Sukses

Gubernur BI Optimis Pertumbuhan Ekonomi Global Bisa 2,7 Persen di 2023

BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi global tahun 2023 tetap sebesar 2,7 persen (yoy), yang disertai dengan pergeseran sumber pertumbuhan

Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) menyebut ketidakpastian ekonomi global masih tetap tinggi. Kendati demikian, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi global tahun 2023 tetap sebesar 2,7 persen (yoy), yang disertai dengan pergeseran sumber pertumbuhan.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, mengungkapkan hal ini seiring dengan pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat dan beberapa negara maju di Eropa lebih baik.

Hal itu dipengaruhi oleh konsumsi rumah tangga, seiring dengan perbaikan upah dan keyakinan konsumen.

Sama halnya dengan Amerika Serikat dan Eropa, pertumbuhan ekonomi Jepang juga diperkirakan masih kuat dipengaruhi oleh konsumsi rumah tangga dan ekspor yang membaik.

"Pertumbuhan ekonomi Tiongkok lebih rendah sejalan dengan tertahannya konsumsi dan investasi terutama di sektor properti," kata Perry, dalam konferensi Pers RDG Juli 2023, Selasa (25/7/2023).

Tekanan Inflasi Masiih Tinggu

Kendati begitu, tekanan inflasi di negara maju masih relatif tinggi dipengaruhi oleh perekonomian yang lebih kuat dan pasar tenaga kerja yang masih ketat.

"Hal ini diperkirakan akan mendorong kenaikan lebih lanjut kenaikan suku bunga kebijakan moneter di negara maju termasuk Federal Funds Rate (FFR) di Amerika Serikat," ujarnya.

Menurutnya, perkembangan tersebut mendorong aliran modal ke negara berkembang lebih selektif dan meningkatkan tekanan nilai tukar di negara berkembang termasuk Indonesia, sehingga memerlukan penguatan respon kebijakan untuk memitigasi resiko rambatan global tersebut.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Bank Indonesia Kembali Tahan Suku Bunga Acuan 5,75 persen di Juli 2023

Bank Indonesia (BI) resmi kembali mempertahankan suku bunga acuan, atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75 persen. Kebijakan itu diumumkan dalam sesi konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia Juli 2023, Selasa (25/7/2023).

"Berdasarkan hasil assesment, Rapat dewan Gubernur Bank Indonesia pada tangga 24-25 Juli 2023 memutuskan untuk mempertahankan BI Day Reverse Repo Rate sebesar 5,75 persen," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.

Selain suku bunga acuan BI, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada Juli 2023 juga menahan suku bunga deposit facility di kisaran 5 persen, dan suku bunga lending facility sebesar 6,5 persen.

Perry menjabarkan, putusan mempertahankan suku bunga acuan ini dibuat untuk menjaga tingkat inflasi nasional agar terkendali, seiring pergolakan ekonomi di tingkat global.

"Keputusan mempertahankan BI7DRRR ini konsisten dengan standar kebijakan moneter untuk memastikan inflasi inti tetap terkendali dalam kisaran sasaran 3 plus minus 1 persen pada sisa tahun 2023, dan 2,5 plus minus 1 persen pada 2024," jelasnya.

 

3 dari 3 halaman

Stabilitas Rupiah

Lebih lanjut, Perry mengatakan fokus kebijakan diarahkan pada penguatan stabilisasi nilai Rupiah untuk mengendalikan inflasi barang impor (imported inflation) dan memitigasi dampak rambatan ketidakpastian pasar keuangan global.

Sementara itu, kebijakan insentif likuiditas makroprudensial terus diperkuat untuk mendorong penyaluran kredit/pembiayaan dengan fokus hilirisasi, perumahan, pariwisata dan pembiayaan inklusif hijau.

Disisi lain, akselerasi digitalisasi sistem pembayaran terus didorong untuk perluasan inklusi ekonomi dan keuangan digital.

Adapun bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran Bank Indonesia tersebut terus diarahkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.