Sukses

Kenapa Maskapai Kadang Minta Penumpang Menimbang Berat Badan Sebelum Terbang, Terkuak Sebabnya

Membicarakan tentang peraturan baru Korea Airlines yang mewajibkan penumpangnya untuk menimbang berat badan sebelum naik pesawat.

Liputan6.com, Jakarta - Penumpang yang ingin terbang dengan maskapai asal Korea Selatan, Korean Air akan diminta untuk menaiki timbangan berat badan terlebih dahulu sebelum naik ke pesawat.

Uji coba ini akan berlangsung selama tiga minggu dan diwajibkan secara hukum untuk berlaku pada semua maskapai penerbangan Korea Selatan. Ini diungkapkan perwakilan Korean Air.

Melansir pada CNBC, Senin (28/8/2023), undang-undang mewajibkan maskapai penerbangan untuk menimbang penumpang dan barang bawaan mereka setidaknya setiap lima tahun sekali. "Ini sangat penting untuk keselamatan operasi penerbangan," kata perwakilan tersebut.

Media lokal melaporkan jika pengumuman tersebut mendapat reaksi keras dari masyarakat. Namun kemudian pengumuman perihal adanya pemberitahuan tersebut yang sebelumnya mengatakan aturan ini akan dimulai di Bandara Internasional Gimpo, diikuti Bandara Incheon pada bulan depan telah dihapus dari situs web maskapai.

Berkaca dari kebijakan yang diterapkan maskapai Korea Selatan ini, apakah menimbang berat badan memang wajar?

Ternyata hal ini dinilai tidak benar. "Tentu saja tidak," kata Vance Hilderman, CEO Perusahaan Keselamatan Penerbangan Afuzion. "Setidaknya tidak untuk tujuan keselamatan," lanjut dia.

"Jika Anda berada di pesawat Bombardier kecil, jet Embraer kecil, dan kami memiliki 10 orang yang sangat gemuk. Hal itu dapat membuat perbedaan kecil," katanya.

"Pada pesawat komersial, mulai dari 737 ke atas, Anda tahu ada 120 orang di sana,"jelas dia.

Dikatakan, perangkat lunak penerbangan dapat menyesuaikan perubahan berat badan, kepadatan udara, dan faktor lainnya.

Alasan itulah mengapa keselamatan tidak terganggu bahkan dalam situasi di mana komposisi penumpang tidak lazim.

Ini seperti pada penerbangan pagi hari yang sebagian besar diisi penumpang dari kalangan pebisnis, yang cenderung memiliki berat badan lebih besar daripada wisatawan pada umumnya.

"Secara keseluruhan, peningkatan berat badan yang signifikan per penumpang akan dikalahkan berat bahan bakar, kargo, dan pesawat itu sendiri. Bahan bakar 20 kali lebih banyak daripada berat penumpang," katanya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

Dianggap Sensitif

Namun ternyata ada pendapat lain perihal penimbangan berat badan ini. Namun Shem Malmquist, Instruktur di Sekolah Tinggi Penerbangan Florida Tech, mengatakan bahwa mendapatkan sampel berat badan secara acak adalah ide yang bagus.

"Kami menggunakan berat rata-rata penumpang, tetapi orang-orang menjadi lebih berat," katanya.

"Tiga ratus orang dengan berat badan di atas rata-rata dapat membuat pesawat kelebihan beban secara signifikan, dan semua perhitungan kinerja kami seperti panjang landasan pacu, tanjakan, jarak bebas hambatan, jarak pendaratan, kemampuan ketinggian - semuanya bergantung pada berat badan, di antaranya," jelas dia.

Hilderman setuju bahwa saat ini banyak orang memiliki badan lebih besar, tetapi dia mengatakan penumpang sekarang juga berbeda dalam hal lain.

"Orang Amerika semakin berat. Begitu juga dengan orang Cina, begitu juga dengan orang Korea," katanya. "Tetapi kita yang terbang juga lebih muda. Jadi sebenarnya ini mengimbangi kenaikan berat badan rata-rata manusia."

Sebuah studi yang diterbitkan pada 2019 di Journal of Transport & Health menemukan bahwa wilayah dengan prevalensi obesitas yang lebih tinggi. "Kemungkinan mulai melihat margin keselamatan yang terganggu secara signifikan jika tren peningkatan berat badan terus berlanjut."

Jose Silva, Profesor di Fakultas Teknik Universitas RMIT Australia dan salah satu penulis studi ini, mengatakan maskapai penerbangan enggan menimbang berat badan penumpang karena topik ini sangat sensitif.

"Ada juga kurangnya pemahaman tentang peningkatan keselamatan yang dapat diperoleh jika ada cara yang lebih akurat untuk memastikan berat badan penumpang, alih-alih mengandalkan standar," katanya.

Memang sempat ada keluhan yang diajukan pada tahun 2021 yang menuduh bahwa Administrasi Penerbangan Federal AS (FAA) gagal mengatasi masalah keselamatan yang disebabkan ketergantungan pada rata-rata berat penumpang atau bagasi yang tidak lagi mencerminkan populasi AS.

 

3 dari 6 halaman

Imbangi Jumlah Kargo

EASA menimbang hampir 23.000 penumpang pada tahun 2008 dan 2009 dan menemukan bahwa berat badan penumpang rata-rata telah meningkat 3 hingga 5 kilogram (6,6 hingga 11 pon).

Laporan berikutnya yang diterbitkan pada tahun 2022 menemukan bahwa rata-rata berat penumpang sedikit meningkat sejak tahun 2009, dengan rata-rata 82 kg (181 pon) untuk pria dan 68 kg (149 pon) untuk wanita.

