Sukses

Keren, Sekolah Vokasi Kemenperin Siap Produksi Ventilator

Kementerian Perindustrian turut mendorong produksi ventilator yang akan dimanfaaatkan sebagai alat bantu pernapasan untuk pasien Covid-19.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perindustrian turut mendorong produksi ventilator yang akan dimanfaaatkan sebagai alat bantu pernapasan untuk pasien Covid-19. Langkah ini sejalan dengan tekad pemerintah terkait upaya penangangan virus korona di tanah air melalui penyediaan peralatan kesehatan buatan dalam negeri.

“Guna mencapai sasaran tersebut, perlu adanya kolaborasi di antara stakeholder, seperti pemerintah, pelaku industri dan akademisi,” kata Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin, Eko S.A Cahyanto di Jakarta, dikutip Kamis (26/11/2020).

Kepala BPSDMI Kemenperin menyampaikan, pihaknya telah meninjau pelaksanaan pelatihan perakitan ventilator yang diselenggarakan PT Yogya Presisi Tehnikatama Industri (YPTI) di SMK SMTI Yogyakarta.

“Pada pekan kemarin, saya dan Irjen Kemenperin, Bapak Arus Gunawan, melakukan kunjungan kerja untuk melihat langsung pelatihan tersebut,” ujarnya.

Menurut Eko, pelatihan yang berlangsung selama 18-27 November 2020 itu merupakan wujud nyata sinergi antara unit pendidikan vokasi milik Kemenperin dengan pelaku industri.

“Dengan memanfaatkan teaching factory yang sudah kami punya, SMK SMTI Yogyakarta juga didorong untuk bisa membuat alat-alat kesehatan seperti ventilator. Ini menjadi model bagi pendidikan vokasi di Indonesia,” paparnya.

Eko mengungkapkan, SMK SMTI Yogyakarta menjadi satu-satunya sekolah vokasi di tanah air yang dipercaya sebagai SIEMENS Certification Center di Indonesia. Sekolah tersebut juga diusulkan menjadi model untuk pembentukan German Indonesia Vocational Institute (GIVI).

“Pelatihan perakitan ventilator antara SMK SMTI Yogyakarta dengan PT YPTI ini bertujuan untuk memberikan pemahaman, pengalaman dan untuk menyiapkan peserta, yang merupakan para guru SMK SMTI Yogyakarta dengan dibantu oleh para siswa, agar dapat merakit ventilator skala industri yang memenuhi standar kesehatan,” terangnya.

Melalui pelatihan tersebut, lanjut Eko, diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia (SDM) kompeten yang siap dan mampu untuk berkontribusi terhadap kemajuan industri alat kesehatan nasional. Sebab, saat ini industri alat kesehatan masuk sebagai satu dari tujuh sektor yang mendapat prioritas pengembangan berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0.

“Dengan kondisi permintaan yang tinggi terhadap produk sektor industri alat kesehatan, utamanya pada masa pandemi Covid 19 saat ini, diperlukan dukungan teknologi modern dan ketersediaan SDM yang terampil,” imbuhnya.

Terlebih lagi, Kemenperin terus mendorong kolaborasi antara sektor industri dengan dunia akademik untuk mengembangkan dan memproduksi alat kesehatan ventilator dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sebesar 80 persen. Hal ini sesuai disampaikan oleh Menteri Perindustrian Agus Guwimang Kartasasmita pada kesempatan beberapa waktu yang lalu.

Direktur Utama PT YPTI Petrus Tedja Hapsoro mengemukakan, teaching factory yang dimiliki SMK SMTI Yogyakarta telah dilengkapi dengan peralatan workshop canggih sehingga dapat membuat komponen ventilator dalam waktu yang singkat sampai dengan proses perakitannya. Ventilator yang diproduksi PT. YPTI telah melewati uji klinis di RS. Sardjito Yogyakarta dan sedang menunggu izin edarnya.

“Workshop SMK SMTI Yogyakarta dilengkapi oleh peralatan mekanik, eletronik serta pemograman yang canggih hingga dapat membuat komponen ventilator dalam waktu singkat serta didukung oleh para guru yang telah memiliki kompetensi mekatronika yang cukup baik. Kita bisa berkerja sama untuk memproduksi ventilator ini, san pastinya ini adalah buatan dalam negeri,” jelasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

RNI Pastikan Ventilator dan Masker Buatan Dalam Negeri Lebih Murah

Direktur Pengembangan dan Pengendalian Usaha PT RNI Febriyanto menyatakan, pihaknya tengah mendorong produksi ventilator dan masker dalam negeri untuk membantu mempercepat penanganan Covid-19.

