Sukses

Rupiah Diprediksi Lanjutkan Tren Pelemahan

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (Dolar AS) berpotensi melemah pada perdagangan Selasa pekan ini.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (Dolar AS) berpotensi melemah pada perdagangan Selasa pekan ini.

Mengutip Bloomberg, Selasa (12/1/2021), rupiah dibuka di di angka 14.120 per dolar AS, menguat tipis jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.125 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.120 per dolar AS hingga 12.205 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah menguat 0,50 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.231 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 14.155 per dolar AS.

Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra, mengatakan penyebab pelemahan Rupiah lebih diakibatkan oleh sentimen dari eksternal. Dimana pagi terlihat tingkat imbal hasil obiligasi AS tenor 10 tahun masih menaik. Bahkan, perdagangan kemarin, yield tersebut kembali mencetak level tertinggi baru di 2021 di kisaran 1,15 persen, sementara hari sebelumnya ditutup di kisaran 1,12 persen.

"Kenaikan imbal hasil obligasi ini masih bisa menjadi pemicu pelemahan nilai tukar lainnya terhadap dollar AS termasuk rupiah hari ini," ujar dia saat dihubungi Merdeka.com.

Sehingga, Ariston meyakini Rupiah akan diperdagangkan di rentang Rp 14.050 - Rp 14.200 per dolar USD pada perdagangan hari ini.

Adapun, faktor penahan pelemahan rupiah ialah tak lepas dari lebih kabar baik persetujuan BPOM terhadap penggunaan vaksin sinovac di tanah air. Sehingga proses vaksinasi bisa terlaksana sesuai jadwal yang ditetapkan pada Rabu esok (13/1).

"Dengan persetujuan ini, vaksinasi bisa segera dimulai dan pada akhirnya bisa membantu mengendalikan pandemi. Ini bisa menahan pelemahan rupiah," tukasnya. 

Sulaeman

Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pergerakan Kemarin

Rupiah ditutup melemah 105 point di level 14.125 dari penutupan sebelumnya di level 14.020 pada perdagangan hari ini. Diperkirakan perdagangan besok pagi, mata uang rupiah kemungkinan dibuka melemah di level 14.100-14.150.

Direktur PT.TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi Direktur menilai kondisi ini dipicu penerapan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) hari ini. Kebijakan tersebut diterapkan pemerintah demi menekan penyebaran virus corona.

"Ini disebabkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) resmi dimulai hari ini," kata Ibrahim di Jakarta, Senin (11/1/2021).

Di beberapa daerah terdampak PPKM, perkantoran non-esensial diimbau menerapkan kerja dari rumah (work from home) 75 persen. Kegiatan belajar-mengajar belum bisa tatap muka di sekolah, masih jarak jauh.

Pusat perbelanjaan wajib tutup jam 19.00 WIB. Sementara, restoran masih boleh menerima pengunjung yang makan-minum di tempat dengan catatan maksimal pengunjung 25 persen dari total kapasitas.

Begitu juga dengan rumah ibadah yang masih diperbolehkan menampung jamaah. Tetapi dibatasi paling banyak 50 persen sehingga sudah tentu roda bisnis akan kembali melambat, dan pemulihan ekonomi kembali terhambat.

Padahal, survei Bank Indonesia menyatakan Keyakinan Konsumen terhadap ekonomi Indonesia menguat. Pada bulan Desemer 2020, Indeks Keyakinan Konsumen naik menjadi 96,5 persen dari yang sebelumnya hanya 92 persen.

"Ini menandakan bahwa Keyakinan Konsumen mendekati zona optimis," kata dia.

Keyakinan konsumen yang membaik didorong oleh menguatnya persepsi terhadap kondisi ekonomi. Didukung aspek ketersediaan lapangan kerja, penghasilan dan ketepatan waktu pembelian barang tahan lama.

Dari sisi eksternal, penguatan dolar ini dipicu ekspektasi bangkitnya perekonomian Amerika Serikat tahun ini. Termasuk sebagai imbal hasil obligasi yang tetap kuat. Selain itu, pernyataan para pejabat The Fed yang menunjukkan optimisme pemulihan ekonomi membuat dolar AS menguat tajam.

Di tempat berbeda, Presiden The Fed St. Louis, James Bullard mengatakan semua faktor yang akan memicu inflasi sudah ada, dari kebijakan moneter dan fiskal. Bullard mengatakan saat ini kebijakan fiskal sangat powerful, dan kemungkinan akan ada tambahan lagi saat pemerintahan Joseph 'Joe' Biden.

Disisi lain, Presiden terpilih Joe Biden mengatakan orang Amerika membutuhkan bantuan lebih segera sekarang dan bertindak sekarang akan membantu ekonomi bahkan dengan pembiayaan defisit. Dia telah berjanji untuk menyusun proposal dukungan fiskal triliunan dolar dalam minggu mendatang untuk memerangi COVID-19.

Seruan untuk pemakzulan Trump meningkat setelah dia menghasut kerusuhan pendukungnya di Capitol Hill di Washington DC. Ketua DPR Nancy Pelosi memimpin seruan agar Wakil Presiden Mike Pence dan kabinet untuk mencopot Presiden Donald Trump dari jabatannya sebelum pindah ke pemakzulan selama minggu sebelumnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.