Sukses

Hadapi Perlambatan Ekonomi, Pemerintah Harus Kurangi Defisit Transaksi Berjalan

Pemerintah harus meningkatkan arus modal asing ke dalam negeri

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia Rodrigo A Chavez bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara beberapa hari lalu. Pertemuan ini membahas kondisi perekonomian global.

Salah satu isu yang disoroti ialah pertumbuhan ekonomi global yang cenderung melambat serta dampaknya ke negara-negara kawasan Asia seperti Indonesia.

Dikutip dari bahan presentadi Bank Dunia, Jumat (6/9/2019), ekonomi global tengah melambat dan meningkatkan risiko resesi bagi sejumlah negara besar, tak terkecuali Amerika Serikat (AS) sendiri.

Tak hanya itu, perang dagang AS-China juga turut memperparah kondisi geopolitik dan pertumbuhan ekonomi global saat ini. Indonesia, terdampak signifikan akibat perlambatan ekonomi ini.

Pemerintah tidak hanya perlu mengurangi defisit transaksi berjalan atau Current Account Deficit (CAD) untuk memitigasi ancaman perlambatan ekonomi global, tetapi juga perlu meningkatkan arus modal asing ke dalam negeri atau Foreign Direct Investment (FDI).

Bank Dunia memperkirakan CAD Indonesia di akhir 2019 sebesar USD 33 miliar, naik dari tahun sebelumnya yang sebesar USD 31 miliar. Dengan pertumbuhan FDI Indonesia yang juga lesu, FDI Indonesia diperkirakan hanya tumbuh sebesar USD 22 miliar.

Sebab itu, Indonesia setidaknya dinilai membutuhkan USD 16 miliar per tahun aliran dana masuk atau pembiayaan eksternal untuk menutup gap defisit ini.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Materi Presentasi

Saat dikonfirmasi, pihak Bank Dunia tidak membenarkan bahwa materi yang beredar merupakan laporan resmi yang dirilis World Bank. Itu merupakan bahan usulan yang disampailan ke Jokowi di Istana pada Senin (2/9).

"Itu bukan official report dari Kami, karena kami tidak pernah merilis dan kami pun tak bisa bertindak lebih terkait laporan yang sudah beredar," ujar pihak World Bank saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (6/9/2019).

"Itu bahan presentasi yang disampaikan kepada Presiden Jokowi dan merupakan bahan kompilasi. Kami menyayangkan jika sudah ada yang mengatasnamakan 'laporan resmi World Bank', karena itu bukan laporan, melainkan bahan presentasi semata," lanjut dia.

Adapun dalam materi ini juga diprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan semakin tertekan sepanjang tahun di tengah perlambatan ekonomi global. Tekanan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia juga disebabkan oleh lemahnya produktivitas dan pertumbuhan tenaga kerja yang melambat.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.