Sukses

Corona jadi Tantangan Indonesia Datangkan Quality Tourism

Turis asal China yang berkunjung ke Indonesia yang mulanya mencapai angka dua juta, kini nol.

Liputan6.com, Jakarta - Keberadaan virus corona yang berasal dari China memang cukup mempengaruhi industri pariwisata, termasuk Indonesia. Turis asal China yang berkunjung ke Indonesia yang mulanya mencapai angka dua juta, kini nol. Tentu hal tersebut menjadi tantangan bagi sektor pariwisata untuk ke depannya mendatangkan quality Tourism.

"Walau jumlah mereka besar ke Indonesia, bukan berarti turis China tidak high spender. Sebagian dari mereka ada yang masuk kategori quality tourist. Hanya saja destinasinya tertentu. Tidak hanya di Bali, di mancanegara pun ada turis China yang high spender. Kembali lagi, ini soal destinasi," kata Founder & Chairman MarkPlus, Inc. dan MarkPlus Tourism Hermawan Kartajaya di Jkaarta, Jumat (28/2/2020).

Tantangan inilah yang harus dijawab oleh pelaku industri pariwisata termasuk pemerintah. Selain tantangan promosi, penanganan isu saat ini harus jadi fokus utama. Bagaimana membangun kepercayaan turis mancanegara untuk kembali kunjungi Indonesia, terutama high spender.

"Karena pengeluarannya besar, secara pendidikan mereka lebih teredukasi. Fokusnya pun tidak hanya menikmati, mereka bahkan ikut mengurangi polusi dan menjaga lingkungan sekitar. Plus mereka respek kepada kultur setempat," sambung Hermawan.

Ketua Umum Indonesia National Air Carriers Association (INACA) Denon Prawiraatmadja, mengharapkan pemerintah serius menunjukan proses penanganan virus corona kepada publik lebih baik dan terbuka. Sebab, virus corona membuat wisatawan mancanegara hingga domestik takut untuk bepergian.

"Sebentar lagi peak season, mulai dari Mei sampai Agustus. Kalau kita tidak menunjukan keseriusan penanganan corona, termasuk penanganan warga negara luar negeri masuk Indonesia, justru turis akan rebound. Mereka tidak mau masuk Indonesia," kata Denon.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kebijakan Arab

Sementara itu, Denon menilai baik langkah kebijakan Kerajaan Arab Saudi membatasi orang yang masuk, demi menekan penyebaran Virus Corona COVID-19 di Arab Saudi.

"Jadi kalau kebijakan kerajaan Saudi Arabia, seperti apa bisa dilakukan pemerintah, asosiasi, berbicara dengan pihak kerajaan, bahwa apa yang sudah dilakukan maskapai untuk pengunjung umroh ini, bukan dari negara yang terdampak dari corona," jelasnya.

Menurutnya, pemerintah Indonesia tidak bisa melakukan apa-apa untuk saat ini, karena itu semua adalah kebijakan kerajaan Arab Saudi lah yang mampu menentukan.

Selain itu, dia menilai dampak dari virus corona ini bukan hanya menyerang pada diberhentikannya sektor penerbangan saja, melainkan hal itu bermula karena menyerang aspek psikologis wisatawan mancanegara (wisman) dan turis domestik itu sendiri.

"Saya melihat dampak virus corona itu psikologisnya, kalau dari kita asosiasi melihat sepinya pengunjung wisman maupun domestik turis ini, ya kita minta peran dari pemerintah termasuk Kementerian Kesehatan, untuk bisa melakukan sosialisasi," ujarnya.

Menurutnya, sosialisasi itu berguna untuk membantu agar turis domestik maupun wisma, tidak takut untuk melakukan perjalanan ke luar maupun ke dalam negeri, supaya efek psikologis dari corona ini tidak berkepanjangan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini