Sukses

Realistiskah Target Jokowi Bangun Proyek 35 Ribu MW?

Dengan pertumbuhan ekonomi yang melambat, perlukah target kelistrikan 35 ribu MW direvisi?

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah disarankan untuk mengevaluasi target program kelistrikan 35 ribu megawatt (MW) karena dipandang sudah tak sesuai dengan kenyataan.

Pengamat ketenagalistrikan Universitas Indonesia Iwa Garniwa mengatakan, dalam menetapkan program kelistrikan 35 ribu MW pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi sekitar 7,2 persen per tahun dengan begitu membutuhkan pasokan listrik baru 7.000 MW per tahun.

"Memang begitu, saya dari awal mengatakan 35 ribu MW ukurannya darimana? Dulu perkiraan pertumbuhan Indonesia 7,2 persen," kata Iwa saat berbincang dengan Liputan6.com, di Jakarta, Kamis (20/8/2015).

Iwa menambahkan, saat ini target tersebut sudah tak sesuai dengan kenyataan. Pasalnya, gocangan perekonomian dunia berdampak pada perlambatan pertumbuhan perekonomian Indonesia, karena itu target tersebut perlu dievaluasi.

"Pemerintah tetap menjalani, dia lupa pertumbuhan ekonomi kita dan dunia, tidak sama dengan perkiraan malah cenderung turun. Otomatis kita turun," ungkapnya.

Menurut Iwa, dengan pertumbuhan ekonomi yang melambat saat ini kebutuhan listrik yang tepat sebesar 25 ribu MW dalam 5 tahun, dengan tambahan hanya 15 ribu MW.

"Berikutnya sekarang berapa seharusnya kedepan itu, itu melihat pelajaran kemarin dihitung dengan kenaikan penuruan ekonomi perkiraan saya 25 ribu MW itu kebutuhannya bukan pembangunannya. Bisa jadi pembangunan 15 ribu MW karena kendala banyak," pungkasnya.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli sebelumnya juga mengkritisi program pembangunan pembangkit listrik 35 ribu MW yang‎ dicanangkan Presiden Jokowi. Menurut dia, target pemerintah membangun proyek kelistrikan 35 ribu MW terlalu besar. Maka dari itu, pemerintah akan melakukan evaluasi atas target tersebut.

 

Sementara itu, Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said menyatakan program kelistrikan 35 ribu megawatt (MW) harus direalisasikan agar Indonesia tak mengalami krisis listrik ke depannya.

Sudirman mengakui untuk mewujudkan program kelistrikan yang ditargetkan rampung dalam lima tahun tersebut tidak mudah, namun bisa dilakukan.

"Memang benar membangun listrik 35 ribu MW bukan hal mudah tapi dikerjakan bersama, akan jadi batu uji kreativitas bersama untuk cari solusi," kata Sudirman.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengakui bahwa proyek pembangunan proyek 35 ribu MW adalah proyek ambisius dari pemerintah. Namun menurut Jokowi, bukan berarti proyek tersebut tidak realistis. Mengingat kebutuhan listrik di Indonesia sangat besar, maka Jokowi meminta agar proyek tersebut telah berjalan sesuai target.‎

"Banyak yang menyampaikan bahwa proyek 35 ribu MW itu sebuah target yang ambisius. Tapi memang itu kebutuhannya seperti itu. Oleh sebab itu angka 35 ribu MW kalau ada masalah di lapangan, itu yang dicarikan solusi sehingga investasi investor betul-betul bisa melaksanakan investasinya," ujar Jokowi.

Terkait mengenai pernyataan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli yang menyebut proyek tersebut tidak mungkin dapat dicapai dalam waktu lima tahun masa pemerintahan Jokowi-JK, Presiden Jokowi justru mengatakan proyek yang akan menghabiskan dana hingga ratusan triliun rupiah itu sebagai tantangan bagi para menterinya. ‎

Ia meminta agar Rizal Ramli dan para menteri terkait mencari solusi agar proyek tersebut dapat dicapai sesuai target. "Itu tugasnya Menteri, Menko, untuk mencarikan solusi, mencari jalan keluar, setiap masalah yang dihadapi oleh investasi investor," kata Jokowi.

Jokowi pun menegaskan bahwa proyek tersebut tetap akan dilaksanakan. Terlebih masih banyak daerah yang mengalami krisis listrik.

"Itu memang kebutuhan. Kalau tidak mencapai itu, tiap ke daerah akan protes mengenai listrik yang byarpet, listrik mati. Semua. Oleh sebab itu saya dorong terus ini harus selesai sampai saya berikan contoh pembebasan lahan, yang di Batang saja sampai saya turun tangan. Pak wapres turun tangan," pungkas Jokowi.

(Pew/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.