Sukses

Rapat Gubernur Bank Sentral di Forum G20 Bahas Kebijakan The Fed, Apa Hasilnya?

Presidensi G20 Indonesia telah selesai menyelenggarakan pertemuan pertama Finance Minister and Central Governor (FMCBG) pada 17-18 Februari 2022.

Liputan6.com, Jakarta - Presidensi G20 Indonesia telah selesai menyelenggarakan pertemuan pertama Finance Minister and Central Governor (FMCBG) pada 17-18 Februari 2022. Dalam agenda finance track G20 ini, salah satunya membahas seputar rencana normalisasi kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) melalui kenaikan suku bunga Fed Funds Rate.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, pembahasan itu dilaksanakan dalam sesi soal International Financial Architecture pada Kamis (17/2/2022) kemarin.

"Dalam sesi ini dibahas berbagai isu yang berkaitan dengan sektor keuangan global, bagaimana kita merencakan dan mengantisipasi normalisasi kebijakan di negara-negara maju. Khususnya dalam normalisasi di kebijakan moneter," ujarnya dalam sesi teleconference hasil the 1st FMCBG G20, Jumat (18/2/2022).

Perry menilai, pemulihan ekonomi global tetap berlanjut meski dihadapi sejumlah permasalahan. Termasuk exit policy atau normalisasi kebijakan moneter yang dilakukan The Fed.

"Juga ada risiko dengan kaitan mata rantai suplai global, lalu ada masalah energi dan tensi geopolitik," imbuhnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dampak Rembetan

Melalui sesi International Financial Architecture ini juga dibahas, bagaimana normalisasi kebijakan moneter dari negara maju bisa dilakukan secara baik. Kemudian, bagaimana emerging market country juga bisa mengatasinya dengan baik.

"Negara-negara G20 sepakat perlunya kebijakan normalisasi dikalibrasi secara baik, juga direncanakan secara baik, dan juga dikomunikasikan dengan baik," kata Perry.

Hal itu penting agar normalisasi kebijakan negara maju berdampak minimal pada kondisi pasar keuangan global, dan mengantisipasi dampak rembetan (spill over) ke negara berkembang.

Menurut Perry, itu sangat penting agar pemulihan ekonomi global bisa kembali ke tren pertumbuhan jangka panjang. Termasuk mengobati dampak luka memar akibat pandemi Covid-19.

"Dari negara maju yang melakukan normalisasi kebijakan, G20 berkomitmen menerapkan secara well calibrated, well planned, well communicated," pungkas Perry.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.