Sukses

HEADLINE: B20 Summit Menuju KTT G20, Apa Kesepakatan Dicapai Guna Percepat Ekonomi Dunia Pulih?

Gelaran B20 Summit 2022 membahas mengenai kerja sama antara pemerintah dan swasta guna menyelesaikan berbagai masalah di dunia serta mendorong pertumbuhan ekonomi global. Apa saja hasilnya?

Liputan6.com, Jakarta - Semua mata tertuju ke Bali. Pulau Dewata ini menjadi saksi pertemuan para pebisnis nasional hingga dunia. Mereka berkumpul menghadiri B20 Summit 2022.

B20 Summit 2022 digelar selama dua hari tepatnya 13 dan 14 November 2022 di Nusa Dua Bali. Pertemuan ini merupakan side events dari KTT G20 Bali yang digelar pada 15-16 November 2022.

B20 Summit 2022 bisa dikatakan sukses digelar. Forum dialog resmi Negara G20 dengan komunitas bisnis global ini telah ditutup Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 14 September 2022.

Kesuksesan acara ini terlihat dari pembicara dan tamu yang hadir. Ketua B20 Indonesia Shinta Widjaja Kamdani mengatakan, B20 Summit 2022 dihadiri oleh 2.000 peserta dari lebih 69 negara.

Nama-nama pembicara pun tidak bisa dipandang sebelah mata. Sebut saja CEO Tesla Elon Musk. Orang terkaya di bumi ini semula ingin hadir fisik ke Bali tetapi akhirnya batal.

"Anda tahu beban kerja saya baru-baru ini meningkat cukup banyak. Maksudnya, saya memiliki terlalu banyak pekerjaan di sini," ungkap Elon menjawab pertanyaan pembatalan kehadirannya ke Bali, Senin (14/11/2022).

Selain Elon Musk, Pemilik e-commerce Amazon Jeff Bezos juga menjadi salah satu pembicara. Di B20 Summit 2022 ini Jeff Bezos berbicara mengenai keseimbangan pertumbuhan ekonomi global dan perlindungan lingkungan.

Tak Ketinggalan Anne Hathaway yang merupakan artis sekaligus Goodwill Ambassador for UN Women. Dalam gelaran ini Anne Hathaway membicarakan soal kesetaraan gender.

Shinta Widjaja Kamdani mengatakan, untuk menghadapi ketidakpastian dan tantangan secara global, diperlukan kerjasama multi-stakeholder. Layaknya Spiderman yang mampu bekerja sama dalam menghadapi masalah yang ditimbulkan oleh musuh. Maka, dunia pun bisa menghadapi berbagai masalah dengan cara kolaborasi.

“Sekarang, seperti Spiderman yang menghadapi berbagai masalah dari seluruh Multiverse. Begitupun dunia saat ini menghadapi banyak masalah dan tantangan beragam mulai dari efek menakutkan Covid, hingga meningkatnya inflasi, masalah pangan dan energi, kelangkaan, dan perkiraan pertumbuhan ekonomi yang melambat,” kata Shinta dalam sambutannya di acara B20, Minggu 13 November 2022.

Tidak ada satu negara, maupun satu perusahaan, bahkan satu institusi mampu menyelesaikan masalah ini sendirian. Oleh karena itulah, adanya B20 dan G20 berguna untuk membangun dan membina kolaborasi multi pemangku kepentingan untuk menjawab tantangan yang dihadapi dunia saat ini.

“Jadi tahun ini B20, Indonesia telah merumuskan program-program yang dipelopori oleh gugus tugas dan dewan aksi, dan B20 mendukung mereka Gugus tugas kami untuk menghasilkan solusi,” ujarnya.

 

Komunike Diserahkan ke KTT G20

Shinta melanjutkan, di gelaran ini B20 dibahas mengenai kerja sama antara pemerintah dan swasta. Hal ini, menjadi titik baru yang dibahas di Presiden G20 Indonesia.

"Kali ini kita akan fokus pada rekomendasi kebijakan dan program-program turunan. Kita punya banyak diskusi yang akan diarahkan oleh pemimpin bisnis dan pemimpin organisasi global untuk mendorong proses pengembangan di B20-G20," kata dia.

