Sukses

Media Sosial Kini Bisa Jadi Alat Pemasaran Efektif bagi Korporasi

Platform sosial media dinilai bisa menjadi alat pemasaran bagi perusahaan. Pasalnya, sosial media memiliki jangkauan organik dan bisa menyentuh konsumen secara langsung.

Liputan6.com, Jakarta Alumni Sekolah Tinggi yang saat ini sudah menjadi pengambil keputusan di berbagai perusahaan ternama, harus mulai menggunakan platform sosial media sebagai alat pemasaran. Pasalnya, sosial media memiliki jangkauan organik dan bisa menyentuh konsumen secara langsung.

Head of Brand Partnerships for TikTok Indonesia, Haswar Hafid mengatakan, algoritma Tiktok didesain untuk dapat meraih target market yang lebih luas tanpa harus menjadi pengikut akun resmi media sosial korporat.

"Jika konsumen punya ketertarikan dengan sebuah jenis bisnis, maka yang hadir dalam berandanya adalah konten terkait hal itu," ujar Haswar dalam Power Talk bertajuk 'Tiktok as Digital Platform for Increasing Brand Awareness' di kampus IPMI International Business School, Kalibata, Jakarta, dikutip, Senin (27/3/2023).

Namun, lanjutnya, untuk mendapatkan jumlah penonton yang besar, korporasi mesti kreatif dalam membuat konten yang bisa relevan dengan pengguna Tiktok. Sebab, 72 persen konsumen yang ada di platform tersebut lebih suka membeli produk yang menggabungkan hiburan dengan transaksi bisnis.

"Tiktok adalah platform hiburan. Yang membedakan sekarang adalah penambahan komponen bisnis sejak kehadiran Tiktok Shop yang diluncurkan hampir dua tahun lalu. Jadi, buatlah konten yang relevan, lucu, menghibur, memanfaatkan tren, mendidik konsumen, dan punya alur cerita yang menarik," imbuhnya.

Dia lantas mencontohkan sebuah produk sambal kemasan buatan UMKM yang viral di Tiktok. Produk tersebut relatif lebih mahal jika dibandingkan dengan sambal kemasan yang dijual di toko ritel luring. Tapi, karena punya konten yang memiliki story telling kuat dan bisa terkoneksi secara emosional dengan konsumen, sambal kalengan itu saat ini tercatat dibeli oleh 340 ribu pelanggan.

Pengguna Tiktok

Lebih lanjut Haswar menjelaskan, sebagian besar pengguna Tiktok di Indonesia yang jumlahnya mencapai 109 juta tersebut, tidak mau ada paksaan dalam konten yang menjual produk barang. Boleh jadi hal itu pula yang menyebabkan 63 persen pengguna lebih memilih belanja berdasarkan testimoni konten kreator ketimbang membeli dari akun resmi merek tertentu.

"Jika sebuah brand membidik pasar di wilayah tertentu, ada baiknya jika menggunakan pemengaruh media sosial yang sesuai dengan daerah tersebut, lalu digabungkan dengan musik, bahasa, dan budaya lokal, sehingga bisa berinteraksi dan keterkaitan langsung sesuai dengan target pasar," pungkasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pasarkan Produk UMKM di Media Sosial, Apa Saja Untungnya?

Memiliki usaha kecil atau UMKM ternyata bisa berpeluang menjadi jutawan, bahkan miliader bila dikelola dengan baik dan memanfaatkan digitalisasi dalam berjualan.

Seperti memanfaatkan platform TikTok misalnya, pelaku usaha kecil ternyata bisa berpeluang berkembang pesat hanya dalam hitungan bulan bahkan hari.

Bagaimana tidak, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menjabarkan, bila Indonesia menjadi pengguna media sosial terlebih TikTok paling banyak nomor 2 di dunia setelah Amerika Serikat.

"Berdasarkan data, orang Indonesia dalam sehari atau 24 jam, 8 jam 36 menit digunakan untuk mengakses internet, itu berarti sepertiganya mengakses internet, yang lebih amazing, 3 jam 17 menitnya digunakan untuk bersosial-media," ungkap Sandiaga Uno, dalam peresmian House of TikTokers DCT Agency, Jumat, 27 Januari 2023.

Dari data tersebut sebenarnya menjadi peluang para UMKM dan pelaku industri kreatif untuk memasarkan produknya dengan sangat murah bahkan gratis. Terlebih dari 31 juta pengguna internet di Indonesia, mereka lebih memilih belanja online.

"Dan jumlah penjualan Hari Belanja Online Nasional, Harbolnas 2022, itu mencapai Rp 22.7 triliun," tutur Sandiaga Uno.

Untuk itu, dia menginginkan para ekonomi kreator, UMKM dan pengusaha lokal Indonesia, untuk lebih melek dan berlomba kreatif lagi memajukan pasar dalam negeri, dengan memanfaatkan platform di internet.

3 dari 3 halaman

Tangkap Peluang

Peluang tersebut ditangkap oleh DCT Agency, salah satu startup yang bergerak di bidang talent management and advertising digital, telah terafiliasi lebih dari 500 talents, 300 juta followers, dan 77 miliar views pada tahun 2022.

CEO & Founder House of TikTokers by DCT Agency David Nugroho mengatakan, pada tahun 2022, pihaknya berhasil menghasilkan Rp 228 miliar, dari jumlah penjualan yang dikombinasikan dari beberapa produk dan brand UMKM.

"Untuk tahun 2023 ini, kami menarketkan meningkat lima kali lipat dibandingkan 2022 yaitu Rp 1,2 triliun," katanya.

Dia pun mencontohkan, UMKM lokal sebenarnya tidak melulu harus yang sudah berusia dewasa. Bahkan berwirausaha sudah bisa dilakukan dari mereka yang masih remaja.

"Penjualan Tiktok shop di daerah, contohnya di daerah Sulawesi, ada penjual memanfaatkan TikTok shop dari usianya 14tahun, dia menjual baju-baju lokal seperti sweater dan baju-baju muslim, lalu sekarang diusianya 19 tahun, dia bisa menghasilkan Rp 1 miliar sampai Rp 1.5 miliar dari penjualannya," tutur David.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.