Sukses

Harga Emas Antam Hari Ini 1 Agustus 2022 Turun jadi Rp 980.000 Segram

Harga emas Antam hari ini 1 Agustus dijual Rp 980 ribu segram, turun Rp 2.000 dibandingkan perdagangan sebelumnya.

Liputan6.com, Jakarta Harga emas yang dijual oleh PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) pada perdagangan 1 Agustus 2022 turun dibandingkan dengan perdagangan kemarin. Harga emas Antam hari ini dijual Rp 980 ribu segram, turun Rp 2.000 dibandingkan perdagangan sebelumnya.

Hal yang sama juga terjadi dengan harga buyback. Harga emas Antam buyback dipatok Rp 842 ribu segram, turun Rp 1.000. Harga buyback ini merupakan patokan bila Anda menjual emas maka Antam akan membelinya di harga Rp 842 ribu per gram.

Saat ini, Antam menjual emas dengan ukuran mulai 0,5 gram hingga 1.000 gram. Harga emas Antam belum termasuk PPh 22 sebesar 0,9 persen. Hingga pukul 08.19 WIB, harga emas Antam sebagian besar masih ada.

Anda bisa memperoleh potongan pajak lebih rendah (0,45 persen) jika menyertakan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

Berikut rincian harga emas Antam hari ini pada Senin, 1 Agustus 2022 untuk berbagai ukuran:

* Pecahan 0,5 gram Rp 540.000

* Pecahan 1 gram Rp 980.000

* Pecahan 2 gram Rp 1.900.000

* Pecahan 3 gram Rp 2.825.000

* Pecahan 5 gram Rp 4.675.000

* Pecahan 10 gram Rp 9.295.000

* Pecahan 25 gram Rp 23.112.000

* Pecahan 50 gram Rp 46.145.000

* Pecahan 100 gram Rp 92.212.000

* Pecahan 250 gram Rp 230.265.000

* Pecahan 500 gram Rp 460.320.000

* Pecahan 1.000 gram Rp 920.600.000.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Harga Emas Turun ke USD 1.700 per Once, Ini Biang Keroknya

Prospek harga emas berubah begitu saja dipengaruhi oleh kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed). Di mana emas belum bisa keluar dari kesulitan, harga turun kembali ke USD 1.700 per once.

Dikutip dari laman Kitco News, Senin (1/8/2022), setelah menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada hari Rabu pekan lalu, Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan kenaikan super besar lainnya akan mungkin terjadi pada bulan September.

Namun, itu semua tergantung pada putaran baru data makro. Sebelum pertemuan September, akan ada dua putaran inflasi dan cetakan data ketenagakerjaan. Powell juga mengisyaratkan bahwa setelah menaikkan suku bunga sebesar 150 basis poin hanya dalam 40 hari, The Fed sekarang berada di posisi netral, yang berarti bahwa The Fed dapat segera mulai memperlambat laju kenaikan suku bunganya.

“Sekarang kami berada di netral, saat proses berlangsung, pada titik tertentu, akan tepat untuk memperlambat. Dan kami belum membuat keputusan kapan titik itu, tetapi secara intuitif itu masuk akal. Kami sudah pemuatan front-end peningkatan tarif yang sangat besar ini. Sekarang kita semakin dekat ke tempat yang kita butuhkan,” kata Powell.

Dari segi data, tanda-tanda menunjukkan angka inflasi yang masih bermasalah dan perlambatan ekonomi. Pengukur inflasi pilihan The Fed indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi - naik 6,8 persen, kenaikan tahunan paling signifikan sejak 6,9 persen, yang terjadi pada Januari 1982.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 3 halaman

PDB AS

PDB kuartal kedua AS juga menyusut 0,9 persen, menandai kontraksi kuartalan kedua berturut-turut dan memenuhi definisi teknis dari resesi.

"Antara sekarang dan pertemuan FOMC 21 September, ada dua laporan pekerjaan AS, dua cetakan inflasi dan simposium tahunan Jackson Hole. Akibatnya, tidak mengherankan bahwa Fed memilih untuk tidak jelas dalam panduan ke depan setelah menaikkan suku bunga sebesar 75bp pada hari Rabu," kata kepala ekonom internasional ING James Knightley.

Menurut Knightley, Federal Reserve telah memperjelas bahwa pihaknya siap untuk mengorbankan pertumbuhan karena tampaknya akan mengalahkan inflasi ke arah target, tetapi sekarang AS berada dalam resesi teknis dan tampaknya menuju apa yang mungkin disebut resesi 'nyata' dengan kenaikan pengangguran dan penurunan belanja konsumen.

“Kami memperkirakan The Fed akan berporos ke kenaikan 50bp pada bulan September dan November,” ujar Knightley.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.