Sukses

Lebih Murah, Mendag Ajak Masyarakat Beli Cabai Via Online

Menurut Enggartiasto, bila membeli melalui e-commerce atau secara online bisa mendapatkan harga cabai yang lebih murah.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengajak masyarakat memanfaatkan sarana belanja online untuk mendapatkan harga cabai yang lebih murah. Hal ini seiring dengan melonjaknya harga cabai rawit merah yang menembus angka lebih dari Rp 100 ribu per kg.

Menurut Enggartiasto, bila membeli cabai melalui e-commerce atau secara online bisa mendapatkan harga yang lebih murah. Jika harga di pasar tradisional dipatok di atas Rp 100 ribu, maka di online hanya Rp 70 ribu. Namun, dia enggan menjelaskan situs online yang dimaksud.

"Karena buka online, beli dari online saja. Karena beli di online itu jauh lebih murah dan di bawah Rp 70 ribu dan di bawah Rp 60 ribu bahkan," ujar dia di Kantor Kementerian Perdagangan (Kemendag), Jakarta, Senin (9/1/2017).

Selain itu, Enggar juga meminta agar masyarakat tidak panik dengan lonjakan harga cabai. Menurut dia, jika ada informasi soal harga cabai yang melambung tinggi, maka harus dipastikan dulu kebenarannya.

‎"Itu harus diurut, apa benar Rp 150 ribu itu dari pedagang? Jadi di bawah rumor 'katanya', itu yang menjadi persoalan. Itu katanya lagi," ungkap dia.

Enggar menyatakan, saat ini harga cabai rawit merah paling tinggi di kisaran Rp 120 ribu per kg. Namun di setiap daerah‎ harganya berbeda-beda, sehingga tidak bisa disamaratakan.

"(Harga) Tergantung daerahnya. Yang paling tinggi Rp 120 ribu, Rp 110 ribu, Rp 100 ribu dan itu setiap jam berubah. Kalau pagi itu mereka di pasar telpon, hujan enggak di sana. Kalau hujan, artinya pasokan akan berkurang," tandas dia.

Untuk diketahui, harga cabai rawit merah di Solo (Jawa Tengah), Tabanan (Bali), Malang (Jawa Timur), dan Palu (Sulawesi Tengah) masih tinggi lantaran pasokan cabai rawit merah masih rendah.

Di pasar tradisional Kleco, Solo, harga cabai rawit merah Rp 100 ribu per kilogram (kg), sedangkan cabai merah besar harganya Rp 30 ribu per kg, dan harga rawit hijau Rp 50 ribu per kg. Harga itu naik dari sebelumnya antara Rp 15 ribu-Rp 20 ribu per kg.

Sutinah (48), pedagang di Pasar Kleco, Solo, mengatakan harga cabai rawit merah dalam beberapa hari sempat turun menjadi Rp 90 ribu per kg. Namun naik lagi karena pasokan dari sentra produksi seperti Cepogo, Boyolali, dan Tawangmangu, Karanganyar, menurun drastis.

"Stok cabai di pasar menipis dan harganya sangat tinggi. Kalau kondisi normal cabai rawit merah hanya dijual sekitar Rp 25 ribu per kg hingga Rp 30 kg," ujar dia, seperti dikutip dari laman Antara, Senin (9/1/2017).

Demikian juga dikeluhkan Sarni (50), pembeli di pasar Kleco. Ia mengeluh lantaran harga cabai sekarang mahal sementara semua anggota keluarganya suka makanan pedas. "Saya membeli cabai Rp 5.000 dapatnya bisa dihitung dengan jari," kata dia.

Harga cabai di Kalimantan sudah Rp 150.000 per kilogram (kg), di Jawa Barat sudah di atas Rp 100.000 per kg, DKI Jakarta masih di kisaran Rp 100.000 sampai Rp 110.000 per kg, Tangerang, Jumat (6/1). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Kepala Dinas Pasar, Perdagangan dan Perindustrian Kota Surakarta Subagyo mengatakan akan melakukan koordinasi dengan daerah sentra produksi yang surplus cabai untuk memasok komoditas itu ke daerahnya guna menstabilkan harga. "Kami ikuti harga cabai di pasar, setelah itu melakukan koordinasi dengan daerah sentra cabai," kata Subagyo.

Subagyo mengatakan harga cabai naik karena saat musim hujan seperti sekarang banyak petani yang gagal panen karena tanamannya membusuk. "Ini karena dampak musim. Saya kira jika pasokan kembali lancar harga bisa normal," katanya.

Di pasar-pasar tradisional di Malang Raya, harga cabai rawit yang pekan lalu Rp 75 ribu sampai Rp 80 ribu per kilogram sekarang naik menjadi Rp 95 ribu sampai Rp 105 ribu per kilogram.

Sriatun, pedagang bumbu di Pasar Merjosari, Kota Malang, Senin, mengatakan dia terpaksa kulakan cabai sedikit karena harga naik. "Kalau berwarna merah dan segar semua, harganya sudah beda, Rp 115 ribu-Rp 120 ribu per kilogramnya," ujar Sriatun.

Ia berharap harga cabai segera turun, juga harga bahan pokok lain, yaitu telur, gula, dan beras. Pedagang lainnya, Masfiroh, juga hanya kulak cabai dua kilogram sehari dalam sepekan terakhir. "Harganya terlalu tinggi, saya tidak berani spekulasi kalau sampai tidak laku. Saya ambilnya sedikit saja," kata Masfiroh.

Pedagang eceran di kampung-kampung pun beberapa hari terakhir tidak punya stok cabai rawit karena stok kosong di pasar induk seperti Pasar Induk Gadang (PIG) Kota Malang, Pasar Karangploso dan Mantung, Kabupaten Malang.

Salah satu kios penjual cabai di kawasan Tangerang, Jumat (6/1). Melonjaknya harga cabai dikarenakan curah hujan yang cukup tinggi yang terjadi saat ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Di Tabanan, Bali, harga cabai rawit yang menurut tim Tim Pengendali Inflasi Daerah Kabupaten Tabanan sebelumnya Rp 30 ribu per kilogram sekarang sudah naik menjadi Rp 80.000 per kilogram.

Harga cabai rawit yang sebelumnya rata-rata berkisar Rp15 ribu per kilogram di Palu sekarang juga naik menjadi Rp80 ribu per bulan. "Ini tertinggi dalam beberapa bulan terakhir,"kata Rumiati, seorang ibu rumah tangga di Palu. (Dny/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.