Sukses

Perkenalkan Robert Reffkin, Calon Miliarder Kulit Hitam Termuda di AS

Setelah meninggalkan Goldman Sachs, Rober Reffkin mendirikan Compass delapan tahun silam dan berhasil membawanya IPO.

Liputan6.com, Jakarta Berhasil membawa perusahaannya debut di bursa saham New York, CEO dari perusahaan pialang real estate online Compass, Robert Reffkin berpeluang jadi miliarder baru AS. Bukan sekedar miliarder biasa, dia akan jadi miliarder kulit hitam termuda di negeri paman sam.
 
Dikutip dari NY Press News, Jumat (3/4/2021) Compass memulai perdagangan perdananya pada hari Rabu dengan berhasil mengumpulkan sekitar USD 450 juta atau sekitar Rp 6,4 Triliun, dengan menjual 25 juta lembar saham.
 
Reffkin membawa perusahaanya yang berusia delapan tahun itu melantai di bursa saham dengan kode emiten 'COMP'. Pada perdagangan perdananya hari Rabu, saham Compass dihargai USD 18 per lembar saham. Nilainya 20 persen lebih rendah dari rencana awal.
 
Sekalipun jumlah dana segar yang dikumpulkam dari IPO tidak mencapai setengah dari nilai yang ditargetkan, ini tetap membuat kekayaan sang bos berpeluang berlipat ganda. 
 
Menurut analisis yang dibuat oleh Insider, IPO tersebut berpeluang membawa Reffkin yang saat ini berusi 41 tahun melipat gandakan kekayaannya bahkan melebihi USD 1 miliar atau lebih dari Rp 14 triliun.
 
Ini juga memberinya peluang dimahkotai miliarder kulit hitam termuda di AS. Ia juga akan menjadi salah satu dari sedikit miliarder kulit hitam di negeri paman sam.
 
Reffkin diketahui memiliki saham di Compass senilai USD 429,4 juta atau sekitar Rp 6,2 Triliun berupa saham langsung, juga dalam bentuk trust yang dikendalikannya.
 
Beberapa bonus juga akan didapatkannyya secara bertahap selama empat tahun ke depan sebesar USD 166,3 juta atau sekitar Rp. 2,4 Triliun.
 
Bonus lainnya, USD 440 juta atau sekitar Rp 6,3 Triliun menanti dalam bentuk saham yang akan diberikan jika saham mencapai target harga tertinggi USD 77,15 per saham, atau lebih dari empat kali lipat dari harga saat IPO.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Jejak Bisnis Compass

 
Reffkin mulai mendirikan Compass pada tahun 2012, setelah dirinya hengkang dari di Goldman Sachs. Ia bekerja selama enam tahun di salah satu perusahaan investasi terbesar di dunia itu. Ia bahkan sempat bekerja di Departemen Keuangan pada masa kepresidenan George W. Brush.
 
Berkat pengalaman panjangnya di industri keuangan dan investasi, Reffkin berhasil menarik banyak pendukung di bisnisnya itu. Walhasil, Compass berhasil dikelilingi banyak investor besar.
 
Beberapa investor besarnya adalah Discovery Capital Management, memiliki lebih dari 33 juta saham yang nilainya ditaksir hampir USD 600 juta atau sekitar Rp 8,6 triliun. Selain itu, ada juga nama perusahaan investasi asal Jepang, Softbank yang diketahui punya saham yang nilainya sekitar USD 400 juta atau sekitar Rp 5,7 triliun.
 
Berkat dukungan besar tersebut, Compass dapat muncul ke permukaan sebagai salah satu perusahaan pialang real estate paling populer seantero AS. Pada tahun 2020, perusahaan menguasai 4 persen dari total pangsa pasar penjualan rumah di AS berdasarkan volume dolar, naik dari 1 persen dibanding tahun 2018.
 
"Sebagian besar pialang real estat tumbuh dalam persentase satu digit, Compass tumbuh 10 kali lebih cepat.” kata David Walker, CEO Triplemint, perusahaan pialang berbasis di Kota New York yang juga salah satu pesain Reffkin di industri ini.
 
Nilai pendapatan perusahaan juga telah dengan cepat meningkat, sudah naik sebanyak 20 kali lipat dalam lima tahun, dari USD 187 juta atau sekitar Rp 2,7 triliun pada tahun 2016 menjadi USD 3,7 miliar atau sekitar Rp 53,3 triliun pada tahun 2020.
 
Sekalipun menunjukkam kinerja pendapatan yang nilainya terus tumbuh, perusahaan rupanya masih menanggung rugi yang cukup besar. Compass telah kehilangan sekitar USD 1 miliar dolar atau sekitar Rp 14,4 triliun, termasuk USD 270 juta atau sekitar Rp 3,9 triliun pada tahun 2020.
 
Kabarnya perusahaan juga mencoba untuk memperluas layanan jasanya. Seperti bisnis pinjaman yang memungkinkan penjual merenovasi rumah mereka untuk mendapatkan harga jual yang lebih tinggi. Mereka akan meniru cara baru ini yang juga ditawarkan oleh bebeeapa perusahaan saingannya.
 
 
Reporter: Abdul Azis Said

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.