Selanjutnya, setelah beragam bahasan, kesimpulan nantinya akan disampaikan ke tingkat kepala negara. Dengan begitu, akan disampaikan juga dalam forum di tingkat kepala negara atau KTT G20. "Kita akan menyampaikan komunike untuk nantinya mendorong aksi dari para pemimpin G20," ujarnya.

Kemudian dokumen komunike atau kesepakatan bersama ini akan dilanjutkan ke perhelatan G20 ke depan, yakni kepada India. Dengan begitu, bahasan sektor bisnis negara G20 akan terus berlanjut.

"Kami harap hubungan erat yang dibangun dalam beberapa bulan terakhir ini bisa dilanjutkan kedepannya," kata Shinta.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Kadin Indonesia Arsjad Rasyid mengungkap kalau komunike dari gelaran B20 bukan sekadar dokumen kesepakatan. Tapi, ini disebut sebagai salah satu inisiatif penting di sektor bisnis kedepannya.

"Komunike ini bukan sebatas dokumen, tapi ini jadi langkah lanjutan sebagai inisiatif dan mengedepankan kolaborasi antara pemerintah dan pelaku usaha swasta," terangnya.

Guna mendukung kesepakatan ini, Arsjad berharap tiap pemangku kepentingan bisa bergandeng tangan. Tujuannya agar kolaborasi antara dua pihak ini tak sekadar kerja sama satu waktu.

"Dan kita bisa mencapai itu dengan bersama-sama, bergotong royong. Terima kasih semuanya telah menyukseskan B20 Summit, mari kita dorong inovasi, inklusi, dan kolaborasi bersama," tutup Arsjad. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

3 Capaian Penting B20 Summit 2022

Arsjad Rasyid melanjutkan, sejumlah hal yang jadi perhatian sepanjang forum pebisnis G20. Mulai dari transisi energi, dukungan UMKM dan perempuan, hingga penguatan kesehatan global.

Menarik, isu keterlibatan UMKM jadi kesempatan pertama kali dibawa ke forum tertinggi pebisnis sepanjang sejarah G20. Ini pula yang disebut-sebut jadi motor pertumbuhan ekonomi di berbagai negara.

"Ketiga elemen ini adalah kunci untuk memastikan pertumbuhan bersama yang berkelanjutan dan inklusif bagi semua negara," kata dia dalam B20 Summit Indonesia, Senin (14/11/2022).

Secara khusus peran UMKM yang bisa jadi pemeran utama pertumbuhan ekonomi dunia. Bahkan, lebih dari 65 persen PDB Indonesia ditopang oleh UMKM.

Pada konteks ini, Arsjad mengungkap kalau prioritasnya adalam mendorong pertumbuhan inklusif dari UMKM di tangan perempuan.

"Untuk tujuan ini, kami telah membentuk Inisiatif pemberdayaan perempuan global, yang bertujuan untuk memfasilitasi inklusi perempuan dalam ekonomi global melalui bimbingan dukungan pelatihan, pendanaan, dan lainnya. Prakarsa ini akan diselenggarakan oleh Organisasi Pengusaha Internasional," ungkapnya.

Dia juga menyebut telah mulai menggerakkan UMKM untuk masih ke rantai pasok global yang dinilai kompleks. Tentunya, membawa potensi UMKM yang menyumbang lebih dari 60 persen PDB Indonesia.

"Hal ini diharapkan dapat membuka pertumbuhan yang substansial dan kami berharap program ini dapat direplikasi di tempat lain," paparnya.

Pesan Jokowi ke India

Presiden Jokowi mengatakan hal yang sama. Berpesan kepada India untuk meneruskan cita-cita pengembangan UMKM saat melanjutkan Presidensi B20 dan G20 pada 2023.

"Berkaitan dengan digitalisasi, saya titip yang besar agar membawa (pelaku usaha) yang kecil, (pengusaha) yang besar mau membesarkan usaha-usaha kecil, usaha mikro agar mereka tidak tertinggal," pinta Jokowi.

