Sukses

Sri Mulyani: Kurang dari 10 Tahun, Dunia Harus Hadapi Tantangan Bencana Perubahan Iklim

Sri Mulyani Indrawati mengingatkan masyarakat dunia tetap harus siaga menyambut musibah besar dalam bentuk perubahan iklim (climate change).

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengingatkan, meski masih menghadapi pandemi Covid-19, masyarakat dunia tetap harus siaga menyambut musibah besar dalam bentuk perubahan iklim (climate change) dan pemanasan global, yang diperkirakan akan terjadi dalam waktu kurang dari 10 tahun lagi.

Merujuk pada kesepakatan global Nationally Determined Contributions (NDCs) and the Paris Agreement, Sri Mulyani mengatakan, rata-rata suhu dunia akan naik 3,2 derajat celcius lebih hangat pada 2030 mendatang.

"Tahun 2030 tuh tidak lama kalau kita bicara dalam jangka kurang dari satu dekade. Dan ini berarti akan melewati batas yang oleh para ahli disebutkan kenaikan suhu maksimal yang bisa ditahan atau dilalui oleh bumi ini," ujar dia dalam sesi webinar, Jumat (11/6/2021).

Berkaca pada pandemi Covid-19, Sri Mulyani menyatakan, semua negara bahkan yang paling maju pun ternyata tidak siap menghadapi bencana tersebut. Imbasnya, jutaan korban berjatuhan dan ekonomi terdampak begitu dahsyat.

"Dampak konsekuensinya pada APBN juga begitu dahsyat. Ini sekarang kita dihadapkan less than one decade, kurang dari 10 tahun dunia akan dihadapkan pada another catastrophic challenge yaitu climate change," serunya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Persiapan Indonesia

Sri Mulyani mengutarakan, Indonesia sebagai negara kepulauan juga memberikan konsekuensi yang luar biasa. Sebab, imbas dari pemanasan global dimana es di Kutub Utara dan Kutub Selatan yang mencair akan cukup meningkatkan permukaan laut di seluruh dunia.

"Artinya untuk Indonesia sebagai negara kepulauan dampaknya akan sangat konsekuensial," tegas Sri Mulyani.

Belajar dari kasus Covid-19, dia lantas mengambil pelajaran jika musibah besar berskala global harus diatasi bersama-sama. Dalam hal ini, ia menyoroti pendistribusian vaksin Covid-19 yang mulai dilakukan negara maju untuk bantu negara tak mampu di belahan dunia lain.

"Climate change juga sama. Dia tidak pandang bulu, semua negara akan dihadapkan pada konsekuensinya. Oleh karena itu semua negara akan ikut berkontribusi, meskipun kita semua paham konsekuensi dari climate change itu tidak merata," tuturnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.