Sukses

BI Kerek Suku Bunga, Rupiah Berpotensi Menguat pada 24 Agustus 2022

Rupiah diprediksi menguat pada perdagangan Rabu (24/8/2022).

Liputan6.com, Jakarta - Pada perdagangan Selasa (23/8/2022) Rupiah ditutup menguat 54 poin walaupun sempat melemah 20 poin di level Rp 14.837. Sedangkan, pada penutupan perdagangan sebelumnya Rupiah berada di posisi 14.881

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, Rupiah berpotensi menguat pada perdagangan Rabu, 24 Agustus 2022.

"Mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp 14.810 hingga Rp 14.860," kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Selasa (23/8/2022).

Secara internal hal ini dipengaruhi oleh Bank Indonesia (BI) yang memutuskan untuk menaikkan tingkat suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 3,75 persen pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Agustus 2022. 

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan alasan pihaknya menaikkan suku bunga acuan tersebut sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memitigasi risiko peningkatan inflasi inti dan ekspektasi inflasi akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi dan inflasi pangan yang terus meningkat.

Selain itu, Perry memandang kebijakan untuk menaikkan suku bunga acuan juga diperlukan untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.

Sejalan dengan keputusan ini, Bank Indonesia (BI) menetapkan suku bunga Deposit Facility sebesar 25 basis poin menjadi 3 persen dan suku bunga Lending Facility 4,5 persen. Sebagaimana diketahui, tingkat inflasi pada Juli 2022 tercatat mencapai 4,94 persen secara tahunan.

Sementara itu, tingkat inflasi inti masih berada dalam sasaran target BI 2-4 persen, yaitu sebesar 2,86 persen.

Perry menjelaskan sebelumnya tingkat inflasi inti pada tahun ini diperkirakan masih akan berada di bawah level 4 persen meski terjadi dampak rambatan dari tingginya inflasi pangan dan inflasi harga yang diatur pemerintah.

Dengan rencana pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi, dia memperkirakan tingkat inflasi inti hingga akhir tahun akan melebihi sasaran target Bank Indonesia. 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Indeks Dolar AS Menguat

Dolar AS bertahan kuat pada Selasa, Sebagian besar didukung oleh serangkaian komentar hawkish dari pejabat Fed pekan lalu, yang menunjukkan bank sentral tidak memiliki rencana untuk mengurangi laju kenaikan suku bunga serta eropa menghadapi pasokan energi dan kekhawatiran pertumbuhan ekonomi yang lebih luas.

Fokus sekarang pada pidato yang akan datang oleh Ketua The Fed Jerome Powell ke Jackson Hole Symposium pada Jumat, di mana ketua diperkirakan akan mengabaikan spekulasi Fed bermaksud untuk berporos ke sikap dovish.

Data inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan untuk Juli secara singkat telah mendorong ekspektasi Fed akan mengurangi ukuran kenaikan suku bunga mulai September. 

Tetapi tanda-tanda pasar kerja yang kuat, ditambah dengan komentar hawkish dari anggota Fed, telah mengimbangi ekspektasi ini.

Di sisi lain, Bank Rakyat China memangkas suku bunga untuk minggu kedua berturut-turut pada Senin, menunjukkan Beijing kemungkinan akan meluncurkan lebih banyak langkah stimulus untuk mendukung perekonomian.

 

3 dari 4 halaman

Rupiah Melemah Menanti Hasil RDG Bank Indonesia

Sebelumnya, nilai tukar rupiah pada Selasa pagi melemah jelang pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI).

Rupiah pagi ini melemah 11 poin atau 0,07 persen ke posisi 14.903 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.892 per dolar AS.

Analis Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Revandra Aritama saat dihubungi di Jakarta, Selasa, mengatakan, faktor penggerak rupiah dari eksternal masih seputar perlambatan ekonomi dan inflasi Amerika Serikat.

"Publik masih menunggu pernyataan The Fed mengenai inflasi dan apa kebijakan suku bunga yang akan diambil The Fed, apakah akan tetap agresif atau mulai melunak," ujar Revandra dikutip dari Antara, Selasa (23/8/2022).

Sebelumnya, para pejabat bank sentral mengatakan bahwa The Federal Reserve perlu terus menaikkan suku bunga untuk mengendalikan inflasi yang tinggi dalam beberapa dekade terakhir.

Pejabat The Fed yang memberikan dukungan kenaikan suku bunga diantaranya adalah Presiden Fed San Fransisco Mary Daly yang cenderung mendukung kenaikan 50 basis poin (bps) atau 75 bps pada September.

4 dari 4 halaman

Kenaikan Suku Bunga AS

Sementara Presiden Fed St Louis James Bullard mendukung kenaikan suku bunga sebesar 75 bps dan dia mengatakan bahwa suku bunga akan berada di area 3,75 persen - 4 persen pada akhir tahun ini.

Pelaku pasar masih berspekulasi akan kenaikan sebesar 50 basis poin pada pertemuan bank sentral September mendatang.

"Dari dalam negeri, isu kenaikan BBM terutama pertalite menjadi pendorong sentimen terhadap rupiah. Jika BBM terutama pertalite dinaikkan, kemungkinan inflasi akan melonjak dan memberikan tekanan pada rupiah," kata Revandra.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.