Sukses

Harga Ayam Stabil, Namun Pedagang Keluhkan Sepi Pembeli

Minat pembeli daging ayam disebabkan masyarakat semangat untuk pulang ke kampung halaman di tahun ini.

Liputan6.com, Jakarta - Harga daging sapi dan daging ayam tercatat normal pada hari ini. Sejumlah pedagang daging ayam di Pasar Rumput, Setiabudi, mengakui pada pekan ketiga Lebaran ini, harga ayam tak berubah jika dibandingkan dengan pekan sebelumnya.

Pedagang ayam di Pasar Rumput, Ibu Sri (52) mengatakan, harga daging ayam saat ini normal. Dirinya, kini membanderol daging ayam seharga Rp 25 ribu per kilogram (kg).

Tetapi, ada satu yang dikeluhkan Sri mengenai daging ayam hari ini. Kata dia, Lebaran kali ini berbeda dengan euforia Lebaran sebelumnya. Menurut Sri, Lebaran 2019 terhitung sepi pembeli.

"Wah, sepi banget. Biasanya itu saya stok 300 ekor langsung habis dan stok lagi sampai dua kali lipat. Ini sampai H+2 Lebaran aja stok masih banyak," keluhnya kepada Liputan6.com, di Jakarta Selatan, Senin (24/6/2019).

Sri menjelaskan, menurunnya minat pembeli daging ayam disebabkan masyarakat semangat untuk pulang ke kampung halaman di tahun ini.

"Iya karena pada pulang. Kan lancar tuh di jalan. Biasanya berangkat jam 4 pagi sampai sana jam 9 malem, ini sekarang 7 jam aja sudah sampai di kampung. Jadi kerasa banget orang-orang itu pada pulang. Alhasil kita jualan disini sepi," paparnya.

"Padahal saya sudah bela-belain enggak pulang ke Solo. Sampai hari ini belum pulang, masih jualan," tambah Sri.

Sri mengakui, transportasi yang terbilang lancar saat ini menaikkan minat masyarakat pulang ke kampung halaman. Meski hal itu berdampak pada penurunan permintaan untuk daging ayam.

Seirama, pedagang lain Udin (27) saat ini membanderol daging ayam berkisar Rp 25-35 ribu per kg. Harga itu menurutnya pun diklaim sebagai harga yang standar.

"Normal-normal kok, daging enggak ada yang naik sekarang," tegasnya.

Beralih ke komoditas daging sapi, daging sapi juga terpantau normal di Pasar Rumput, Setiabudi, Jakarta Selatan sampai dengan hari ini. Sejumlah losmen menjual daging sapi di rentang Rp 110-120 ribu per kg.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Cegah Penyebaran Virus Flu Burung di Peternakan Ayam Petelur

Peternakan ayam petelur, khususnya di Lampung berupaya keras mencegah penyebaran virus flu burung. Penerapan biosekuriti 3-zona menjadi solusi cerdik agar ayam-ayam petelur terhindar dari virus flu burung.

“Indonesia adalah salah satu kantung/hotspot penyakit zoonosis dan PIB di Kawasan Asia, terutama setelah merebaknya wabah Avian Influenza (AI)/flu burung pada tahun 2003,” ujar Direktur Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Fadjar Sumping Tjatur Rasa dalam keterangan rilis yang diterima Health Liputan6.com, ditulis Jumat (21/6/2019). 

Peternak ayam petelur di Lampung meraih prestasi yang ditorehkan oleh Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Petelur Nasional/PPN Lampung dalam penerapan biosekuriti 3-zona. Sebagian besar peternakan ayam petelur sudah menerapkan biosekuriti 3-zona untuk mencegah penyebaran virus flu burung.

“Peternak ayam petelur (layer) di Lampung memiliki kesadaran yang tinggi untuk mencegah menyebarnya virus (salah satunya flu burung) atau penyakit yang berasal dari unggas, yaitu menerapkan biosekuriti 3-zona secara ketat di peternakan,” jelas Ketua PPN Jenni Soelistiani.  

Biosekuriti 3-zona rupanya tidak hanya mencegah penyebaran virus flu burung, melainkan bermanfaat dalam hal produksi telur. Produksi telur rata-rata meningkat 10 persen per bulan.

3 dari 3 halaman

Pengurangan Penggunaan Antibiotik

Jenni menambahkan, beberapa peternakan ayam petelur unggulan di Lampung juga mendapatkan sertifikat NKV (Nomor Kontrol Veteriner), yang dikeluarkan Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Lampung. Sertifikat itu menegaskan, proses produksi telur telah memenuhi standar higienis dan sanitasi, berkualitas tinggi, bebas dari residu antibiotik dan siap ekspor.

Hasil kajian Organisasi Pangan Dunia (FAO) memperlihatkan, penerapan biosekuriti 3-zona di peternakan ayam petelur akan mengurangi penggunaan antibiotik secara signifikan sebesar 40 persen dan desinfektan--zat  membunuh bibit penyakit--sebesar 30 persen.

“Biosekuriti 3-zona harus menjadi standar di peternakan ayam petelur dalam menghasilkan produksi yang maksimal dan bebas dari penyakit zoonosis, terutama virus flu burung,” ungkap FAO EPT-2 Chief Technical Adviser, Luuk Schoonman. 

Konsep biosekuriti peternakan terbagi menjadi tiga wilayah, yaitu zona merah, kuning, dan hijau. Zona merah berada di area luar peternakan yang menjadi batas antara media kontaminan dan peternakan.

 Zona kuning untuk sterlisasi orang yang memasuki peternakan. Sebelum masuk ke peternakan, orang tersebut harus mandi dan berganti baju kerja serta alas kaki. 

Zona hijau adalah lokasi peternakan dan pekerja/individu yang sudah steril. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.