Sukses

Biaya Pindah Ibu Kota Rp 466 Triliun, Bisa Buat Apa Saja?

Melihat dari sudut pandang lain terkait dana pindah ibu kota Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo mengungkap ibu kota Indonesia akan pindah ke wilayah Kalimantan Timur. Pemerataan ekonomi dan mitigasi bencana menjadi alasan terdepan pemerintah dalam mendukung rencana ini.

"Jakarta saat ini menyangga beban yang sudah terlalu berat sebagai pusat pemerintahan, pusat bisnis, pusat keuangan, pusat perdagangan, dan pusat jasa," ungkap Jokowi pada Senin, 26 Oktober 2019.

Biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk ibu kota baru adalah Rp 466 triliun. Pemerintah berjanji uang itu hanya memakai 19 persen dana APBN dan sisanya kerja sama dengan swasta.

Bila melihat dari sudut pandang lain, kira-kira apa saja yang bisa dibayar dengan biaya Rp 466 triliun? Berikut Liputan6.com tampilkan empat hal lain yang bisa dana pemindahan ibu kota gunakan.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

1. Lunasi Defisit BPJS Kesehatan

Kondisi BPJS Kesehatan sudah tidak sehat sejak 2014. Defisit berlangsung dari 2014 dan masih terjadi hingga kini. Pada 2018 lalu, BPJS Kesehatan mencatat defisit hingga Rp 9,1 triliun.

Pemerintah sebenarnya sudah memberi suntikan dana ke BPJS Kesehatan sebesar Rp 10,3 triliun, tetapi masih ada sisa klaim Rp 9,1 triliun yang belum terbayarkan tersebut. Pada tahun 2019 ditakutkan akan muncul defisit lebih besar lagi.

Alhasil, Menko Kemaritiman Luhut Pandjaitan ikut berinovasi dengan berdikusi bersama Grup Ping An asal China demi membantu efisiensi keuangan BPJS Kesehatan.

3 dari 5 halaman

2. Setara 24 Burj Khalifa

Gedung tertinggi di dunia yakni Burj Khalifa merupakan menjadi ikon wisata tersohor di Jazirah Arab. Adapun biaya pembangunannya sebesar USD 1,5 miliar.

Dengan biaya pindah ibu kota sebesar Rp 466 triliun atau USD 37,2 miliar (USD 1 = Rp 14.240), maka negara bisa membangun hingga 24 Burj Khalifa.

Tak hanya itu, dana Rp 466 triliun juga bisa membangun delapan markas Apple: Apple Park. Markas unik berbentuk UFO itu dibangun dengan biaya USD 4 miliar.

4 dari 5 halaman

3. Kuliahkan 100 Ribu Orang ke Harvard

Menurut CNBC, biaya ongkos kuliah S1 di Universitas Harvard bisa mencapai USD 73.800 - USD 78.200 per tahun. Biaya itu sudah termasuk biaya buku, ruang asrama, ongkos travel, dan biaya lainnya.

Bila mematok biaya termahal, yakni USD 78.200 (Rp 1,1 miliar), maka dana kuliah empat tahun di Universitas Harvard ialah USD 312.800 (Rp 4,4 miliar).

Dengan demikian, dana pindah ibu kota Rp 466 triliun bisa untuk mengkuliahkan hingga 105 ribu orang Indonesia ke universitas nomor satu di dunia itu.

5 dari 5 halaman

4. Bisa Bangun 29 MRT dan 22 LRT

MRT sempat menjadi hype bagi warga Jakarta dan sekitarnya. Kualitas MRT di Jakarta pun tidak kalah dengan yang ada di Singapura.

Biaya pembangunan MRT Fase I (Lebak Bulus - Bundaran HI) mencapai Rp 16 triliun. Biayanya berasal dari pinjaman Japan International Cooperation Agency Jepang (JICA).

Sementara, LRT hingga kini masih dibangun untuk wilayah Jakarta Bogor Depok dan Bekasi (Jabodebek). Total biayanya adalah Rp 20,7 triliun.

Jika memakai biaya Rp 466 triliun, negara bisa saja membangun 29 MRT dan 22 LRT di berbagai kota.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.