Sukses

Inoac Resmi Operasikan Pabrik Baru Senilai Rp 100 Miliar di Cikupa Tangerang

Pabrik kasur Inoac di Cikupa Mas didesain lebih ramah lingkungan, dengan memaksimalkan lahan yang semakinterbatas, serta pengaturan sirkulasi udara di dalam ruangan.

Liputan6.com, Jakarta - Inoac meresmikan pabrik baru berkapasitas produksi 3.500 sampai 4.000 unit kasur busa per hari di komplek Cikupa Mas, Kabupaten Tangerang, Senin (19/12/2022). Pabrik Inoac ini menghabiskan investasi lebih dari Rp 100 miliar.

"Sebagai gambaran saja ya, kita punya 4,5 hektar dengan harga tanah disini sekitar Rp 2 juta per meter, dari tanah saja sudah sekitar Rp 100 miliar. Belum lagi bangunan, mesin dan lainnya," ungkap Fuziansyah Bachtar, President Director PT Inoac Polytechno Indonesia, Senin (19/12/2022).

Meski pabrik kali ini luasannya lebih kecil bila dibanding lokasi pertama di Pasar Kemis, Kabupaten Tangerang, jumlah produksi yang dilakukan perharinya mencapai 3.500 sampai 4.000 unit kasur busa. Namun, jumlah tersebut bisa ditambah sampai 7.000 unit kasur busa perharinya.

"Semua produksi menggunakan bahan busa dan teknologi asal Jepang, beserta pengawasan dari tenaga ahli dari Jepang," ujar Fuziansyah.

Lalu, untuk pabrik yang berada di Karawang difokuskan untuk otomotif. Sementara di Pasar Kemis mesin yang digunakan sudah tergolong tua, yakni berusia 50 tahun.

"Sebenarnya ini untuk kebutuhan domestik saja masih sangat kurang. Pasar untuk di Jawa sendiri masih sangat besar, jadi untuk lokasi pabrik ini kami fokus dulu memenuhi pasar domestik, seperti ke Sumatera, lalu ke Samarinda dan beberapa kota besar lainnya," ungkap Fuziansyah.

Untuk kali ini, pabrik di Cikupa Mas didesain lebih ramah lingkungan, dengan memaksimalkan lahan yang semakinterbatas, serta pengaturan sirkulasi udara di dalam ruangan. Dengan menggunakan teknologi terbaru, kami ingin menghadirkan sekaligus membuat masyarakat Indonesia merasakan produk kasur busa yang berkualitas.

"Untuk saat ini, kami pakai teknologi kompresor, jadi memudahkan pengiriman juga ke berbagai wilayah," katanya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Harga Lahan Bikin Investor Asing Pikir-Pikir Tanam Modal di Indonesia

Kementerian Investasi/BKPM menceritakan, harga lahan untuk suatu proyek masih jadi kendala utama dalam pemasukan investasi asing. Indikator itu juga yang membuat para investor global lebih melirik negara tetangga di kawasan ASEAN ketimbang Indonesia.

Sekretaris Kementerian Investasi/BKPM Ikmal Lukman mengatakan, pandemi Covid-19 hingga situasi tak kondusif di tingkat global semisal perang dagang sempat membuat para investor menahan modalnya pada 2019-2020 silam.

Namun, negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, Vietnam hingga Filipina bisa memanfaatkan kekuatan regulasi soal penyediaan lahan guna membuat perusahaan multinasional menanamkan modalnya, khususnya yang berasal dari China.

"Ternyata penyebab salah satu tak maunya adalah harga lahan. Ternyata pada saat itu cukup tinggi. Maka RI 1 set up supaya kita bisa bersaing dengan negara lain," kata Ikmal dikutip dalam acara penyusunan PPI 2022 di Bali, Sabtu (17/12/2022).

 

3 dari 3 halaman

Peta Pembuatan Investasi

Oleh karenanya, Kementerian Investasi/BKPM terus menyusun Peta Pembuatan Investasi (PPI) yang memberikan gambaran jelas terkait nilai suatu proyek. Sehingga investor mau lebih mendalami proposal bisnis yang ditawarkan, untuk masuk ke dalam tahap feasibility study (FS).

"Jadi ke depan tak ada lagi tanah yang disiapkan untuk investor belum clean and clear. Sehingga data yang masuk ke investor sangat lengkap, dan mempertimbangkan Indonesia untuk jadi destinasi investasi mereka," ungkapnya.

Ikmal menyatakan, inisiasi penyusunan PPI dimulai saat Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia baru menjabat, dimana tak lama setelahnya pandemi Covid-19 menyerang Indonesia.

Pada saat bersamaan, ketertarikan investor menanamkan modalnya juga berkurang akibat situasi tak kondusif. Terlebih pemasukan investasi asing langsung atau foreign direct Investment (FDI) menurun 35 persen.

"Jadi ide ini (penyusunan peta peluang investasi) sangst relevan, dan bisa menarik lebih banyak investasi dalam rangka pemulihan ekonomi nasional," ujar Ikmal.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.