Sukses

Ramalan Miliarder Investor: AS Sulit Berkelit dari Resesi

Seorang investor sekaligus filantropi, David Rubenstein menjadi salah satu miliarder yang mengomentari ramalan resesi AS.

Liputan6.com, Jakarta - Sebagian besar pasar Amerika Serikat berfokus pada kenaikan suku bunga Federal Reserve yang agresif di tengah kekhawatiran akan resesi melanda negara tersebut.

Tetapi co-founder dan co-chairman Carlyle Group David Rubenstein, seorang investor miliarder sekaligus filantropis AS, mengatakan ekonomi negara itu mungkin berada di luar kendali bank sentral.

Dilansir dari CNBC International, Selasa (28/6/2022) Rubenstein mengatakan bahwa upaya The Fed untuk memerangi inflasi dengan suku bunga yang lebih tinggi "bisa jadi sulit untuk diketahui bagaimana cara kerjanya".

"Tidak ada yang tahu bagaimana langkah itu akan berhasil," ujar Rubenstein dalam sebuah wawancara dengan CNBC dari Aspen Ideas Festival.

Namun demikian, dua masalah ekonomi yang paling signifikan menurutnya adalah kebijakan Covid-19 di China yang menyebabkan ekonomi global semakin melambat, dan lamanya perang Rusia-Ukraina yang berdampak pada pasar energi.

"Saya pikir ada kesulitan untuk menghindari resesi, tetapi bukan berarti tidak bisa dihindari," kata Rubenstein.

Dengan perang Rusia-Ukraina yang menyebabkan lonjakan harga dan kekhawatiran kekurangan energi di Eropa, Rubenstein melihat transisi energi untuk menggantikan bahan bakar masih membutuhkan waktu dan tidak dapat tercapai secara singkat.

"Semua orang menginginkan lebih banyak energi ramah iklim, tentu saja, tetapi tidak mudah untuk mencapainya. Apa yang kami pelajari dari perang Rusia-Ukraina adalah bahwa dunia masih sangat bergantung pada energi karbon, dan saat ini, dunia sedang berjuang untuk mendapatkan lebih banyak energi karbon," jelasnya.

"Dunia menyadari bahwa Anda tidak dapat pergi ke kebijakan netral karbon dalam semalam; itu akan memakan waktu cukup lama," pungkasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Komentar Miliarder soal Ramalan Resesi AS, Mulai Elon Musk hingga Bill Gates

Sejumlah miliarder membeberkan prediksi mereka tentang resesi yang diramal akan menimpa ekonomi Amerika Serikat sebelum akhir tahun. 

Prediksi miliarder ini memperluas peringatan dari lembaga keuangan dan CEO ketika Federal Reserve bergerak untuk mengatasi inflasi tinggi dengan kenaikan suku bunga yang lebih curam dari perkiraan.

Elon Musk menjadi salah satu miliarder ternama yang mengungkapkan kekhawatirannya akan risiko resesi di AS.

Dilansir dari Forbes, Rabu (22/6/2022) saat berbicara di Qatar Economic Forum, Musk mengatakan pendapatnya terkait dengan resesi ekonomi.

"Resesi tak terhindarkan di beberapa titik," ungkap dia. 

Pernyataan itu pun senada dengan yang telah diucapkan Presiden AS Joe Biden dalam wawancara dengan kantor berita Associated Press.

Sebelumnya, dalam email internal kepada para eksekutif Tesla, orang terkaya di dunia itu telah mengungkapkan dirinya memiliki

"Perasaan yang sangat buruk" tentang ekonomi AS, ketika mengisyaratkan akan adanya PHK di perusahaan kendaraan listrik tersebut.

Pada Mei 2022, pendiri Microsoft Bill Gates juga berbagi sentimen serupa dalam sebuah wawancara dengan jurnalis CNN Fareed Zakaria.

Dalam wawancara itu, Gates menyebut dunia sedang menuju perlambatan ekonomi dalam 'waktu dekat' di tengah dampak pandemi Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina.

Adapun CEO JP Morgan Jamie Dimon yang memperingatkan 'badai' ekonomi yang dipicu oleh konflik di Ukraina dan inflasi yang tinggi dan mengatakan banknya sedang mempersiapkan hasil yang buruk dari kedua krisis tersebut awal bulan ini.

Kemudian pendiri dan CEO Citadel Ken Griffin, bulan lalu memperingatkan bahwa "jika tingkat inflasi tetap di sekitar 8,5 persen seperti saat ini, The Fed perlu mengerem dengan cukup keras agar tidak mendorong ekonomi ke dalam resesi".

3 dari 3 halaman

Kata Joe Biden soal Ramalan Resesi AS

Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengakui adanya ancaman resesi, dengan luasnya dampak pandemi Covid-19 ditambah dengan kenaikan harga yang telah mendorong inflasi ke angka tertinggi.

Hal itu ia sampaikan dalam wawancara khusus selama 30 menit di Oval Office dengan kantor berita Associated Press.

"Masyarakat benar-benar terpuruk. Kebutuhan akan kesehatan mental di Amerika telah meroket. Tetapi sebagian besar adalah konsekuensi dari apa yang terjadi, sebagai konsekuensi dari, krisis Covid-19," ungkap Joe Biden, dikutip dari Associated Press, Senin (20/6/2022).

Joe Biden pun menanggapi peringatan para ekonom bahwa AS tengah berada dalam risiko menuju resesi.

"Pertama-tama, itu (resesi) tidak bisa dihindari," katanya.

"Kedua, kita berada dalam posisi yang lebih kuat daripada negara mana pun di dunia untuk mengatasi inflasi ini," lanjut Joe Biden.

Joe Biden mengatakan, dirinya melihat alasan untuk tetap optimis dengan tingkat pengangguran AS yang hanya 3,6 persen.

Sementara itu, survei yang dilakukan Associated Press-NORC Center for Public Research pada Mei 2022 mengungkapkan bahwa hanya sekitar 2 dari 10 orang dewasa di AS yang mengatakan bahwa ekonomi negara itu dalam kondisi ekonomi yang baik.

Presiden ke-46 AS itu mengatakan dia ingin memberi rakyatnya lebih banyak semangat dan terus sabar. 

“Percaya diri. Karena saya yakin kita berada di posisi yang lebih baik daripada negara mana pun di dunia untuk menguasai kuartal kedua abad ke-21," ujar Joe Biden. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.