Sukses

Rupiah Berpotensi Melemah pada Perdagangan Kamis 18 Agustus 2022

Rupiah kembali ditutup melemah, ini potensinya pada perdagangan Kamis (18/8/2022).

Liputan6.com, Jakarta - Pada perdagangan Selasa, 16 Agustus 2022, Rupiah ditutup melemah 26 poin walaupun sempat melemah 30 poin di level Rp 14.768. Sedangkan, pada penutupan perdagangan sebelumnya Rupiah berada di posisi 14.741.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, Rupiah berpotensi melemah pada perdagangan Kamis, 18 Agustus 2022.

"Mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 14.750 hingga Rp 14.820,” kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Selasa (16/8/2022).

Faktor Internal

Secara internal, rupiah dipengaruhi oleh Pemerintah Indonesia yang telah sigap dalam menyikapi ancaman krisis. Indonesia merupakan negara dengan risiko resesi yang kecil bila dibandingkan dengan negara lain sangat jauh. 

Jika dibandingkan dengan rata-rata negara Amerika dan Eropa, yang mencapai 40-55 persen, ataupun negara Asia Pasifik pada rentang antara 20-25 persen.

Menurut Ibrahim, dengan rendahnya ancaman resesi, pemerintah tidak boleh lalai, karena masih ada inflasi yang menjadi momok bagi perekonomian nasional saat ini. 

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, per Juli 2022, laju inflasi Indonesia berada di level 4,94 persen, dan pada Agustus diprediksi meningkat pada kisaran 5 hingga 6 persen.

Kemudian pada September 2022, Indonesia diprediksi akan menghadapi hiperinflasi dengan angka inflasi pada kisaran 10 sampai 12 persen, yang disebabkan oleh laju kenaikan harga pangan dan energi yang semakin membebani masyarakat.

Sebagaimana untuk diketahui, lonjakan harga minyak dunia pada awal April 2022 diperkirakan mencapai USD 90 yang mana jauh dari asumsi APBN 2022, yaitu sebesar USD 63 per barel. 

Disisi lain, APBN saat ini juga sedang menanggung beban subsidi BBM yang sudah mencapai Rp 502 triliun.

Karenanya, kondisi fiskal dan moneter pun menjadi perhatian guna menghadapi krisis global. Dalam sektor fiskal sendiri, tantangan yang akan dihadapi adalah normalisasi defisit anggaran untuk menjaga proporsi utang luar negeri terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan keberlanjutan pembiayaan infrastruktur.

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Faktor Eksternal

Defisit anggaran harus kurang dari 3 persen pada 2023, sehingga menjadikan tantangan utama karena pemulihan saat ini sedang mengalami kondisi yang tidak menentu. Selain itu, peningkatan utang yang tinggi juga menjadikan beban pada negara.

Secara eksternal,  dolar AS menguat terhadap mata uang lainnya pada Selasa, karena penurunan suku bunga yang mengejutkan oleh bank sentral serta data produksi industri China yang secara signifikan lebih lemah dari perkiraan menimbulkan kekhawatiran atas lesunya permintaan memicu kekhawatiran resesi.

Tawaran keamanan global didorong oleh serangkaian indikator ekonomi dunia yang lemah. Pada Senin, data menunjukkan kepercayaan pembangun rumah keluarga tunggal AS dan aktivitas pabrik negara bagian New York turun pada Agustus ke level terendah sejak dekat awal pandemi COVID-19. 

Itu mengikuti data aktivitas China yang secara mengejutkan lemah yang output industri China tumbuh 3,8 persen pada Juli, yang berada di bawah ekspektasi 4,6 persen, dan juga lebih rendah dari angka Juni sebesar 3,9 persen. 

Penjualan ritel China juga terbaca lebih lemah dari yang diharapkan. Kekhawatiran atas ekonomi semakin diperburuk oleh penurunan suku bunga yang tidak terduga oleh People's Bank of China, menunjukkan tekanan ekstrem pada bank sentral untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.

Pasar China telah menderita sebagai akibatnya, dengan analis menurunkan prospek mereka untuk pertumbuhan ekonomi tahun ini. Kekhawatiran atas China juga telah melemahkan pasar komoditas global dengan prospek permintaan yang lebih lemah.

 

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 3 halaman

Asumsi Rupiah pada 2023

Sebelumnya, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan, rata-rata nilai tukar Rupiah diperkirakan bergerak di sekitar Rp 14.750 per US Dollar (USD).

Hal itu disampaikan Jokowi dalam Pidato Pengantar RAPBN 2023 dan Nota Keuangan di Gedung DPR/MPR, pada Selasa, 16 Agustus 2022.

Rata-rata nilai tukar Rupiah diperkirakan bergerak di sekitar Rp14.750 per US Dollar dan rata-rata suku bunga Surat Utang Negara 10 tahun diprediksi pada level 7,85 persen," kata Jokowi, dalam pidato yang disiarkan secara daring di laman Youtube DPR RI pada Selasa, 16 Agustus 2022.

Dalam kesempatan itu, Jokowi juga mengungkapkan bahwa inflasi Indonesia akan tetap dijaga pada kisaran 3,3 persen.

"Kebijakan APBN akan tetap diarahkan untuk mengantisipasi tekanan inflasi dari eksternal, terutama inflasi energi dan pangan. Asumsi inflasi pada level ini juga menggambarkan keberlanjutan pemulihan sisi permintaan, terutama akibat perbaikan daya beli masyarakat," ujar Jokowi.

 Menurut Jokowi, bauran kebijakan yang tepat, serta sinergi dan koordinasi yang semakin erat antara otoritas fiskal, moneter, dan sektor keuangan akan menjadi modal yang kuat dalam rangka akselerasi pemulihan ekonomi nasional serta penguatan stabilitas sistem keuangan.

Adapun harga minyak mentah Indonesia (ICP) yang juga diperkirakan akan berkisar pada 90 US Dollar per barel.

"Di sisi lain, lifting minyak dan gas bumi diperkirakan masing-masing mencapai 660 ribu barel per hari dan 1,05 juta barel setara minyak per hari," ungkap Jokowi.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.