Sukses

Black Box Germanwings Cepat Dibaca, Bagaimana dengan AirAsia?

Menteri Perhubungan Ignasius Jonan mengungkapkan pengumuman rekaman yang ada di black box seharusnya bukan menjadi wewenang kejaksaan.

Liputan6.com, Jakarta - Maskapai Germanwings yang mengalami kecelakaan di Pegungungan Alpen beberapa hari lalu sudah dapat diindikasikan dimana kecelakaan akibat kondisi kejiwaan Co Pilot yang tidak beres.

 Hal itu diketahui setelah Kejaksaan Prancis mengumumkan hasil rekaman black box (kotak hitam) mengenai kondisi kabin pesawat sebelum terjadi kecelakaan. Lalu bagaimana dengan black box AirAsia QZ8501 yang jatuh di Selat Karimata pada akhir tahun 2014? 
 
Menteri Perhubungan (Menhub) Ignasius Jonan mengungkapkan pengumuman rekaman yang ada di kotak hitam tersebut seharusnya bukan menjadi kewenangan Kejaksaan.
 
"‎Itu yang mengeluarkan kan Jaksa Prancis, apa dia berhak?," ungkap Jonan saat berbincang dengan Liputan6.com yang ditulis, Sabtu (4/4/2015).
 
Menurut Jonan sesuai dengan standar internasional, hal yang berhak mengumumkan rekaman kotak hitam tersebut adalah otoritas setara dengan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) di negara terkait.
 
Tidak hanya itu, sesuai Undang-Undang penerbangan yang juga mengacu pada standar internasional seharusnya rekaman kotak hitam tidak boleh diumumkan ke publik, karena dikhawatirkan dapat disalahgunakan dan menimbulkan kekhawatiran masyarakat.
 
Mengenai kotak hitam AirAsia, dikatakan Jonan saat ini masih menjadi kewenangan KNKT. Kalaupun hal itu sudah dapat diterjemahkan itu menjadi kewenangan KNKT untuk melakukan penyelidikan akibat kecelakaan maskapai yang terbang dengan tujuan Singapura dari Sidoarjo itu.
 
Ketika disinggung mengenai tekhnologi yang dimiliki Indonesia jika dibandingkan dengan Prancis, Jonan mengaku apa yang dimiliki KNKT tidak kalah canggih.
 
"Tidak ada bedanya, sama saja (tekhnologinya)," tegas Jonan. 
 
‎Seperti diketahui, berkat ditemukannya cockpit voice recorder (CVR) Black Box Germanwings 4U 9525, tim penyelidik mendapat titik terang penyebab kecelakaan pesawat nahas tersebut.
 
Dugaan kuat bahwa kopilot Andreas Lubitz yang pernah mengalami gangguan jiwa menjatuhkan pesawat ketika pilot Patrick Sondheimer sedang ke toilet.
 
Isi transkrip rekaman CVR Germanwings yang dilaporkan Daily Mail, Minggu (29/3/2015), itu diawali dengan ucapan permohonan maaf dari kapten Sondheimer lantaran pesawat terlambat terbang 26 menit. Airbus A320 itu terbang mulai pukul 10.01 dari Barcelona, Spanyol dengan tujuan Dusseldorf, Jerman.
 
Pada 20 menit selanjutnya terdengar suara percakapan si pilot dan kopilot. Sondheimer mengaku tidak sempat pergi ke toilet sebelum menerbangkan pesawat. Mendengar hal itu, Lubitz mempersilakannya untuk ke toilet kapan saja dan ia siap mengambil alih kendali kapal terbang.
 
Pada pukul 10.27, pesawat berada di ketinggian 38 ribu kaki. Kapten pilot pun meminta kopilot untuk mempersiapkan pesawat untuk mendarat di Dusseldorf.
 
Seperti dituturkan jaksa penyelidik kecelakaan, kopilot Lubitz menjawab instruksi dari rekannya itu dengan singkat. Pilot kedua itu terdengar beberapa melontarkan kata-kata seperti 'semoga saja' dan 'kita lihat nanti'.
 
Setelah mempersiapkan pesawat untuk mendarat, kopilot mempersilakan pilot untuk pergi ke toilet. "Anda bisa tinggalkan kokpit sekarang." Dan dua menit kemudian, si pilot pun meminta kopilot untuk mengambil alih kendali. Kursi pilot lalu terdengar bergeser dan pilot keluar ruangan.
 
Selanjutnya, pada pukul 10.30, pesawat tersebut terlacak radar turun 316. Semenit kemudian, pesawat kapal terbang turun lagi sejauh 1.800 kaki. Pukul 10.32, petugas pemandu lalu lintas udara (ATC) mencoba menghubungi pesawat, namun tak da respons.
 
Pada saat yang bersamaan, sinyal tanda bahaya pesawat "Sink Rate" berbunyi di kokpit memperingatkan kopilot. Namun tak ada tindakan.
 
Sementara pilot Sondheimer yang hendak kembali, tak bisa masuk kokpit. Kunci ruangan tersebut dikunci. Lubitz diduga menguncinya. Sang pilot pun minta agar pintu kokpit dibuka. