Sukses

Digelar 16-18 Juni, BI Bidik Transaksi Rp 8,5 Miliar di Ajang JaKreatiFest 2023

Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi DKI Jakarta menargetkan transaksi pada penyelenggaraan Jakarta Kreatif Festival (JaKreatiFest) 2023 mencapai Rp8,5 miliar.

Liputan6.com, Jakarta Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi DKI Jakarta menargetkan transaksi pada penyelenggaraan Jakarta Kreatif Festival (JaKreatiFest) 2023 mencapai Rp8,5 miliar. Angka ini meningkat tajam dibandingkan target JaKreatiFest 2022 yang dipatok Rp3,8 miliar.

"Untuk tahun ini target kita Rp8,5 miliar," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta, Arlyana Abubakar dalam Press Conference (JaKreatiFest) di Jakarta, Kamis (8/6).

Arlyana menyampaikan, peningkatkan target transaksi ini berkaca pada realisasi JaKreatiFest di tahun lalu. Dia mencatat, realisasi event tersebut menembus Rp6,8 miliar dari target Rp3,8 miliar.

"Dan kita harapkan realisasi tahun ini bisa lebih dari itu," tekannya.

Selain itu, telah dicabutnya kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) diyakini akan mendorong pergerakan pengunjung. Termasuk dari masyarakat luar DKI Jakarta.

"Kita optimis sekarang sudah aktif lagi pariwisata kembali dibuka, dan pariwisata di daerah urban (meningkat)," ungkapnya.

Event JaKreatiFest akan berlangsung pada tanggal 16 sampai dengan 18 Juni 2023 di Main Atrium Mall Taman Anggrek, Jakarta Barat. Pada ajang ini sebanyak 73 UMKM akan terlibat secara offline dari berbagai provinsi di Indonesia.

Beragam Kegiatan Menarik

Pada ajang JaKreatiFest kali ini terdapat berbagai kegiatan menarik untuk memanjakan pengunjung. Mulai dari festival kopi, teh dan cokelat nusantara, festival bumbu olahan, kegiatan business matching, kegiatan edukasi seputar ekspor UMKM, halal lifestyle, digital payment, perlindungan konsumen dan potensi wisata urban Jakarta, serta pelaksanaan pagelaran fashion show modest.

Untuk menjaga momentum kebangkitan UMKM, JaKreatiFest 2023 akan terus berlangsung sampai dengan 1 sampai 5 Juli 2023 yang menghadirkan 120 UMKM di pameran online pada marketplace.

Penguatan kapasitas UMKM akan terus dilakukan melalui program pelatihan UMKM on-boarding digital dan siap ekspor baik secara tatap muka maupun edukasi online.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

BI Tahan Suku Bunga Acuan 5,75% Usai Perry Warjiyo Kembali Jadi Gubernur Bank Indonesia

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) resmi kembali mempertahankan suku bunga acuan, atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75 persen. Kebijakan itu diumumkan dalam sesi konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia Mei 2023, Kamis (25/5/2023).

Ketetapan itu diumumkan langsung oleh Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo sehari pasca dirinya kembali dilantik menjadi bos tertinggi bank sentral pada Rabu, 24 Mei 2023 kemarin.

"Berdasarkan hasil asesmen dan proyeksi menyeluruh, rapat dewan gubernur Bank Indonesia pada tanggal 24-25 Mei 2023 memutuskan untuk mempertahankan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 5,75 persen," ujar Perry.

Selain suku bunga acuan, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada Mei 2023 juga menahan suku bunga deposit facility di kisaran 5 persen, dan suku bunga lending facility sebesar 6,5 persen.

Perry menjabarkan, putusan mempertahankan suku bunga acuan ini dibuat untuk menjaga tingkat inflasi nasional agar terkendali, seiring pergolakan ekonomi di tingkat global.

"Keputusan mempertahankan BI7DRRR ini konsisten dengan standar kebijakan moneter untuk menentukan inflasi inti tetap terkendali di 3 plus minus 1 persen di akhir 2023, dan inflasi indeks harga konsumen (IHK) kembali dalam sasaran 3 plus minus 1 persen pada akhir 2023," bebernya.

"Bank Indonesia ke depan akan fokus pada penguatan stabilisasi nilai tukar rupiah untuk kendalikan barang impor, dan mitigasi atas rambatan ketidakpastian pasar keuangan global," pungkas Perry.

3 dari 3 halaman

Jerome Powell Beri Sinyal The Fed Bakal Setop Laju Suku Bunga Tinggi

Sementara itu, Ketua Federal Reserve atau Bank Sentral Amerika Serikat, Jerome Powell mengungkapkan bahwa tekanan di sektor perbankan memungkinkan kenaikan suku bunga yang tidak terlalu tinggi untuk mengendalikan inflasi.

Melansir CNBC International, Senin (22/5/2023) Powell mengatakan, inisiatif The Fed untuk menangani masalah di bank-bank menengah sebagian besar telah menghentikan terjadinya skenario terburuk.

Namun dia mengingatkan bahwa krisis di Silicon Valley Bank dan bank di AS lainnya masih dapat mengguncang perekonomian AS.

"Kebijakan stabilitas keuangan membantu menenangkan kondisi di sektor perbankan. Di sisi lain, perkembangan di sana berkontribusi pada kondisi kredit yang lebih ketat dan cenderung membebani pertumbuhan ekonomi, perekrutan dan inflasi," kata Powell dalam sebuah konferensi moneter di Washington D.C.

"Jadi sebagai hasilnya, tingkat kebijakan kami mungkin tidak perlu naik setinggi yang seharusnya untuk mencapai tujuan kami," sambungnya, seraya menambahkan masih ada ketidakpastian tentang sejauh mana langkah selanjutnya dapat berpengaruh.

Seperti diketahui, sebagian besar pasar mengharapkan The Fed akan mengambil jeda dari serangkaian kenaikan suku bunga yang dimulai pada Maret 2022.

Namun, harga telah berubah-ubah karena pejabat The Fed mempertimbangkan dampak kebijakan yang telah dan akan terjadi terhadap inflasi AS.

Powell melihat, inflasi AS masih terlalu tinggi.

"“Kami berpikir bahwa kegagalan untuk menurunkan inflasi tidak hanya akan memperpanjang penderitaan tetapi juga pada akhirnya meningkatkan biaya sosial untuk kembali ke stabilitas harga, menyebabkan kerugian yang lebih besar bagi keluarga dan bisnis, dan kami bertujuan untuk menghindarinya dengan tetap teguh dalam mengejar target kami," tambahnya.  

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini