Sukses

Harga Cabai Petani Akhirnya Normal Lagi, Turun dari Rp 100 Ribu Jadi Rp 30 Ribu per Kg

Harga cabai rawit yang tadinya menyentuh harga Rp 100 ribu per kilogram (kg) di tingkat petani, kini kembali di angka Rp 30 ribu per kg.

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pertanian (Kementan) mengungkapkan jika harga cabai di tingal petani sudah stabil. Kenaikan harga pada beberapa waktu lalu disebut seiring belum masuknya masa panen di beberapa daerah.

Harga cabai rawit yang tadinya menyentuh harga Rp 100 ribu per kilogram (kg) di tingkat petani, kini kembali di angka Rp 30 ribu per kg.

Ini diungkapkan Dirjen Hortikultura Kementan Prihasto Setyanto. "Alhamdulillah, sekarang cabai sudah normal kembali. Di tingkat petani itu Rp 30 ribu/kg. Saya tegaskan bahwa naiknya harga cabai tempo hari karena belum memasuki masa panen di daerah sentra," ujar Dirjen Hortikultura Kementan Prihasto Setyanto, Minggu (4/4/2021).

Dia mengklaim jika kestabilan harga cabai tidak terlepas dari pendampingan dan bimbingan pengembangan kawasan cabai dari Kementan. Ini mengacu perintah Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo yang meminta jajarannya untuk menjaga stabilitas pasokan agar harga yang diterima tidak merugikan petani dan tidak memberatkan konsumen.

Dikatakan jika saat ini, bantuan pengembangan kawasan serta bantuan benih cabai dari Kementan yang sebagian besar tertanam pada akhir 2020 kini panen. Sehingga volume pasokan ke pasar kembali stabil dan harga cabai kembali normal.

 

 

Saksikan Video Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Hikmah di Balik Lonjakan Harga Cabai

Dia merasa bahwa hikmah di balik meningkatnya harga si pedas ini, petani bisa melunasi utang yang ditanggung pada panen sebelumnya. Termasuk mampu membeli barang atau sesuatu yang diinginkan selama ini.

"Saya yakin tingginya harga cabai sangat disyukuri petani. Mereka bisa melunasi hutangnya atas kerugian pada musim panen tahun lalu. Kita tahu bahwa cabai sempat jatuh harganya akibat cuaca ekstrem dan sekaligus efek kebijakan PSBB," tambah dia.

Dengan laba yang diperoleh, lanjutnya, secara tidak langsung menyemangati petani untuk terus bertanam.

Termasuk menabung untuk jaga-jaga jika di musim panen yang akan datang harga tidak bersahabat karena hasil panen melimpah.

Meski turun, petani cukup berbahagia karena keuntungan selama meroketnya harga mampu menutupi kerugian pada musim panen sebelumnya. Bahkan viral, petani mampu memborong motor dan mobil ketika pedasnya harga sejak akhir Januari lalu.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.