Sukses

Daftar Resesi yang Pernah Dialami Indonesia, Mana Paling Dahsyat?

Pemerintah terus mewaspadai ancaman resesi global bagi Indonesia.

 

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah terus mewaspadai ancaman resesi global bagi Indonesia. Berbagai strategi pun telah disiapkan demi menjaga mimentum pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Strategi ini mulai dari menjaga konsumsi rumah tangga melalui berbagai bantuan sosial (Bansos) hingga meningkatkan pasar ekspor baru.

Dalam pengertiannya, resesi ekonomi sendiri terjadi dimana jika sebuah negara pertumbuhan ekonomi negatif dalam dua kuartal berturut-turut.

Berbicara mengenai resesi global, sebenarnya Indonesia sudah sering melalui resesi. Dan semuanya sukses dilewati meskipun tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Dikutip dari berbagai sumber Liputan6.com, Selasa (21/2/2023),

Daftar resesi yang pernah dialami Indonesia:

  1. Resesi 1963

    Indonesia pertama kali melawan resesi pada 1963. Penyebab resesi saat itu adalah belanja pemerintah yang membengkak, kemudian berujung terjadinya hiperinflasi. Keputusan yang diambil Presiden Soekarno saat itu, menyababkan defisit anggaran tembus hingga 600 persen pada 1965.

    Dari masalah resesi itu, baru ekonomi Indonesia kembali positif di tahun 1970 saat kepemimpinan negara dipegang Soeharto.

  2. Resesi 1997-1998

    Era kejayaan Soeharto mengembalikan ekonomi Indonesia positif hanya bertahan kurang lebih 20 tahun saja. Ekonomi Indonesia kembali bergejolak di tahun 1990-an. Tepatnya mulai kembali resesi pada 1997/1998. Krisis finansial Asia menjadi penyebabnya.

    Saat itu, Indonesia resesi selama tiga kuartal berturut-turut. Dampaknya, nilai tukar rupiah yang meroket 80 persen hingag menyentuh Rp 16.000 per dolar AS. Padahal sebelumnya hanya Rp 9.000 per dolar AS.

    Puncaknya ketika masyarakat mulai tidak percaya terhadap Presiden Soeharto yang keudian terjadi demo besar-besaran di berbagai wilayah Indonesia. Akhirnya Soeharto lengser.

  3. Resesi 2020

Indonesia kembali menghadapi resesi pada 2020. Masalah utamanya, kondisi ekonomi dunia yang memburuk akibat badai pandemi Covid-19. Banyak negara di dunia melakukan penguncian atau lockdown, sehingga mengakibatka perdagangan dunia mandeg. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2020 terkontraksi 5,32 persen dan kuartal II sebesar 3,49 persen. Selama 2020, Indonesia belum mampu abngkit dari rersesi. Baru pada kuartal II-2021 Indonesia bangkit dari resesi, dimana mencatatkan pertumbuhan ekonomi melesat 7,07 persen.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Awas, Ini Bahayanya Resesi Global 2023 Bila Tak Segera Dijinakkan

Aksi PHK (pemutusan hubungan kerja) massal ramai terendus di tengah potensi resesi global. Adapun isu resesi ekonomi marak dibicarakan seiring pengetatan fiskal yang dilakukan sejumlah bank sentral, khususnya kenaikan suku bunga acuan The Fed Amerika Serikat

Pengamat Ekonomi Indonesia Strategic and Economic Action Institution Ronny P Sasmita menilai, Indonesia sejauh ini terhitung aman dari ancaman resesi. Namun, ia tidak memungkiri NKRI bakal ikut terkena dampak pertumbuhan minus ekonomi dunia.

"Soal potensi ekonomi RI ambruk, saya kira belum sejauh itulah ya. Tapi setidaknya akan ada tekanan ekonomi yang lumayan tinggi dari ancaman resesi global dan pengetatan suku bunga The Fed," kata Ronny kepada Liputan6.com, Senin (20/2/2023).

Dari sisi resesi global 2023, ia menambahkan, pasar ekspor nasional akan tertekan. Sehingga berpeluang meningkatkan angka PHK nasional di tahun ini.

Dari sisi kebijakan moneter, pengenaan suku bunga acuan tinggi pun akan menekan investasi. Ujungnya, Ronny mengatakan, itu akan memperkecil kesempatan pembukaan lapangan kerja baru.

"Dengan adanya potensi PHK dan mengecilnya daya serap tenaga kerja akibat likuiditas untuk investasi mengetat, akan memberikan deflasionary pressure kepada ekonomi nasional," terangnya.

Ronny lantas memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia potensi mandeg (stagnasi) atau melambat di tengah kenaikan angka inflasi, alias stagflasi.

"Itu semua berisiko membawa Indonesia ke dalam perangkap sekular stagnasi, bahkan perangkap stagflasi," pungkas Ronny.

3 dari 4 halaman

Pengusaha Was-Was

Dampak resesi global yang sudah mulai terasa bagi Indonesia. Meskipun ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2022 berhasil tumbuh 5,31 persen, namun kinerja ekspor yang menjadi penyokong ekonomi tahun lalu mulai melemah. 

Hal tersebut juga dirasakan oleh dunia usaha, Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Kadin) DKI Jakarta Diana Dewi mengungkapkan, beberapa sektor usaha sudah mulai terasa dampak dari resesi global 2023.

"Iya memang saat ini ada dibeberapa sektor usaha memang terasa ada resesi global. Terutama usaha yang mempunyai keterkaitan dengan sumber daya yang terpengaruh dari eksternal," kata Dian kepada Liputan6.com, Sabtu (18/2/2023).

Ketika beberapa sektor usaha mulai terdampak, menurutnya Pemerintah perlu menjabarkan lebih detail lagi terkait dasar pengaruh yang menjadikan sektor usaha tersebut terpengaruh.

"Kalau sektor usaha tersebut dari karena faktor luar, sebaiknya berdayakan serta gali sumber daya dalam negeri yang harus di optimalkan dan mencari barang substitusinya di dalam negeri," jelasnya.

4 dari 4 halaman

Sektor Terdampak

Kadin pun menyarankan, Pemerintah harus bisa mengetahui sektor yang terdampak dari resesi global dan cepat membantu memberikan kebijakan dan regulasi yang tepat kepada pengusaha, dengan memberikan apa yang dibutuhkan dari pengusaha yang sektornya terdampak resesi, sehingga akan dapat meminimalisir dampak resesi utamakan sektor yang terdampak yang dibantu

Tak kalah penting, menarik investor ini pun menjadi salah satu tugas pemerintah. Dia berharap jangan sampai masyarakat Indonesia yang berjumlah besar di atas 200 juta jiwa, hanya dijadikan pasar oleh negara lain.

"Tetapi harus dijadikan modal agar investasi luar masuk ke Indonesia mengoptimalkan sumber daya yang ada," pungkasnya. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.