Sukses

BI Ramal Ekonomi Global Tumbuh 2,6 Persen di 2023

BI : pertumbuhan ekonomi global 2023 diprakirakan mencapai 2,6 persen.

Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) mengatakan, pertumbuhan ekonomi global diperkirakan lebih baik dari proyeksi sebelumnya.

Mengutip laman resmi BI, Jumat (17/3/2023) pertumbuhan ekonomi global 2023 diprakirakan mencapai 2,6 persen. Menurut bank sentral, angka tersebut sejalan dengan dampak positif pembukaan ekonomi di China dan penurunan disrupsi suplai global.

Selain itu, BI juga melihat pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dan Eropa lebih baik dari proyeksi sebelumnya, dengan risiko resesi yang menurun.

Tetapi BI mencatat, perbaikan prospek ekonomi global tersebut diprakirakan menaikkan harga komoditas non-energi, di tengah harga minyak yang menurun akibat berkurangnya disrupsi suplai.

"Perkembangan positif ekonomi global tersebut serta ekspektasi kenaikan upah karena keketatan pasar tenaga kerja di AS dan Eropa mengakibatkan proses penurunan inflasi global berjalan lebih lambat, sehingga mendorong kebijakan moneter ketat negara maju berlangsung lebih lama sepanjang 2023," demikian keterangan tertulis Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono.

"Pengetatan kebijakan moneter dimaksud, ditambah munculnya kasus penutupan tiga bank di AS, meningkatkan ketidakpastian pasar keuangan global yang kemudian menahan aliran modal ke negara berkembang dan meningkatkan tekanan nilai tukar di berbagai negara,"lanjutnya.

Maka dari itu, Bank Indonesia menyatakan akan terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah guna memitigasi ketidakpastian pasar keuangan global.

Upaya itu termasuk mengantisipasi dampak rambatan penutupan bank di AS terhadap pasar keuangan domestik dan nilai tukar Rupiah.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Ekonomi Indonesia Tetap Kuat

BI juga yakin, pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap kuat didorong oleh peningkatan permintaan domestik dan ekspor.

Bank Indonesia meramal pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 akan bisa naik dalam kisaran 4,5-5,3 persen.

Prospek pertumbuhan ini didukung oleh konsumsi rumah tangga yang diprakirakan makin kuat sejalan dengan peningkatan mobilitas di seluruh wilayah, penjualan eceran, dan membaiknya keyakinan konsumen.

Selain itu, investasi juga solid ditopang penyelesaian Proyek Strategis Nasional (PSN) dan peningkatan aliran masuk Penanaman Modal Asing (PMA). Prospek permintaan domestik yang meningkat juga dipengaruhi dampak lanjutan perbaikan ekspor.

Adapun ekspor barang dan jasa yang diprakirakan akan tumbuh lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya. Hal ini seiring perbaikan prospek ekonomi global.

Perkembangan hingga Februari 2023 menunjukkan ekspor non migas Indonesia tumbuh tinggi, termasuk dari peningkatan ekspor batu bara, bijih logam, dan CPO ke China.

Peningkatan lainnya juga akan terjadi pada kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara, ungkap BI.

Secara spasial, prospek ekspor yang lebih baik mendukung prospek ekonomi di wilayah Kalimantan, Sumatera, dan Sulawesi-Maluku-Papua (Sulampua) yang lebih tinggi. Berdasarkan Lapangan Usaha, prospek sektor Industri Pengolahan, Perdagangan Besar dan Eceran, serta Transportasi dan Pergudangan diprakirakan tumbuh kuat.

 

3 dari 4 halaman

Bos BI Pede Kasus Silicon Valley Bank Tak Bakal Terjadi di Indonesia, Ini Hitungannya

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menilai, kasus bangkrutnya Silicon Valley Bank (SVB) tak akan berdampak ke perbankan Indonesia. Bahkan, kasus tersebut diprediksi tak bakal terjadi terhadap bank dalam negeri.

Satu alasan yang mendasari tak kena dampak adalah bank di Indonesia tidak menaruh modal yang berkaitan dengan SVB. Maka, tak terpengaruh oleh bangkrutnya SVB termasuk 3 bank di Amerika Serikat.

Bank-bank di indonesia apakah terjadi konsentrasi deposan enggak? Sebagaian besar tidak. Sebagian besar itu tidak, umumnya bahwa konsentrasi deposan misalnya top 10 deposan dibagi DPK rata-rata 10-15 persen ada 1 atau 2 bank yang tak lebih dari 35-40 persen. Sehingga deposit funding itu cukup terdiversifikasi sehingga memperkuat ketahanan funding-nya dari bank," beber Perry dalam Konferensi Pers Hasil RDG Bulanan Bank Indonesia pada Maret 2023, Kamis (16/3/2023).

Kedua, dilihat dari risiko valuasi bank di Indonesia. Perry melihat kalau risiko dampak langsungnya hampir tidak ada, karena tak ada yang menanamkan dana di 3 bank AS yang bangkrut.

Pada konteks yang sama, perbankan di Indonesia cenderung memegang SBN model HTM dan sudah bergeser dari SBN AFS. Perry menilai, ini langkah tepat yang jadi faktor kuatnya perbankan Indonesia.

"Dan yang ketiga bank-bank yang ada negatif valuasi terhadap SBN sudah membentuk CKPN cadangan untuk negatif valuasi dari SBN-nya," kata dia.

Dengan demikian, tingkat Capital Adequo Ratio (CAR) berada di posisi yang tinggi. Artinya, bisa menjadi bantalan yang cukup terhadap risiko kebangkrutan.

"CAR nya kan 25,88 persen, ini sudah masukkan CKPN sehingga keseluruhan menyimpulkan bahwa kodnisi perbankan nndonesia itu bisa bertahan terhadap dampak ini," ungkapnya.

"Stabilitas keuangan Indonesia berdaya tahan menghadapi gejolak global ini termasuk dampak dari 3 bank tadi," tambah Perry Warjiyo.

4 dari 4 halaman

Waspada

Kendati begitu, Perry mengungkap kalau Indonesia masih perlu untuk mewaspadai berbagai dampaknya. Bukan dari dampak langsung, dari persepsi global.

"Persepsi itu jadi penting itu muncul persepsi global dan juga dampak persepsi ini kan investor global negatif kembali, kemudian terjadi outflow di Maret ada tekanan nilai tukar rupiah dan ada persepsi muncul," urainya.

"Persepsi ini yang harus kita kelola, cara kelolanya gimana? Yang BI stabilkan nilai tukar rupiah, kita intervensi, kita stabilkan untuk pastikan bahwa ini persepsinya itu baik," pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.