Penilaian berat badan secara berkala dari penumpang dan barang-barang lain di dalam pesawat dapat membantu maskapai penerbangan menentukan apakah perkiraan berat badan masih akurat untuk mengimbangi jumlah kargo yang mereka bawa, kata Hilderman. Namun, "ada sedikit lebih banyak misteri dalam hal ini," tambahnya.

"Di Eropa, mereka sedikit lebih ketat dalam hal hak-hak individu terkait privasi," ujarnya. "Dengan EASA, mereka ingin melindungi para penumpang dan mengatakan: Lihatlah, penumpang semakin banyak, jadi maskapai penerbangan, kami ingin Anda memberikan jarak minimum di kursi Anda."

Tempat duduk maskapai penerbangan komersial didasarkan pada berat badan penumpang rata-rata dari tahun 1950-an hingga 1970-an. "Sejak saat itu, orang menjadi lebih besar, tetapi jarak antar kursi semakin berkurang, 29 inci dalam beberapa kasus, itu benar-benar konyol," kata Hilderman.

4 dari 6 halaman

Topik Hangat Dibicarakan

Ukuran penumpang di pesawat adalah topik yang kontroversial. Penumpang berbadan besar kerap mengajukan tuduhan diskriminasi atas lorong dan ukuran kursi pesawat. Pelancong yang berukuran badan lebih kecil secara terbuka melampiaskan kekesalannya karea merasa kursinya menjadi lebih sempat imbas penumpang lain berbadan besar.

Namun tidak seperti industri lain yang melayani orang berbadan besar - mulai dari pembuat kursi, toilet, hingga wahana di taman hiburan - industri penerbangan tetap tidak memperbesar kursi.

"Beberapa orang mengusulkan agar penumpang obesitas diharuskan membayar untuk dua kursi agar tidak membuat penumpang lain tidak nyaman, namun hal ini membuat maskapai penerbangan lepas dari tanggung jawab," ujar Nick Gausling, Konsultan Bisnis Layanan Konsumen dan Direktur Pelaksana Romy Group LLC.

Gausling mencatat bahwa ketika industri lain telah ditekan untuk memprioritaskan keinginan pelanggan, namun sayangnya konsumen hanya memiliki sedikit pilihan terkait maskapai penerbangan.

Tigress Osborn, Direktur Eksekutif Asosiasi Nasional mengatakan sebagian besar maskapai penerbangan besar telah merespons keinginan konsumen.

Dengan memberikan 3 pilihan bagi wisatawan yang kelebihan berat badan. Yakni, membayar tiket yang lebih mahal dengan kursi yang lebih besar, membeli kursi kedua, atau tetap tinggal di rumah.

"Orang gemuk berhak melakukan perjalanan untuk bersenang-senang seperti orang lain, dan kita juga harus ingat bahwa perjalanan udara adalah untuk bekerja, untuk kewajiban keluarga, dan untuk tanggung jawab lainnya," katanya.

"Pajak kami membantu mendukung industri ini, dan kami berhak untuk diakomodasi dengan aman dan nyaman, dengan akses ke tempat duduk yang dapat diakses di semua tingkat harga."

5 dari 6 halaman

Ide Membantu Penumpang Obesitas

Hilderman mengatakan bahwa maskapai penerbangan dapat menjual kursi kedua kepada wisatawan yang berukuran besar dengan harga diskon besar-besaran.

Atau mereka dapat memesan setengah lusin kursi untuk orang yang lebih besar, yang dapat didaftarkan secara pribadi oleh penumpang secara online, dengan menggunakan rincian tinggi dan berat badan dari SIM mereka, katanya.

Kursi-kursi tersebut dapat dijual dengan sedikit biaya tambahan, dan jika tidak dipesan oleh penumpang yang memenuhi syarat seminggu sebelum penerbangan, kursi-kursi tersebut akan dilepas kepada siapa pun yang bersedia membayarnya, tambahnya.

6 dari 6 halaman

Adakah harapan untuk kursi yang lebih luas?

Mengenai apakah maskapai penerbangan akan menambah ukuran kursi untuk semua orang, Hilderman mengatakan meskipun secara matematis memungkinkan, hal itu tidak praktis.

"Diameter badan pesawat sudah ditentukan sebelumnya," katanya, merujuk pada badan utama pesawat. "Saat ini kami memiliki 29.000 pesawat komersial yang terbang, dan kami hanya membuat sekitar 1.500 pesawat per tahun, jadi akan membutuhkan waktu 20 tahun untuk mengganti seluruh armada."

Mereparasi pesawat dengan kursi yang lebih lebar berarti mempersempit lorong pesawat, yang sudah sangat sempit, katanya. Untuk memperlebar lorong, satu kursi dari setiap baris harus dipindahkan, yang mengakibatkan kenaikan harga tiket sebesar 20-25%, katanya.

"Kebanyakan orang tidak melihat jenis pesawat apa yang mereka naiki, dan mereka tidak tahu berapa jarak atau lebar kursi," kata Hilderman. "Mereka hanya membeli berdasarkan harga dan maskapai penerbangan mengetahui hal itu."

Arnold Barnett, seorang profesor ilmu manajemen dan statistik di MIT Sloan School of Management, mengatakan kepada CNBC bahwa sebagian besar penumpang pesawat bersedia untuk bertahan dengan ukuran kursi yang ada saat ini dengan imbalan harga yang lebih rendah.

Jika tempat duduk berubah, dinilai harga tiket pesawat harus naik, dan penerbangan menjadi tidak terjangkau bagi penumpang dengan anggaran terbatas." Bagi banyak orang, kursi pesawat yang sempit lebih baik daripada kursi di bus," katanya.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.