Sukses

Konsumsi dan Investasi Tertahan, Ekonomi RI Terjebak di Lingkaran Setan

Pemulihan ekonomi Indonesia menghadapi kendala dengan masih tertekannya konsumsi dan investasi.

Liputan6.com, Jakarta Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti, mengungkapkan pemulihan ekonomi Indonesia menghadapi kendala dengan masih tertekannya konsumsi dan investasi. Ia pun menggambarkan masalah ini sebagai "lingkaran setan" di sektor ekonomi.

Destry menuturkan, dari sektor riil sebenarnya pemulihan korporasi sudah berlangsung. Begitu pula dengan konsumsi rumah tangga yang sudah cukup kuat.

Namun permasalahannya, konsumsi rumah tangga khususnya dari kalangan menengah atas, masih manahan konsumsinya. Sehingga membuat sektor korporasi menahan diri untuk berinvestasi.

"Dari sisi rumah tangga khususnya yang dari menengah atas, mereka masih nahan konsumsinya, hanya untuk kebutuhan dasar. Ini yang akhirnya menyebabkan semacam lingkaran setan yang tidak berhenti. Rumah tangga belum mau spending akibatnya korporasi belum investasi," jelas Destry dalam Temu Stakeholders Untuk Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional pada Kamis (1/4/2021).

Akibat dari tertahannya investasi, membuat lapangan pekerjaan terbatas. Oleh karena itu, kata Destry, dibutuhkan kebijakan yang bisa mendobrak lingkaran setan tersebut.

Hal inilah yang dilakukan oleh Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang beranggotakan Kementerian Keuangan, BI, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

BI pun telah melakukan berbagai kebijakan untuk membantu pemulihan ekonomi Indonesia. Salah satunya adalah menurunkan suku bunga acuan ke level 3,50 persen, yang merupakan terendah dalam sejarah.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Beban Lebih Ringan, Ekonomi Indonesia Bakal Cepat Pulih Dibanding Negara Lain

Pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2020 terkontraksi hingga -2,1 persen. Wakil Menteri Keuangan, Suhasil Nazara menilai capaian tersebut lebih baik dibandingkan negara lain yang mengalami kontraksi ekonomi lebih dalam.

"Kalau kita lihat Indonesia minus 2,1 persen. Negara lain ada yang lebih dalam kontraksinya dari Indonesia," kata Suahasil dalam Temu Stakeholders untuk Percepatan dan Pemulihan Ekonomi Nasional, Jakarta, Kamis (1/4).

Dia menjelaskan, pijakan pertumbuhan ekonomi Indonesia dinilai lebih baik dari negara lain. Pertumbuhan ekonomi tersebut menjadi pijakan yang lebih ringan untuk melangkah ke depan.

"Jadi kalau kita lihat pertumbuhan Indonesia terkontraksi tapi ada pijakan untuk maju ke depan," kata dia.

Sebaliknya negara-negara lain dinilai memiliki pijakan yang lebih berat lantaran kontraksi pertumbuhan ekonomi lebih dalam. Maka, Suahasil optimis pemulihan ekonomi nasional tahun ini akan berbuah manis.

"Pijakan kita oke, kita punya pijakan, oleh karena itu kita melihat tahun 2021 pemulihan ekonomi harus jalan terus," kata dia.

Meski beban yang dibawa Indonesia lebih ringan, Suahasil mengingatkan semua pihak harus tetap berhati-hati. Sebab masih ada tantangan yang perlu dihadapi yakni intervensi kesehatan berupa vaksinasi massal gratis.

Selain itu, APBN juga menjadi tantangan dalam pemulihan ekonomi nasional. "APBN akan tetap fleksibel, APBN akan menjadi alat pemulihan ekonomi," kata dia.

Tak ketinggalan, tantangan terbesar bukan sebatas bisa keluar dari masa-masa tersulit dari Pandemi Covid-19. Melainkan juga harus bisa keluar dari krisis dan bangkit.

"Enggak boleh kita hanya sekedar selamat, sekedar survive. Kita harus selamat dan survive serta memiliki reformasi struktural," kata dia.

"Sehingga ketika intervensi kesehatan berupa vaksinasi membaik, survival kitnya membaik, lingkungan usahanya juga membaik," tuturnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.