Jokowi pun menceritakan upaya Pemerintah Indonesia pada 3 tahun terakhir dalam memasukan pelaku UMKM ke platform digital. Dari total sekitar 64 juta UMKM di Nusantara, sekitar 19 juta diantaranya sudah masuk ke ranah digital.

"Target kita di 2024 kita harapkan sudah mencapai di atas 30 juta (UMKM). Artinya, yang kecil-kecil ini jangan dijegal," imbuh Jokowi.

Tak lupa, ia pun memandatkan India agar mau meneruskan misinya dalam mengembangkan sektor UMKM, saat mengemban tugas selaku pemegang Presidensi B20 dan G20 2023.

"Saya titip kepada India, agar nantinya juga yang usaha-usaha kecil, mikro ini juga masih dibawa lagi diteruskan. Terakhir saya mengucapkan selamat bekerja bagi Presidensi B20 India di tahun depan, saya optimis B20 akan semakin solid dan terus berkembang," pungkas Jokowi.

Tak hanya untuk UMKM, digitalisasi juga mampu mengubah industri. Presiden Direktur Elang Mahkota Teknologi (Emtek) Group, Alvin Sariaatmadja menjadi salah satu pembicara di ajang B20 Summit ini menguraikan bagaimana teknologi mengubah lanskap industri, termasuk di Grup Emtek.

Ikut mengapresiasi kebijakan Presiden Joko Widodo yang dinilai berorientasi ke depan, sehingga memberikan dampak positif dalam skala yang lebih luas. 

Alvin memaparkan bagaimana inovasi teknologi membuka peluang bagi munculnya bisnis-bisnis baru yang bisa tumbuh cepat dan besar jika menyediakan layanan yang relevan dan memiliki nilai tambah untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.

"Jadi, ada perombakan besar-besaran di berbagai industri di mana pemain baru muncul berkat inovasi teknologi," kata Alvin.

 

3 dari 5 halaman

Transisi Energi

Arsjad mengungkap prioritas lainnya yang mencatatkan hasil. Misalnya, penguatan dalam upaya transisi energi hijau di berbagai aspek.

"Kami secara aktif mendorong transisi hijau melalui berbagai jalur, termasuk dekolonisasi industri, dan memfasilitasi investasi hijau. Carbon Center of Excellence telah didirikan dengan harapan menginisiasi kolaborasi global atau inisiatif net zero," tuturnya.

"Kami juga memiliki layanan hub Net Zero Emission pertama di Indonesia untuk mendorong dan memfasilitasi komitmen sektor swasta untuk Net Zero Emission," tambahnya.

Mengenai energi bersih ini juga menjadi perhatian dari Jeff Bezos. Ia mengungkapkan pengalaman saat pergi ke luar angkasa dengan Blue Origin beberapa waktu lalu. Bagaimana secara langsung dampak dari perubahan iklim yang mengikis atmosfer bumi.

"Permukaan planet kita terbuat dari lapisan yang sangat tipis dan rapuh. Saya teringat tahun lalu ketika saya pergi ke luar angkasa dengan Blue Origin. Saya diberitahu bahwa melihat Bumi dari luar angkasa mengubah lensa di mana Anda melihat dunia, tetapi saya tidak siap untuk seberapa banyak itu akan benar," kata dia.

Dari pandangannya, atmosfer Bumi terlihat tipis.Pemandangan itu membuat Bumi terlihat sangat indah, termasuk vegetasi, tanah, hingga kondisi laut yang mengesankan Bumi sangat layak dihuni.

"Tapi mereka sedang terdegradasi dan pada tingkat yang mengkhawatirkan. Dunia sedang memanaskan lautan, meningkatnya badai, mengintensifkan lautan kita menjadi asam dan stok ikan kita menurun. Tanah terkikis dan gurun merambah," bebernya.

Guna mengatasi hal ini, dia mengerahkan Bezos Earth Fund yang telah memantau 50 transisi utama bersama berbagai pihak terkait. Tujuannya untuk mengatasi krisis iklim, alam, dan pembangunan ekonomi dunia.

