Sukses

BI Kembali Tahan Suku Bunga Acuan di 6 Persen

Gubernur BI, Perry Warjiyo menuturkan, keputusan tersebut konsisten dengan upaya memperkuat stabilitas eksternal perekonomian Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk kembali menahan Bank Indonesia (BI) 7-day Reverse Repo Rate atau suku bunga acuan pada angka 6,00 persen.

Bank Indonesia juga menahan suku bunga Deposit Facility pada angka 5,25 persen dan Lending Facility 6,75 persen. Keputusan ini dilakukan usai gelar pertemuan pada 20-21 Maret 2019.

"Rapat Dewan Gubernur BI pada 20 - 21 Maret 2019 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day repo" ujar  Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, di Kantor BI, Jakarta, Kamis (21/3/2019). 

Dia menyebutkan, keputusan tersebut konsisten dengan upaya memperkuat stabilitas eksternal perekonomian Indonesia.

"Khususnya untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan (CAD) ke dalam batas yang aman dan mempertahankan daya tarik aset keuangan domestik," ujar dia.

Dia menyebutkan, Bank Indonesia juga akan terus memperkuat kerjasama dengan pemerintah untuk terus menjaga stabilitas ekonomi.

Sementara itu, kebijakan suku bunga tetap difokuskan pada stabilitas eksternal.

"Bank Indonesia menempuh kebijakan -vkebijakan lain yang lebih akomodatif untuk mendorong permintaan domestik," kata dia.

 

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Prediksi Ekonom

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) diperkirakan mempertahankan suku bunga acuan atau 7 day reverse repo rate di level 6 persen.

Hal ini juga untuk merespons kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve yang juga pertahankan suku bunga acuan.

Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede menuturkan, sesuai harapan pelaku pasar, the Federal Reserve mempertahankan suku bunga acuannya pada Federal Open Market Committee (FOMC) Maret 2019.

Ini mempertimbangkan ketatnya pasar keuangan AS dan harapan perlambatan ekonomi global yang meliputi berlanjutnya perlambatan ekonomi China dan Eropa.

Pertumbuhan ekonomi AS pun diperkirakan cenderung melambat ke level 2,5 persen pada 2019 melambat dari tahun lalu yang tercatat 3,1 persen.

The fed mencermati beberapa indikator perlambatan ekonomi dari business fixed investment yang tumbuh dengan laju melambat serta melemahnya penjualan ritel.

Selain keputusan mempertahankan suku bunga acuannya, the Fed juga merilis dot plot yang mengindikasikan harapan anggota FOMC terkait arah suku bunga the Federal Reserve dalam tiga tahun mendatang. Sebagian besar anggota FOMC berpendapat, suku bunga the Fed cenderung tetap pada 2019 dan 2020.

"Merespons keputusan the Fed tersebut, Bank Indonesia akan tetap mempertahankan suku bunga acuannya di level 6 persen mengingat level suku bunga tersebut konsisten dengan upaya BI untuk menjangkar ekspektasi inflasi,” ujar Josua dalam catatannya, Kamis 21 Maret 2019.

Ia menambahkan, langkah BI itu juga untuk menjaga daya tarik aset keuangan domestik yang mendorong stabilitas rupiah.

Josua menuturkan, pergerakan rupiah cenderung stabil dalam sebulan juga akan jadi pertimbangan BI.

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) rupiah menguat sekitar 0,06 persen selama sebulan dari posisi 14.111 per dolar AS pada 1 Maret 2019 menjadi 14.102 per dolar AS pada 21 Maret 2019.

“Faktor rupiah cenderung stabil. Indikasi volatilitas rupiah tidak terlalu tinggi dalam sebulan terakhir. Inflasi pada Februari juga cukup rendah 2,6 persen sehingga terkendali faktor inflasi,” kata dia.

Bank Indonesia masih akan mencermati dan memastikan kalau level suku bunga kebijakan saat ini juga konsisten untuk mengarahkan penurunan defisit transaksi berjalan ke arah lebih sehat.

Josua menuturkan, meski neraca perdagangan alami surplus pada Februari mencapai USD 0,33 miliar tapi hanya sementara.Defisit transaksi berjalan juga masih jadi tantangan ke depan.

Apalagi menurut Josua, harga minyak dunia meningkat. Harga minyak dunia meningkat tersebut imbas OPEC dan mitranya pertahankan untuk komitmen pangkas produksi. Kenaikan harga minyak itu turut pengaruhi faktor defisit.

"BI pertahankan suku bunga acuan karena current account deficit perlu dijaga," kata dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.