Sukses

Kenalkan Jared Isaacman, Miliarder yang Putus Sekolah dan Hobi Terbangkan Pesawat Jet

Miliarder Jared Isaacman memulai bisnis pertamanya sejak usia 15 tahun, satu tahun sebelum putus sekolah menengah.

Liputan6.com, Jakarta Miliarder Jared Isaacman kerap mencari sensasi. Siapa sangka, saat penghasilannya dari melatih pilot pesawat tempur tak memberikan keberuntungan, kekayaan dari sumber bisnisnya yang lain justru meningkat. Ini usai, bisnis pemrosesan pembayarannya resmi melantai di bursa, di tengah pandemi.

Isaacman kerap menggelontorkan jargon Angkatan Udara,"Setiap Orang Harus Memiliki Umur yang Berguna." Isaacman memandang konsep tersebut sebagai metafora bagaimana menjalani hidupnya.

“Anda akan dapat begitu banyak jam terbang dan ini bukan waktu yang lama, maka maksimalkanlah selagi bisa,” ujar Isaacman seperti melansir Forbes, Jumat (23/10/2020).

Di usia 37 tahun, Isaacman tampak menggunakan waktunya secara maksimal. Ia memulai bisnis pertamanya sejak usia 15 tahun, satu tahun sebelum putus sekolah menengah. 

Pada usia 28 tahun, dia membangun Draken Internasional, perusahaan penyedia latihan pesawat tempur udara di Amerika Serikat. Perusahaan yang kemudian dijualnya ke Blackstone dengan harga sembilan digit delapan tahun kemudian.

Keberuntungan masih melingkupinya, di mana sejak bulan Juni dia menjadi miliarder setelah perusahaan jasa pembayaran restoran dan hotelnya melantai ke publik.

Isaacman senang mengejar sesuatu sejak kecil. Diawali pada tahun 1998, bersama temannya Brendan Lauber, mendirikan perusahaan kecil bernama Decho Systems. Perusahaan yang merancang situs web untuk bisnis lokal.

Salah satu klien pertama mereka adalah Merchant Services Inc. (MSI), pemroses pembayaran yang berbasis di dekat New Providence, New Jersey.

Dari sini awal mulanya membangun bisnis. Isaacman menciptakan sistem atau proses pembayaran yang lebih mudah. "Mendaftar untuk mengambil kartu kredit 21 tahun lalu, jumlah dokumennya sama dengan mendapatkan hipotek komersial," kata Isaacman.

Dia pun kemudian memulai United Bank Card, nenek moyang Shift4, di ruang bawah tanah orang tuanya. Karyawan pertamanya adalah ayahnya, Don, yang akan segera meninggalkan pekerjaan penjualannya sebagai wakil presiden sebuah perusahaan keamanan rumah.

Menggunakan koneksinya dari MSI dan pinjaman USD 10.000 dari kakeknya, Isaacman meyakinkan bank untuk memberinya nomor identifikasi, yang dia butuhkan untuk menjual terminal kartu kredit.

Selanjutnya dia mempekerjakan Lauber, temannya dari Decho, yang keluar dari Rochester Institute of Technology untuk bergabung dengan bisnis baru.

Saat itu internet mulai dikenal, mereka pun membangun aplikasi web untuk menyederhanakan proses mendapatkan terminal dan menerima kartu.

Pada tahun 2003, dia telah menghasilkan cukup uang untuk membayar kembali pinjaman kakeknya dan mengembangkan bisnis di luar Garden State. Startup berusia empat tahun, membawa ribuan pelanggan baru, membuka kantor di Arizona.

Terobosan besar berikutnya datang pada 2008, ketika meluncurkan Harbortouch, layar sentuh futuristik yang menggabungkan mesin kasir dan terminal kartu kredit dalam satu perangkat.

Pada saat yang sama, dia kelelahan setelah bertahun-tahun bekerja membangun perusahaan dari awal. Jadi dia memutuskan memiliki hobi. Pilihannya adalah hobi: penerbangan.

Dia mulai menerbangkan pesawat prop, tetapi dalam dua tahun dia menginginkan lebih — jadi dia menggunakan ratusan jam terbang untuk menerbangkanpesawat jet. Dari sini dia menggeluti bisnis jasa penerbangan pesawat militer.

Dia pun kemudian membangun Draken International. Isaacman membeli lusinan jet tempur dari seluruh dunia, hingga 100 jet. Dan menjadi armada pesawat militer swasta terbesar di dunia.

 

 

Saksikan video di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Hobi Tak Biasa

Pada November 2017, dia membeli Shift4 Payments, yang berkantor pusat di Las Vegas. Hingga dia sukses membangun bisnisnya di sistem pembayaran ini.

Isaacman memasuki tahun 2020 dengan kekayaan bersih sembilan digit. Perusahaannya melaporkan rekor pendapatan hingga USD 731 juta, meskipun masih merugi.

Sejak IPO, perusahaan mencatat kerugian bersih sebesar USD 75 juta atas penjualan USD 67 juta pada kuartal kedua — sebagian besar disebabkan oleh pandemi, tetapi Shift4 mampu menambah pelanggan lagi.

Isaacman menangani sistem pembayaran senilai lebih dari USD 200 miliar setiap tahun. Tercatat sepertiga restoran dan hotel di negara itu merupakan kliennya. Termasuk Hilton, Four Seasons, KFC, dan Arby.

Namun saat kebijakan lockdown Covid-19 diberlakukan, membuat restoran di seluruh dunia menjadi kacau. Meski demikian, ini tak mengurungkan langkah Isaacman melakukan roadshow IPO.

Saat ini Isaacman memiliki kekayaan USD 1,4 miliar, hampir seluruhnya dari 38 persen sahamnya di Shift4 Payment.

Dia mempertahankan sebagian kecil saham di Draken sebagai bagian dari aset tambahan senilai USD 100 juta, termasuk jet MiG dan sembilan pesawat lainnya.

Hobi miliarder ini termasuk tak biasa. Untuk bersenang-senang, Isaacman kerap menerbangkan pesawat jet MiG yang memiliki kecepatan melebihi suara. Maupu mendaki gunung untuk melepas lelah dari minggu-minggu yang intens selama 80 jam lebih tanpa henti.

Bahkan, dia sempat menghabiskan  Tahun Baru dengan mendaki Gunung di Antartika. Mengunjungi Vinson, dinding salju dan es setinggi 16.000 kaki 800 mil dari Kutub Selatan.

Tahun 1998, Isaacman dan temannya Brendan Lauber, yang berusia dua tahun lebih tua, mendirikan sebuah perusahaan kecil bernama Decho Systems.

Perusahaan ini untuk merancang situs web untuk bisnis lokal. Salah satu klien pertama mereka adalah Merchant Services Inc. (MSI), pemroses pembayaran yang berbasis di dekat New Providence, New Jersey.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.