Sukses

Masa Panen hingga Data Konsumsi Pengaruhi Harga Beras

Menko Bidang Perekonomian Darmin Nasution menuturkan, harga beras saat ini masih bergantung pada masuknya panen raya.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyatakan harga beras saat ini masih bergantung pada masuknya masa panen raya. Oleh sebab itu, masih ada daerah yang harga berasnya belum sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET).

Dia menjelaskan, tahun lalu masa panen rayanya sudah terjadwal dengan baik. Namun pada 2018 masih belum bisa dipastikan.

"Sebenarnya situasi panen tahun ini tidak se-clear tahun lalu. Tahun lalu itu panen rayanya kapan itu jelas betul. Penyerapan Bulog akan terlihat dengan jelas meningkatnya seperti apa. Sekarang ini apakah April, apakah Mei," ujar dia di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (22/5/2018).

Darmin menyatakan, selain terkait dengan harga, yang juga menjadi perhatian pemerintah adalah kemampuan Perum Bulog untuk menyerap sebanyak-banyaknya beras sebagai stok pemerintah. ‎

"Jadi situasinya adalah selain soal harga, buat kita yang paling penting berapa serapan Bulog berhasil dilakukan. Itu sangat penting sebagai indikator karena soal berapa produksi," ujar dia.

Hal lain yang menjadi masalah di Indonesia, lanjut Darmin, adalah soal data produksi dan konsumsi beras yang valid. Selama ini data dari masing-masing instansi terkait berbeda-beda.  "Rasanya tiga orang diskusi bisa tiga-tiganya angkanya lain-lain," ujar dia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Izin Impor Beras 500 Ribu Ton Hanya Buat Stok Bulog

Sebelumnya, Pemerintah dalam hal ini Kementerian Perdagangan (Kemendag) kembali mengeluarkan izin impor beras sebesar 500 ribu ton untuk Perum Bulog. Sebelumnya, perusahaan pelat merah tersebut juga telah mendapatkan izin impor beras sebesar 500 ribu ton.

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag, Tjahja Widayanti mengatakan, tambahan izin impor beras tersebut hanya untuk meningkatkan stok beras Bulog. Sebab, sebagai BUMN yang bertugas menjaga ketersediaan pangan, Bulog‎ harus memiliki stok yang cukup dalam mengantisipasi lonjakan harga pangan seperti beras.

‎"Bulog harus punya cadangan beras yang mencukupi, jadi supaya bisa cukup sebagai buffer stok," ujar dia di Kawasan Kasablanka, Jakarta, Kamis 17 Mei 2018.

Meskipun saat ini Bulog memiliki stok beras lebih dari satu juta ton, stok yang ada tersebut bisa saja digelontorkan sewaktu-waktu dalam rangka mengendalikan harga. Terlebih saat memasuki Ramadan seperti sekarang, permintaan pangan cenderung akan meningkat.

"Ini untuk menjaga saja supaya kita lebih kuat lagi," kata dia.

Namun Tjahja memastikan, memasuki Ramadan, rata-rata harga beras secara nasional terkendali. Bahkan sebagai besar telah sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan Kemendag.

"Dari hasil pengamatan di 34 provinsi rata-rata sudah mencapai HET. Secara umum sudah, kan harga beras masing-masing," ujar dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.