Ventilator dan masker tersebut dipastikan memiliki harga yang lebih murah dari produk impor. Ventilator misalnya. Salah satu perakitan ventilator dalam negeri dilakukan bekerjasama dengan PT Rekacipta Inovasi ITB dan anaka usaha RNI, PT Mitra Rajawali Banjaran (MRB) dan sudah mulai diproduksi.

"Kalau pandemi ventilator harganya Rp 800 juta sampai Rp 1 miliar dan dapatnya juga rebut-rebutan, sekarang ini harganya kalau saya tidak keliru bis kita tekan sampai Rp 25 juta. Ini luar biasa sangat berperan membantu terdampak Covid-19," ujar Febriyanto dalam paparannya di webinar Ngopi BUMN, Kamis (25/9/2020).

Febriyanto juga bilang, penggunaan bahan baku lokal menekan harga produk jadi ventilator, demikian pula masker. Bahan baku masker medis (3-ply) yang biasa digunakan memang masih impor, namun dengan beberapa business process di pabrik RNI yang melibatkan produk lokal, maka harganya bisa ditekan.

Dirinya memahami, pada saat awal pandemi, fluktuasi harga alat kesehatan sangat tidak wajar. Hal itu, menurutnya, memang bagian dari hukum ekonomi dimana ketika permintaan lebih tinggi, maka harga barang akan naik.

Kendati, pihaknya memastikan, harga produk alat kesehatan sudah lebih stabil karena supply bahan baku cukup melimpah, ditambah dengan proses produksi alat kesehatan yang dilakukan di dalam negeri.

"Sehingga masuk ke kita harga relatif lebih mudah, ditambah proses produksi di dalam negeri itu menyebabkan harga pokok bisa kami tekan sehingga harga (alkes seperti masker dan ventilator) bisa lebih kompetetif dibandingkan dengan masker medis yang sekarang beredar di pasaran," kata Febriyanto. 

3 dari 4 halaman

Pertamina Serahkan 305 Ventilator untuk RS BUMN di Indonesia

Sebelumnya, Pertamina memberikan sumbangan ventilator sebanyak 305 unit kepada Yayasan BUMN Hadir Untuk Negeri untuk didistribusikan kepada Rumah Sakit BUMN. Pemberian bantuan tersebut dilakukan di Gudang BGR, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Kamis (23/6).

Pada kesempatan itu turut hadir Vice President CSR & SMEPP Pertamina, Arya Dwi Paramita, Ketua Yayasan BUMN Hadir Untuk Negeri Harjawan Balaningrat, dan Direktur Operasional Medis Pertamedika, IHC Abdul Harris.

Vice President Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman mengatakan Pertamina terus berupaya dan berkomitmen mendukung perjuangan tenaga medis yang sedang merawat pasien Covid-19 di berbagai rumah sakit rujukan.

“Sebagai BUMN, Pertamina akan terus memberikan dukungan berbagai peralatan medis yang dibutuhkan rumah sakit terutama ventilator dan juga APD serta kebutuhan lainnya sehingga dengan peralatan yang memadai bisa lebih banyak membantu kesembuhan pasien Covid-19,” ujar Fajriyah.

Fajriyah menambahkan, ventilator merupakan salah satu alat penting yang dibutuhkan tenaga medis terutama dalam merawat pasien dengan kategori berat. Alat ini diserahkan kepada Yayasan BUMN Hadir Untuk Negeri agar bisa tersebar ke berbagai Rumah Sakit BUMN yang membutuhkan.

Ketua Yayasan BUMN Hadir Untuk Negeri, Harjawan Balaningrat, menegaskan, ventilator tersebut akan didistribusikan ke kota-kota yang memiliki tingkat penyebarannya tinggi.

“Tahap awal kami kirim ke daerah Jawa Timur, meliputi Surabaya, Jember, Malang. Semoga bantuan ini dapat membantu memberikan kesembuhan kepada pasien Covid-19,“ ujarnya.

Sejak Covid-19, Pertamina telah memberikan berbagai bantuan ke rumah sakit, Puskesmas, Posyandu serta masyarakat umum. Hingga pertengahan Juni 2020, total nilai bantuan yang disalurkan berjumlah Rp 220,6 Miliar.

Bantuan yang diberikan Pertamina meliputi masker sebanyak 614.668 pieces, hand sanitizer sebanyak 7.314 liter, Alat Pelindung Diri (APD) 215.809 buah, paket sembako dan makanan 127.814 paket, wastafel portabel 1.800 Unit, sarung tangan 90.594 pieces serta ventilator 305 unit.

Selain itu, Pertamina juga telah membantu beberapa Rumah Sakit Rujukan Covid-19 dengan total bantuan mencapai 130 Miliar. Pertamina juga telah membangun rumah sakit modular dengan membangun Lapangan Bola Simprug menjadi Rumah Sakit Darurat Covid-19.  

4 dari 4 halaman

Infografis Protokol Kesehatan

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.