapatkan manfaat dari peningkatan daya beli rumah tangga," imbuhnya.

3 dari 3 halaman

Lagi-lagi Ada Bank Sentral yang Rugi, Kali Ini Dampak Suku Bunga Tinggi

Bank Sentral Eropa (ECB) melaporkan kerugian tahunan pertamanya sejak tahun 2004, menyusul pembayaran besar-besaran karena kenaikan suku bunga.

Melansir CNBC International, Jumat (23/2/2024) ECB melaporkan kerugian sebesar 1,3 miliar euro atau sekitar Rp. 21,9 triliun, yang diperkirakan akan naik jika bank tersebut tidak mengeluarkan 6,6 miliar euro – seluruh penyisihan untuk risiko keuangan, yang dibangun selama beberapa tahun.

 ECB mengatakan bahwa pihaknya memperkirakan akan ada kerugian lebih lanjut dalam beberapa tahun ke depan, namun tidak akan berdampak pada kemampuannya untuk melakukan kebijakan moneter yang efektif, sebelum kembali memperoleh keuntungan berkelanjutan.

Bank Sentral Eropa telah menaikkan suku bunga dari wilayah negatif ke rekor 4 persen antara Juli 2022 dan September 2023, sebagai respons terhadap kenaikan inflasi akibat pandemi Covid-19 dan hilangnya sebagian akses terhadap energi menyusul konflik Rusia-Ukraina.

Bank sentral tersebut telah mengalami peningkatan beban bunga atas kewajiban-kewajiban utama, sementara pendapatan bunga atas aset-aset tidak dapat mengimbanginya, karena banyak di antaranya yang memiliki suku bunga tetap atau memiliki jatuh tempo yang panjang.

Di 2023, ECB juga telah mencatat kerugian bunga bersih sebesar 7,19 miliar euro atau sekitar Rp. 121,3 triliun setelah pendapatan sebesar 900 juta euro pada tahun 2022.

"Kekuatan finansial ECB semakin ditonjolkan oleh permodalan dan rekening revaluasinya yang substansial, yang berjumlah 46 miliar euro pada akhir tahun 2023," kata bank sentral dalam sebuah pernyataan.

Dikatakan juga, kerugian pada neraca ECB akan berlanjut untuk mengimbangi keuntungan di masa depan.

Mereka tidak akan melakukan distribusi keuntungan ke bank sentral nasional zona euro pada tahun 2023, katanya.

Selama delapan tahun, ECB mengikuti kebijakan stimulus fiskal yang membengkakkan neraca keuangannya, namun dipandang kontroversial di beberapa kalangan. Bank Sentral Eropa memulai pengetatan kuantitatif pada Maret 2023.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini