Sukses

USD Kembali Perkasa di Awal Pekan, Begini Nasib Rupiah

Rupiah kembali ditutup melemah 9 poin dalam penutupan pasar sore ini, walaupun sebelumnya sempat menguat 8 point di level 15.525 per dolar AS dari penutupan sebelumnya di level 15.516 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Indeks dolar Amerika Serikat (USD) kembali menguat di awal pekan Senin, 8 Januari 2024. Penguatan USD terjadi ketika keyakinan para pelaku pasar bahwa The Fed akan memangkas suku bunganya pada Maret 2024 berkurang.

“Gagasan ini diperburuk oleh data nonfarm payrolls yang lebih kuat dari perkiraan pada hari Jumat, yang menunjukkan ketahanan di pasar tenaga kerja yang memberikan ruang bagi The Fed untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama,” kata Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi, dalam paparan tertulis dikutip Senin (8/1/2024).

Saat ini, pasar berfokus pada data utama inflasi indeks harga konsumen (CPI) AS untuk bulan Desember, yang akan dirilis pada hari Kamis 11 Januari 2024.

 

“Angka tersebut, yang muncul setelah laporan gaji yang kuat, diperkirakan menunjukkan peningkatan inflasi dari bulan sebelumnya,” beber Ibrahim. Tanda-tanda inflasi yang kaku merupakan pertanda buruk bagi spekulasi penurunan suku bunga lebih awal oleh The Fed, mengingat pasar tenaga kerja dan inflasi adalah dua hal utama yang menjadi pertimbangan bank sentral ketika menyesuaikan kebijakan moneter.

Sebelumnya, The Fed juga memperingatkan bahwa tanda-tanda inflasi yang tinggi dan kekuatan pasar tenaga kerja kemungkinan besar akan menghambat penurunan suku bunga untuk dilakukan lebih awal.

Adapun para pedagang yang menarik kembali ekspektasi mereka terhadap penurunan suku bunga di bulan Maret, menurut alat CME Fedwatch.

“Para pedagang sekarang memperkirakan peluang sekitar 63 persen untuk penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin di bulan Maret, turun dari peluang lebih dari 73 persen yang diperkirakan pada minggu lalu,” kata Ibrahim.

Rupiah Masih Tertekan

Rupiah kembaii ditutup melemah 9 poin dalam penutupan pasar sore ini, walaupun sebelumnya sempat menguat 8 point di level 15.525 per dolar AS dari penutupan sebelumnya di level 15.516 per dolar AS.

Sedangkan untuk perdagangan besok, Ibrahim memprediksi nilai Rupiah akan fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp. 15.510- Rp. 15.550.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Optimisme Pertumbuhan Ekonomi

Indonesia Optimis pada Ekonomi di 2024 Ibrahim melihat, optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 2024 ini semakin meningkat di antara pengusaha dan masyarakat, terlebih memasuki tahun politik.

Indonesia memiliki orang-orang kapabel yang nantinya bisa menjalankan tugas dalam mengatur perekonomian Indonesia. Mereka diproyeksi akan mendukung siapapun presiden yang terpilih pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 nanti,” ungkapnya.

Kemudian, Ibrahim juga melihat adanya perilaku unik dari para pebisnis atau investor yang ada di Indonesia tahun ini.

“Mereka akan menjalankan bisnis seperti biasa, dan tidak akan terganggu dengan berlangsungnya pemilu. Dan hal yang menarik dalam pemilu kali ini adalah bahwa dunia usaha baik asing maupun konglomerat besar Indonesia tidak menyesuaikan perilaku investasi atau komersialnya karena pemilu,” bebernya.

Sebagai informasi, selama 25 tahun terakhir, dunia usaha baik di Indonesia maupun asing cenderung berhenti atau berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi besar maupun keputusan komersial menjelang pemilu.

“Ini disebabkan karena adanya potensi perubahan kebijakan dari pemimpin yang terpilih,” kata dia.

 

3 dari 3 halaman

Inflasi Indonesia Masih Terkendali

Selain itu, inflasi di Indonesia juga masih terkendali.

Inflasi tercatat berada di angka 2,61 persen berdasarkan data Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pada 2023 lalu.

“Meskipun begitu, inflasi yang dimaksud adalah inflasi secara umum dan berbeda dengan inflasi pangan,” jelas Ibrahim.

Namun, masyarakat sudah lebih peka dan sensitif terhadap inflasi pangan, yang saat ini diproyeksi berada di angka ±7 persen, atau 2-3 kali lipat lebih tinggi dibanding inflasi umum.

“Sejumlah capres dalam programnya akan mengutamakan topik ini jika terpilih. Apalagi, inflasi pangan memiliki dampak besar terhadap masyarakat, khususnya kalangan bawah,” Ibrahim menyoroti.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.