Sukses

Harta 2.153 Miliarder Melebihi Kekayaan 4,6 Miliar Warga Dunia

Oxfam meminta pemerintah untuk menerapkan kebijakan yang dapat membantu mengurangi ketidaksetaraan kekayaan tersebut.

Liputan6.com, Jakarta Menjadi kaya merupakan keberuntungan bagi sebagian warga dunia. Penelitian terbaru Badan Amal Internasional Oxfam, melaporkan saat ini kekayaan 2.153 miliarder melebihi gabungan dari harta 4,6 miliar orang di dunia.

Melansir laman CNBC, Senin ( 20/1/2020), badan ini mengeluarkan penelitian terbarunya ketika para delegasi berkumpul di Davos, Swiss, untuk konferensi tahunan Forum Ekonomi Dunia.

Oxfam meminta pemerintah untuk menerapkan kebijakan yang dapat membantu mengurangi ketidaksetaraan kekayaan tersebut. "Jika semua orang berdiam diri atas harta mereka, akan banyak orang yang kian terpuruk," menurut laporan tersebut.

Adapun orang terkaya dunia saat ini, adalah Pendiri Amazon Jeff Bezos. Menurut Forbes, kekayaan bersihnya mencapai USD 116,4 miliar. Posisi orang ditempati Bernard Arnault, miliarder Perancis pemilik bisnis barang mewah LVMH. Nilai kekayaan bersihnya mencapai USD 116 miliar.

Menurut laporan Oxfam, kekayaan yang dimiliki 2.153 miliarder tersebut sangat sulit disamai. Satu warga dunia menabung USD 10.000 per hari, sejak piramida Mesir dibangun saja baru akan mencapai 80 persen kekayaan lima miliarder terkaya di dunia.

Oxfam mendesak para pembuat kebijakan untuk meningkatkan pajak pada orang terkaya di dunia sebesar 0,5 persen selama dekade berikutnya. Ini dalam upaya untuk mengurangi ketidaksetaraan kekayaan.

Peningkatan 0,5 persen dalam pajak orang kaya akan menghasilkan dana yang cukup untuk menciptakan 117 juta pekerjaan di sektor-sektor seperti pendidikan dan kesehatan, menurut para peneliti.

 

 

Saksikan video di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Hilangkan Kesenjangan

Saran lain Oxfam, untuk membantu mengurangi ketidaksetaraan adalah melalui investasi, pada sistem kesehatan nasional, menghilangkan seksisme, dan mengakhiri kepemilikikan kekayaan yang ekstrem. "Kepemilikan kekayaan secara ekstrem adalah tanda sistem ekonomi yang gagal," kata laporan itu.

"Pemerintah harus mengambil langkah-langkah untuk secara radikal mengurangi kesenjangan antara orang kaya dan masyarakat lainnya. Kemudian memprioritaskan kesejahteraan semua warga negara atas pertumbuhan dan keuntungan yang tidak berkelanjutan," lanjut isi laporan.

Seruan untuk perombakan pajak memperkuat pesan amal pada pertemuan WEF tahun lalu, ketika Oxfam mendesak pemerintah untuk menaikkan tarif pajak bagi perusahaan dan masyarakat terkaya untuk mengurangi kesenjangan kekayaan.

Awal bulan ini, Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional Kristalina Georgieva meminta para pembuat kebijakan untuk memikirkan kembali sistem pajak mereka. 

Serta mempertimbangkan “pajak progresif” yang akan meningkatkan pungutan pada orang-orang terkaya di masyarakat untuk mengatasi ketidaksetaraan kekayaan.

Calon presiden Demokrat Elizabeth Warren telah berjanji untuk menerapkan pajak kekayaan di AS jika terpilih, yang telah membagi pendapat di antara para miliarder Amerika. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.