Sukses

Kementerian BUMN: Privatisasi Merpati Direstui Banyak Anggota DPR

Merpati mencatat kerugian hingga mencapai Rp 9 triliun.

Liputan6.com, Jakarta Kementerian BUMN terus melakukan proses privatisasi maskapai Merpati. Saat ini tengah diajukan surat terkait lanjutan privatisasi kepada komite yang terdiri atas tiga kementerian.

"Kalau dari hakim, pengadilan niaga sudah putus. Sekarang kita tinggal susun berdasarkan itu kan detilnya seperti apa. Nanti kita announce kalau komite sudah setuju," ujar Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha BUMN Aloysius Kiik Ro di Ambon Jumat (21/12/2018).

Sebagai informasi, komite tersebut terdiri atas Kementerian BUMN, Kementerian Keuangan, Kementerian Perhubungan, dan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

Lewat privatisasi ini, Aloysius menegaskan mayoritas saham akan dipegang swasta. Usai disetujui komite, langkah selanjutnya terkait privatisasi adalah meminta izin DPR.

Permintaan izin ke DPR dikatakan Aloysius prosesnya gampang-gampang susah. "Kalau (komite) memang setuju putusan privatisasinya kita bawa ke DPR. DPR ketuk baru keluar PP-nya," ucap Aloysius.

Meski demikian, dia memastikan jika banyak anggota DPR sudah setuju dengan langkah privatisasi Merpati karena kerugian dari perusahaan ini mencapai Rp 9 triliun.

"Harusnya bisa gampang-gampang susah. DPR kan banyak sudah mendukung, mau ngapain kita pertahankan kerugian sampai minus Rp 9 triliun? Serahkanlah kepada swasta bila ada yang mau," jelas dia.

Ketika ditanyai mengenai kemungkinan tender ulang seiring Menkeu yang masih sepenuhnya puas pada proses ini, Aloysius mengatakan hal berada di tangan komite. BUMN pun siap terdelusi sahamnya Ini asalkan hak-hak karyawan terpenuhi.

"Tapi sejauh ini, mereka, investor, itu akan masuk membawa uang, maka kita terdelusi. Kita siap, kok. Kan dua tahun lalu pernah, siap terdelusi sampai 0. Yang penting kan dihidupkan, karyawannya hak-haknya pada saatnya bisa kembali, kan masih ada sisa pesangon," jelasnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kembali Terbang, Merpati Disarankan Masuk Pasar Kargo Ketimbang Penumpang

PT Merpati Nusantara Airlines akan kembali beroperasi usai mati suri sejak 2014. Namun di tengah persaingan industri penerbangan yang begitu ketat, maskapai plat merah ini diyakini akan sulit untuk bertahan lama.

Pengamat Penerbangan Alvin Lie mengatakan, selama 5 tahun terakhir hampir tidak ada maskapai baru yang masuk ke industri ‎penerbangan nasional. Bahkan yang ada maskapai lama yang justru perlahan-lahan tutup.

"Kalau diperhatikan, dalam 5 tahun terakhir tidak ada pemain baru. Bahkan pemain-pemain lama berguguran atau bergabung menjadi bagian dari suatu kelompok besar. Misalnya Sriwijaya sudah bergabung dengan Garuda," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Rabu (21/11/2018).

Menurut dia, saat ini industri penerbangan nasional telah masuk ke fase dewasa, di mana maskapai-maskapai yang tidak memiliki modal kuat telah berguguran. Yang tersisa saat ini hanya maskapai-maskapai yang memiliki modal besar.

"Pada saat kondisi industri ini sudah mature dengan 2-3 pemain besar. Kemudian ada pemain kecil mau masuk lagi, maka ceruk pasar mana yang akan dibidik. Kecuali mainnya tidak di pasar menumpang, mungkin spesialis kargo atau carter, itu lain lagi," ungkap dia.

Oleh sebab itu, lanjut Alvin, dirinya tidak yakin Merpati mampu bersaing dan bertahan lama di industri penerbangan jika kembali beroperasi nantinya. Bahkan untuk bisa kembali terbang pun merupakan hal yang berat.

‎"‎Merpati juga tidak punya keunggulan apa-apa. Nama sudah dilupakan, izin-izin juga sudah mati semua. Jadi harus benar-benar mulai dari nol. Itu berat sekali. Kalau untuk masuk ke bisnis penerbangan penumpang dalam negeri, saya tidak yakin Merpati bisa bertahan lama," tandas dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.