Sukses

Genjot Wirausaha, Kemenkop UKM Andalkan Program Inkubasi di Perguruan Tinggi

Kementerian Koperasi dan UKM tengah mendorong program inkubasi calon wirausahawan di lingkungan perguruan tinggi

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Koperasi dan UKM tengah mendorong program inkubasi calon wirausahawan di lingkungan perguruan tinggi. Langkah ini dilakukan guna mempersiapkan calon wirausahawan guna mendorong tingkat wirausaha di Indonesia.

Deputi Bidang Kewirausahaan Kemenkop UKM, Siti Azizah memaparkan, bahwa kedepannya, program Inkubasi ini diharapkan mampu menghasilkan banyak wirausahawan pemula. Saat ini, baru ada 11 universitas dan perguruan tinggi yang telah bergabung dalam program inkubasi wirausahawan ini.

“Nah jadi proses inkubasi ini yang sedang kami gadang-gadang kemana-mana, kita harapkan akan banyak sekali lembaga inkubator untuk membantu calon wirausaha ini, menjadi wirausaha pemula,” kata dia dalam Berikanpreneur 2021, Selasa (2/11/2021).

Ia mengatakan, secara persentase, Indonesia menduduki posisi yang kecil untuk jumlah wirausaha, yakni di posisi 3,47 persen, namun, Siti menyebut pihaknya telah melakukan serangkaian program, termasuk inkubasi tadi, untuk mengejar posisi 3,95 persen pada akhir 2024.

“Kalau dibandingkan negara maju, tetangga kita saja Singapura sudah 8,7 persen, sementara Malaysia dan Thailand juga diatas 4,5 persen, kalau negara-negara maju itu diatas 12 persen. ini memang jadi indikator bagi negara maju dimana kewirausahaannya sangat tinggi,” tutur Siti.

Ia berharap dengan kerja sama yang dilakukan antara Kemenkop UKM dengan sejumlah perguruan tinggi mampu meningkatkan jumlah wirausahawan. Terlebih, ia mengaca pada masa lalu, bahwa pada masa kuliah, jarang orang tua yang menyarankan untuk bisa menjadi wirausaha.

“Tapi kondisi sudah berubah kita saat ini membutuhkan banyak wirausaha, maka kita kerja sama dengan beberapa universitas dan perguruan tinggi untuk memiliki program kewirausahaan,” kata dia.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Telah Memiliki 264 Tenant

Melalui program ini, papar Siti, tujuannya untuk mengenalkan kepada mahasiswa sejak dini, agar setelah lulus kuliah nantinya memiliki pengetahuan terkait wirausaha.

“Saat ini memang kita sudah ada kerja sama dengan 11 lembaga inkubator lewat program fasilitasi lembaga inkubator, nah tujuannya adalah para univ ini bisa menginkubasi untuk startup, kita sudah punya 264 tenant dari beberapa lembaga inkubator,” paparnya.

Lembaga yang telah menjalin kerja sama diantaranya Universitas Gadjah Mada, Universitas Hasanuddin, Telkom University, LP3I Bandung, Universitas Lampung, Universitas Kanjuruhan Malang, Polban Banyuwangi. “dan kita masih akan terus menjalin kerja sama dengan universitas,” katanya,

Dari program ini, Siri mengatakan, bisa mengakselerasi pengetahuan kewirausahaan kepada mahasiswa. Berikutnya, program inkubasi ini jadi proses yang dilakukan dengan universitas untuk bisa melihat proses dari startup, jadi, kata dia, akan memunculkan banyak ide usaha dari mahasiswa.

“Nah pada saat tahapan di usaha ini para univ ini bisa membantu untuk mereka bisa menjadi wirausaha pemula. Kita support mereka untuk bisa jadi wirausaha mapan,” tukasnya.

Tak Sebatas Perguruan Tinggi

Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Kemendikbud Ristek, Wikan Sakarinto menilai dalam memunculkan wirausahawan baru bukan bergantung hanya pada perguruan tinggi. Namun, ia menilai hal itu bermula dari mindset atau pola pikir.

“Wirausaha inikan kepada mindset, mental, dan softskill. Banyak materi yang dipelajari ini tidak kepakai juga. Kalau kita langsung menugaskan perguruan tinggi untuk ciptakan wirausaha itu sulit, sebenarnya harus dimulai sejak awal, SD, SMP, SMA, karena ini mindset, ini pola pikir yang tidak mudah diubah,” kata dia.

Ia menyebutkan, guna menciptakan wirausaha, tidak semudah mendengarkan dosen di dalam kelas, apalagi, banyak kasus penyampai materi tentang wirausaha bukan berasal dari pebisnis. Namun, yang menjadi poin sorotan Wikan adalah kurikulum sejak SD, SMP, SMA perlu dilakukan penyempurnaan.

“Harus lebih pada project based learning, soft skills, critical thinking, dan banyak mengenai praktik,” kata dia.

“Kita tak bisa menyalahkan perguruan tinggi kalau lulusan yang tak wirausaha. Banyak yang ikut lomba wirausaha, tapi mentalnya belum siap, mindsetnya belum siap, jadi itu hanya jadi CV untuk daftar pekerjaan, jadi agak ironis ya,” tambahnya.

Ia menyebutkan bukan hanya mengejar jumlah startup yang bisa lahir, tapi jumlah dan seberapa panjang durability mereka bisa bertahan dan naik jadi perusahaan besar.

 “Kan bukan sekadar itu. Ini harus komprehensif,” kata dia.