Sukses

Misi Kemenperin, Bawa Industri Indonesia Layaknya Korsel

Bagaimana kinerja Kementerian Perindustrian selama lima tahun belakangan dan apa saja yang harus dikerjakan ke depannya?

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto memberi setidaknya tiga kontribusi penting di sektor industri: membangun ekosistem antara SMK dan perusahaan, mendukung industri otomotif, serta adanya insentif pajak super bagi pelaku industri yang menggenjot research and development (R&D) di Indonesia.

Menjelang era pemerintahan baru, dua pengusaha, dua ekonom, dan seorang menteri memiliki catatan dan harapan tersendiri bagi Kementerian Perindustrian pada lima tahun ke depan. Beberapa di antaranya adalah diversifikasi, konsistensi, dan kreativitas.

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Perdagangan Benny Soetrisno berharap cluster industri makin terdiversifikasi. Sebetulnya Kemenperin sudah punya cluster, seperti pengolahan susu, alas kaki, dan perkeretaapian. Namun, Benny menilai cluster industri masih belum sempurna.

"Harapan saya membuat pertumbuhan industri semakin kokoh dalam aspek pohon industri, cluster, di setiap produk industrinya.Clusterisasinya belum sempurna," ujar Benny pada Liputan6.com, Sabtu (19/10/2019).

Masih dari sektor usaha, Alexander Yahya Datuk berharap perindustrian dapat mencontoh konsistensi Korea Selatan. Tim ahli Sandinomics itu berkata Korsel tekun merintis teknologi LED dan LCD meski dulu belum ada pangsanya, tetapi ketika penggunanya booming, hasil kerja industri Korsel terbayar.

Potensi lain yang Kemenperin bisa mulai gali adalah industri kreatif. Korsel pun kembali menjadi contoh karena industri kreatif mereka sudah dikultivasi sejak lama. Itu Alexander saksikan saat dulu melanjutkan studi di luar negeri.

"Banyak temen-teman Korea mereka mengambil pendidikan perfilman, music direction, ternyata Korea dari 15 -20 tahun lalu memfokuskan generasi muda mereka untuk masuk industri kreatif," ujarnya pada diskusi buku 'Globalization, Productivity, and Production Networks in ASEAN: Enhancing Regional Trade and Investment' di Jakarta.

Sebagai hasil, Alexander mencatat Korsel tak hanya unggul di sektor industri musik dan perfilman saja, melainkan turunan-turunannya. Sektor kreatif juga melahirkan soft power yang membuat brand dan pariwisata Korsel semakin dilirik.

Lonely Planet menyebut pemerintahan Korsel telah menarik wisatawan asing dengan memamerkan lokasi syuting para bintang K-Pop. Tahun lalu, grup BTS disebut berkontribusi USD 3,6 miliar per tahun ke ekonomi Korsel.

Peran industri kreatif membuat ekspor Korsel semakin kompetitif karena nilai produknya bertambah di mata konsumen. Tahun 2018, The Korea Times mencatat ekspor berkat industri kreatif melonjak 9,1 persen menjadi USD 9,48 miliar.

Tak hanya bisnis terkait musik, K-Beauty juga menjadi kekuatan bisnis. The Korea Herald melaporkan ekspor produk kosmetik Korsel meroket 26,5 persen di tahun 2018 USD 6,3 miliar. Itu tak terlepas dari popularitas budaya Korea di China dan Asia Tenggara.

 

* Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Rantai Suplai Global

Selain fokus ke industri kreatif, Alexander berharap Kemenperin serius melakukan mapping pada global supply chain untuk memahami industri mana yang potensial bagi Indonesia. Cara memperkuatnya bisa dengan menarik Foreign Direct Investment (FDI) lewat insentif dan dilengkapi negosiasi yang mengutamakan kepentingan negara.

"Kita kan tidak bisa mengambil semua opportunities, kita harus decide, fokus industri apa, atau lebih detail lagi turunannya seperi apa. Kita harus ambil spesialisasi," ujar Alex. "Kalau sudah decide, langkah berikutnya action," ucap Alex yang juga Ketua Komite Bilateral Kadin untuk negara-negara Eropa Timur.

Bagi ekonom, performa Kemenperin dalam lima tahun terakhir cenderung mengecewakan karena turunnya kontribusi manufaktur ke GDP Indonesia. Ekonom Universitas Indonesia (UI) Fithra Faisal berkata terjadi deindustrialisasi di Indonesia.

Performa negatif Kemenperin juga menjalar ke sektor ekspor, alhasil ekspor Indonesia anjkok. Padahal, Indonesia perlu menggenjot ekspor di atas 9 persen per tahun agar GDP naik ke level 6 persen, sehingga Indonesia bisa selamat dari middle income trap.

"Sisi perindustrian saya enggak melihat positifnya, karena justru yang membebani perekonomian kita adalah industri. Yang membuat pertumbuhan ekonomi kita tak lepas dari 5 persen adalah performance industri, yang kemudian menjalar ke ekspor," ucap Fithra.

Hal negatif lain menurut Faisal adalah lemahnya koordinasi antara Kementerian Perindustrian dan Perdagangan. Ia pun mendukung dua kementerian itu digabung dan kemudian dipimpin sosok profesional.

Fenomena lain yang disorot oleh ekonom di dunia industriadalah perubahan gaya hidup di kalangan pemuda. Ekonom Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih menyebut turunnya kontribusi manufaktur ke GDP karena konsumen muda lebih tertarik belanja experience alias jasa.

"Preferensi orang itu berubah, misalnya kita bicara mungkin anak muda sekarang enggak terlalu suka beli baju, tapi kalau ke kafe suka, traveling suka, leisure. Kalau seperti itu kan preferensi masyarakat," Lana menjelaskan.

Kemenperin pun diharapkan bisa sigap melihat arah tren konsumen. Namun, Lana mengakui hal itu tidak mudah karena mengubah industri butuh waktu sementara preferensi masyarakat bisa terus berubah.

 

3 dari 3 halaman

Pentingnya Industri Manufaktur

Bambang Brodjonegoro sampai hari perpisahannya sebagai menteri terus menegaskan bahwa industri manufaktur penting bagi masa depan ekonomi Indonesia agar tak tergantung ke sektor komoditas. Sayang, faktanya manufaktur Indonesia lesu.

Sebagai solusi, Menteri Bambang menyarankan agar produsen manufaktur dibantu digitalisasi, sebab tren belanja konsumen beralih dari ritel ke digital. Sementara, perusahaan besar harus didorong agar bermain di ranah global.

"Kemenperin harus fokus pada mengembangkan struktur industrinya, supaya kita punya competitiveness yang jelas, masuk dalam global supply chain untuk beberapa produk unggulan. Ini untuk perusahaan besar mungkin. Untuk level UMKM kita harus dorong mereka bisa masuk ke e-commerce secara lebih masif," jelas Bambang pada acara perpisahan di Bappenas.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.