Penguatan Kesehatan

Kemudian, Arsjad melanjutkan, adanya penguatan di sistem kesehatan global untuk bisa menghadirkan pelayanan yang adil. Ini menyatukan unsur pemerintah, industri dan organisasi kesehatan global untuk membuat program vaksinasi yang berkelanjutan di seluruh dunia.

"Ini akan membantu mengurangi ketidaksetaraan vaksin antara global selatan dan utara global dan membantu menutup kesenjangan dalam infrastruktur kesehatan di seluruh populasi dan wilayah di seluruh dunia. Sebagai bagian dari peningkatan perawatan kesehatan dan ketahanan di Indonesia, kami juga telah membantu memfasilitasi kemampuan manufaktur lokal untuk memperkuat kemampuan kesiapsiagaan dan tanggap pandemi Indonesia," tutup Arsjad.

Terkait hal ini, Menteri Keuangan dan Menteri Kesehatan anggota G20 pun telah sepakat membentuk Financial Intermediary Fund (FIF) atau Pandemic Fund.

Adanya Dana Pandemi ini guna mencapai arsitektur kesehatan global yang baik sehingga dunia jadi bisa siap untuk menghadapi pandemi yang bisa datang kapan saja dan menimbulkan ancaman terhadap stabilitas ekonomi dunia.

Berkaca dari pengalaman COVID-19, kegagalan dalam penanganan pandemi dapat mengarah pada terjadinya gangguan stabilitas sosial dan politik, sebagaimana terjadi di sejumlah negara di dunia.

4 dari 5 halaman

Isu Gender pun Dibahas

Isu gender pun dibahas dalam gelaran ini. Goodwill Ambassador for UN Women, Anne Hathaway mengungkap kenyataan cukup ironis di depan delegasi G20 di Bali. Dia mengungkap kondisi kerja bagi kalangan perempuan di dunia saat ini.

Anne Hathaway mengingatkan soal kesetaraan gender dalam dunia kerja yang masih jadi perjuangan hingga saat ini. Menurut dia, ada waktu yang sangat lama untuk bisa mewujudkan hal tersebut.

"Partisipasi perempuan dalam kekuatan yang setara merupakan hal mendasar untuk kemajuan bagi semua orang. Saya yakin Anda mengetahui bukti yang menunjukkan secara meyakinkan bahwa kesetaraan antara perempuan dan laki-laki membuat kita semua lebih aman, lebih bahagia, lebih sejahtera, dan lebih sukses," kata dia dalam B20 Summit Indonesia.

"Namun, kenyataan yang kita hadapi adalah bahwa dengan tingkat kemajuan saat ini, mungkin diperlukan waktu 300 tahun lagi untuk mencapai kesetaraan gender. Saya harap kita semua setuju bahwa ini terlalu lama tiga abad," tambah aktris Hollywood ini.

Dia menilai dibutuhkan lebih dari harapan untuk mengejar hal tersebut, meski saat ini dunia sedang di posisi yang lebih baik dari sebelumnya.

Ia memandang kemajuan bagi perempuan dan anak perempuan banyak dirampas di berbagai negara.

Pandemi Melemahkan Perempuan

Managing Director of Development Policy and Partnership Bank Dunia, Mari Elka Pangestu, menilai pandemi Covid-19 telah melemahkan posisi kaum perempuan di dunia kerja. 

Mantan Menteri Perdagangan tersebut mengatakan, di samping kehilangan pekerjaan, pandemi Covid-19 memang lebih berdampak terhadap perempuan dibanding laki-laki untuk sejumlah alasan.

"Pertama, kebanyakan pekerja di bidang kesehatan adalah perempuan. Jadi mereka yang paling terkena dampak," kata Mari Elka Pangestu.

Alasan lainnya, banyak perempuan pekerja di bidang kesehatan dari negara berkembang tidak turut dilindungi layanan kesehatan. Di sisi lain, kekerasan berbasis gender terhadap perempuan disebutnya meningkat.

