Sukses

Indonesia Jajaki Impor Daging Asal Argentina

Kementerian Pertanian Republik Indonesia sedang menajajaki impor daging asal Argentina, setelah mendapat jaminan harga murah dari Wakil Presiden Argentina Gabriela Michetti

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pertanian (Kementan) Republik Indonesia sedang menajajaki impor daging asal Argentina. Hal ini setelah mendapat jaminan harga murah dari Wakil Presiden Argentina Gabriela Michetti yang melakukan kunjungan kerja ke Indonesia.

Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan, dalam pertemuan yang berlangsung di Kantor Kementerian Pertanian, ada beberapa hal yang dibahas antara jajaran Kementerian Pertanian dan jajaran Pemerintah Argentina yang dipimpin oleh Michetti. Salah satu agenda adalah tawaran daging Argentina untuk Indonesia.

"Sedang kita tindak lanjutinya dagingnya," kata Amran, di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Rabu (8/5/2019).

Menurut Amran, Wakil Presiden Argentina menjamin harga daging yang ditawarkan jauh lebih murah, paling mahal USD 3 per kilo gram (Kg). Dia pun mengaku kemungkinan harga bisa lebih murah lagi jika menguntungkan masyarakat Indonesia.

"Murah harganya, agak murah menurut hitungan mereka. Kita terbuka harga daging bisa berkontribusi sehingga menguntungkan masyarakat," tuturnya.

Amran pun menyambut baik tawaran tersebut, sebab dengan adanya sumber pasokan daging baru akan menciptakan daya saing dan mendorong penurunan harga daging. Namun dia mengatakan, tetap selektif dalam impor daging.

"Daging kita lihat, pertama paling pentingnya keamanan bebas penyakit mulut kuku, kemudian halal ini pentingnya," tandasnya.

Saksikan Video Pilihan Di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kementan Gelar Operasi Pangan Murah Jelang Ramadan

Kementerian Pertanian (Kementan) menggelar operasi pasar murah di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, pada Minggu (5/5/2019). Dalam operasi pasar tersebut, Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengguyur pasar dengan 3 kontainer berisi 100 ton bawang putih, serta 1 kontainer bawang putih di Toko Tani Indonesia (TTIC).

"Melalui upaya yang kami lakukan ini, kami harapkan dalam waktu dekat harga bawang putih dan bawang merah kembali stabil dan normal kembali," ujar dia saat merilis Gelar Pangan Murah (GPM) di TTIC Kramat Jati, Jakarta.

Upaya stabilitasi harga pangan ini menurutnya perlu dilakukan agar masyarakat bisa memenuhi kebutuhan pangan dengan harga terjangkau, atau lebih murah dibanding harga pasaran.

Dalam operasi pasar ini, komoditas yang dijual diantaranya beras TTI Rp 8.500 per kg, bawang merah Rp 22 ribu per kg, bawang putih Rp 22 ribu per kg, cabai merah Rp 18 ribu per kg, daging ayam Rp 30 ribu kg, telur ayam ras Rp 23 ribu per kg, daging sapi beku Rp 75 ribu per kg, minyak goreng Rp 10 ribu per liter, dan gula pasir Rp 11 ribu per kg serta produk pangan lainnya.

Kegiatan operasi pasar ini sudah dilaksanakan sejak 12-16 April lalu di 9 pasar, dengan menggelontorkan masing-masing 10 ton bawang merah dan bawang putih dengan harga Rp 22 ribu per kg.

Selanjutnya, pada 18 April–21 April 2019 di 5 pasar dan TTIC yang menghabiskan bawang merah 3 ton dan bawang putih 5 ton, dan pada 1 Mei 2019 sebanyak 3 ton.Tercatat, total bawang merah dan bawang putih yang telah digelontorkan sejak GPM pertama kali adalah 18 ton bawang merah dan 15 ton bawang putih.

 

3 dari 3 halaman

Cara Kendalikan Harga Pangan

Dalam kesempatan ini, Kepala Badan Ketahanan Pangan Agung Hendriadi mengungkapkan, pihaknya sudah melakukan GPM secara bertahap di 100 titik lokasi yang bersinergi dengan Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, PD Pasar Jaya, Asosiasi Supplier, Importir, Food Station dan lain-lain.

"Melalui GPM yang kami lakukan, secara psikologis telah menurunkan harga bawang merah dan bawang putih. Tercatat di beberapa pasar DKI Jakarta telah terjadi sedikit penurunan, harga bawang merah dari Rp 50 ribu per kg menjadi Rp 30-40 ribu per kg, sedangkan harga bawang putih sedikit menurun dari Rp 60 ribu per kg menjadi Rp 40-50 ribu per kg," urainya.

Menurut dia, GPM merupakan langkah awal mengendalikan harga pangan di tingkat konsumen sebagaimana Permendag 98/2018 menyampaikan bahwa harga komoditas pangan bisa murah tanpa harus merugikan petani.

"Lewat GPM, petani tetap memperoleh keuntungan, pedagang juga tetap memperoleh marjin keuntungan yang wajar, dan aksesbilitas masyarakat dalam memperoleh harga pangan terjangkau juga terpenuhi," ungkap Agung.

Dia menjelaskan, pihaknya dapat menjual berbagai komoditas pangan lebih murah karena diperoleh langsung dari petani, yang menjual kepada Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) kemudian memasok ke TTI selaku pedagang eceran dan di pasar-pasar PD Pasar Jaya.

"Melalui GPM yang terus dilakukan, kami berharap harga pangan dapat lebih terjangkau," pungkas Agung.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.