Sukses

Kebijakan Ganjil Genap Untungkan Anak Usaha Bank Mandiri

Pada tahun ini, Mandiri Tunas Finance menargetkan pembiayaan baru (new lending) Rp 18 triliun.

Liputan6.com, Jakarta - Penerapan aturan kendaraan ganjil genap di Jakarta justru menjadi peluang bagi perusahaan pembiayaan kendaraan seperti PT Mandiri Tunas Finance (MTF). Anak usaha dari PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) ini mendapat kesempatan untuk memenuhi permintaan akan kendaraan baru masyarakat yang tidak ingin terjebak dalam aturan ganjil-genap.

Presiden Direktur MTF Ignatius Susatyo Wijoyo menerangkan, masyarakat pasti mencari siasat dengan adanya aturan baru pembatasan kendaraan yang melintas di beberapa jalan utama di Jakarta. Salah satu cara yang akan ditempuh adalah dengan membeli kendaraan baru.

Masyarakat yang saat ini memiliki mobil dengan nomor kendaraan ganjil maka akan membeli mobil baru dengan nomor kendaraan genap. Begitu pula sebaliknya. 

"Saya juga terkejut melihat kebijakan ganjil genap itu, orang pada menurut. Untuk daerah yang memiliki transportasi umum tidak baik, mereka akan membeli mobil satu lagi dan masuknya low cost and green car (LCGC) market," kata dia di Hotel Shangri-La Jakarta, Senin (5/9/2016).

Dia menerangkan, hal itu tercermin dengan kondisi jalanan yang justru tetap saja padat kendati kebijakan ganjil genap diterapkan. Dia mengatakan, dengan kondisi yang tetap macet, maka bisa diartikan bahwa jumlah mobil yang beredar tak mengalami perubahan.

"Memang menimbulkan opportunity. Sekarang lihat ganjil genap lancar tidak? tidak juga kan, tetap padat," ungkap dia.

Hal tersebut telah tercermin dari tingginya jumlah permintaan akses pembiayaan mobil dalam acara Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) tahun ini.

"Kami baru-baru ini mengikuti pameran GIIAS. Kami lihat tren kami lebih baik dibanding tahun lalu. Kalau tahun lalu 1.400 aplikasi, kemarin 2.200 aplikasi," jelas dia.

Saat ini porsi pembiayaan Mandiri Tunas Finance terdiri 96 persen berupa pembiayaan mobil baru dan 4 persen sisanya berupa pembiayaan motor gede (moge) dan alat berat.

"Dari 96 persen, 80 persen passenger car termasuk sedan, SUV, MPV, 20 persen commercial car seperti truk, pick up. Saya rasa akan ada tren kenaikan," jelas dia.

Pada tahun ini, perseroan menargetkan pembiayaan baru (new lending) Rp 18 triliun atau naik dari realisasi tahun lalu Rp 17,1 triliun. Sampai semester I, perseroan telah memperoleh pembiayaan sebesar Rp 9,6 triliun.

Untuk mengejar target itu, perseroan menawarkan Obligasi Berkelanjutan III Mandiri Tunas Finance Tahap I 2016 dengan nilai sebanyak-banyaknya Rp 500 miliar. Obligasi ini merupakan bagian dari rencana Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) Obligasi Berkelanjutan III dengan nilai total Rp 3 triliun.

Pada tahap pertama ini, MTF menerbitkan obligasi dua seri. Seri A memiliki jangka waktu 3 tahun dan Seri B jangka waktu 5 tahun. Untuk kuponnya, perseroan memberi penawaran 7,9 persen sampai 8,7 persen untuk Seri A dan 8,25 persen sampai 9 persen untuk Seri B.

Dia mengatakan, obligasi tersebut untuk modal kerja perseroan. Dia bilang, dengan adanya likuiditas mendorong pemberian pembiayaan dengan bunga murah.

"Iya kalau bisa dapat murah. Kita jualan 10 persen kalau bisa. Bunga jual sekarang rata-rata 11 persen," ujar dia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tantangan Berat

Tantangan Berat

Perusahaan pembiayaan kendaraan bermotor nampaknya akan menghadapi tantangan berat tahun ini. Bagaimana tidak, Bank Indonesia (BI) sendiri menargetkan total pertumbuhan kredit perbankan hanya 7 sampai 9 persen tahun ini.

Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, target tersebut menimbang realisasi pertumbuhan kredit yang cukup pelan sampai Agustus 2016.

"Kami lihat bahwa pertumbuhan kredit 2016 akan ada di kisaran satu digit. Jadi satu tahun akan di kisaran 7 sampai 9 persen, sebelumnya kita perkirakan dua digit," kata dia.

Agus berharap, pada semester II ini pertumbuhan kredit akan meningkat sejalan dengan permintaan dari swasta serta peningkatan dari segmen konsumsi.

"Pertumbuhan kredit kita mengikuti bahwa year to date pertumbuhan relatif rendah ada di bawah 3 persen dan di semester ke dua karena sektor swasta sudah mulai pulih, dari konsumsi, kita harapkan swasta lebih baik," tandas dia. (AMd/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.