"Keempat, perempuan lebih mungkin kehilangan pekerjaan karena mereka harus berdiam di rumah, mengasuh anaknya yang tidak pergi ke sekolah atau orang tuanya yang lanjut usia," papar Mari.

 

5 dari 5 halaman

Sesuai dengan Arah Dunia

Ekonom dari Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengungkap kalau bahasan di forum bisnis G20 atau B20 telah sesuai dengan arah dunia ke depan. Harapannya, ini bisa memberikan hal positif mengenai investasi ke dalam negeri.

Eko memandang topik-topik itu jadi hal penting kedepannya. Apalagi, dibarengi dengan kebijakan yang sesuai dalam mendukung dunia usaha.

"Kalau menurut saya isu yang diangkat B20 sudah tepat, sejalan dengan tren bisnis ke depan yang lebih mengarah ke keberlanjutan lingkungan, kesehatan dan energi terbarukan," kata dia kepada Liputan6.com.

Hal ini akan semakin berdampak positif jika bisa didukung oleh sektor keuangan. Sehingga pertumbuhan sektor bisnis akan semakin pesat.

"Maka mau tidak mau sektor bisnis akan mengikuti karena sumber dananya dari sektor keuangan. Jadi, harusnya positif bagi investasi," ungkapnya.

Sementara itu, Eko menekankan hal yang kurang menjadi perhatian dalam B20. Yakni aspek keterlibatan UMKM dan kerja sama antar perusahaan besar dan UMKM.

Topik ini perlu jadi perhatian penting. Sebab, Indonesia dan negara berkembang lainnya banyak ditopang oleh tumbuhnya UMKM.

"Kalau untuk Indonesia dan negara berkembang, sebenarnya isu kemitraan antara usaha UMKM dan usaha besar perlu juga dibahas di forum bisnis G20, sehingga ekonomi kedepan tidak makin timpang," ujarnya.

Pengamat dari Indonesia Strategic and Economic Action Institution Ronny P Sasmita melihat, isu kerja sama antara pemerintah dan perusahaan swasta menjadi salah satu bahasan dalam forum pebisnis G20 atau B20.

Alasannya, isu ini jadi salah satu yang bisa mendorong investasi. Syaratnya, pebisnis kelas dunia perlu menaruh perhatian agar lebih mendetail.

"Investasi berupa public private partnership investment sangat krusial, terutama jika dikaitkan dengan isu utama yang dibawa pada G20 kali ini," kata dia kepada Liputan6.com.

Isu kesehatan, penekanan emisi karbon, energi terbarukan, hingga transformasi digital memerlukan kolaborasi kedua belah pihak. Sehingga pada akhirnya bisa mencapai tujuan isu-isu prioritas di Presidensi G20 Indonesia kali ini.

"Semuanya memerlukan kolaborasi pemerintah dan swasta, karena membutuhkan nominal investasi yang tidak sedikit. Karena itu, pola-pola public private partnership investment ini perlu dibuat sampai mendetail, terutama untuk Indonesia, agar investor-investor global bisa segera terlibat di Indonesia," bebernya.

Ronny memiliki pandangan kalau tiga isu utama di G20 kali ini cukup tepat dan kontekstual sebagaimana yang dihadapi dunia kali ini. Namun, di sisi lain, imbas dari hal ini bakal terasa di sektor-sektor tertentu saja.

"Isu kesehatan terkait erat dengan sektor kesehatan secara komersial di satu sisi dan kesehatan sebagai barang publik di sisi lain. Di mana berbagai aturan main yang terkait dengan kesehatan publik akan berpengaruh pada aktivitas ekonomi. Isu ini muncul tentu karena pandemi yang melanda dunia selama dua tahun belakangan," papar dia.

Sementara itu, di sisi energi terbarukan, ada peluang investasi yang produktif di Indonesia. Ini bukan hanya soal komoditas nikel yang jadi tumpuan.

"Tapi juga dari sisi urgensi transisi ke energi terbarukan secara bertahap bagi Indonesia agar ketergantungan pada BBM Impor bisa dikurangi dan ketergantungan pada penggunaan energi kotor juga bisa dikurangi," terangnya.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.