Sukses

Indonesia Siap Ekspor 4 Komoditas ke China, dari Kelapa hingga Durian

Indonesia buka potensi melakukan ekspor untuk empat komoditas ke China. Ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden China, Xi Jinping beberapa waktu lalu.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia buka potensi melakukan ekspor untuk empat komoditas ke China. Ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden China, Xi Jinping beberapa waktu lalu.

Kepala Badan Karantina Indonesia (Barantin) Sahat M. Panggabean mengatakan, peluang ekspor ini pun turut dibahas saat melakukan pertemuan bilateral dengan Pemerintah China. Adapun keempat komoditas pertanian dan perikanan dimaksud, antara lain sarang burung walet (SBW), kelapa, durian dan tepung ikan.

"Pertemuan ini merupakan tindak lanjut dari komitmen kerjasama dalam bidang perdagangan antara Indonesia dan Cina, sebagai tindak lanjut pertemuan Presiden Jokowi dengan Presiden Xi Jinping pada bulan Juli tahun 2023 yang lalu," kata Sahat, Jumat (1/12/2023).

Menurut dia, untuk komoditas SBW kedua negara bersepakat untuk segera melakukan pembaharuan protokol SBW. Sementara untuk dua komoditas pertanian lainnya yakni kelapa dan durian, pembahasan terkait hambatan teknisnya akan dilakukan audit pada kelapa di bulan Desember.

Sementara untuk buah durian, pihak GACC telah memberikan respon melalui proses analisis risiko dan memberikan catatan persyaratan teknis untuk tindaklanjut pemerintah Indonesia. "Kita berharap kedua komoditas unggulan pertanian dapat segera masuk pasar China," imbuh Sahat.

Wakil Menteri Otoritas Kepabeanan China, atau General Administration of Custom of People’s Republic of China (GACC), Wang Ling Jun, mengapresiasi upaya untuk mengakselerasi ekspor kelapa hingga durian tersebut.

"Kami mengapresiasi Barantin yang telah melakukan percepatan layanan terhadap proses registrasi perusahaan baru calon eksportir dan penambahan kapasitas perusahaan SBW Indonesia," kata Ling Jun.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Potensi pasar China

Secara teknis, pejabat tinggi Barantin bidang Karantina Hewan Wisnu Wasisa Putra menyebutkan, hingga saat ini sudah tercatat 40 pelaku usaha SBW yang telah terdaftar untuk memasuki pasar Cina.

Untuk diketahui, pemerintah China menerapkan persyaratan yang cukup tinggi untuk komoditas SBW. Adapun proses registrasi dan penambahan kapasitas akan ditindaklanjuti oleh GACC setelah permohonan diajukan melalui aplikasi CIFER.

"Di tahun 2023, GACC telah menyetujui 6 perusahaan, 5 diantaranya telah lulus dan 1 masih dalam tahap evaluasi," jelas Wisnu.

Selanjutnya pembahasan fasilitasi ekspor pada tepung ikan dimana protokolnya telah ditandatangani kedua negara pada 17 Oktober 2023 lalu. Pejabat tinggi Barantin Bidang Karantina Ikan, Teguh Samudro menyampaikan, pihak GACC meminta untuk dilakukan evaluasi penerapan protokol secara rutin.

"Potensi pasar China untuk komoditas pertanian dan perikanan yang besar menjadi prioritas kami dalam memfasilitasi perdagangannya. Kita perkuat produktivitas dan sinergi untuk mendongkrak laju ekspornya," terang Teguh.

3 dari 4 halaman

Begini Ramalan Ekspor Indonesia 2024 di Tengah Perlambatan Ekonomi Global

Kementerian Perdagangan (Kemendag) memproyeksikan ekspor Indonesia akan melanjutkan pertumbuhan di tahun 2024 mendatang.

Dalam kegiatan Outlook Perdagangan Luar Negeri Indonesia 2024, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Didi Sumedi memaparkan, ekspor rill barang dan jasa 2024 diproyeksi tumbuh 7,0 persen atau sebesar Rp. 3.437 triliun.

Kemudian ekspor non migas diperkirakan tumbuh di kisaran 3,3-4,5 persen atau antara USD 295,9-Rp. 303,9 miliar.

Untuk necara perdagangan, diramal menyentuh antara USD 22,5-47,1 miliar.

Sementara rasio jasa terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) diperkirakan tumbuh 1,8-2,0 persen di 2024.

Adapun kesepakatan perdagangan internasional yang diperkirakan mencapai 34 kesepakatan (kumulatif) di 2024.

Namun, Didi juga mengingatkan perlambatan negara-negara ekonomi terbesar di dunia dalam beberapa waktu terakhir, yang dapat berdampak pada perdagangan global, termasuk Indonesia.

 

4 dari 4 halaman

Ekonomi Negara Maju

Sebagai informasi, berbagai organisasi internasional memproyeksikan ekonomi negara maju tumbuh hanya 1,5 persen di sisa 2023 dan kembali turun ke 1,4 persen di 2024 mendatang.

“Kalau di negara maju, ekspansi ekonomi itu lebih kecil lagi pertumbuhannya. Ini akan berpengaruh khususnya pada perdagangan global “ kata Didi dalam paparannya di Bandung, dikutip dari Youtube Kemendag, Kamis (23/11/2023).

“Dengan adanya berbagai dinamika global kita sebetulnya bukan pesimis, tapi ini merupakan tantangan buat kita,” ujarnya.

Didi melanjutkan, pertumbuhan ekonomi suatu negara tak lepas dari demand (permintaan) dalam perdagangan global.

“Kalau ekonomi turun yang linearnya biasanya akan turun. Ini akan mempengaruhi performa perdagangan kita, khususnya di sektor ekspor,” bebernya. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.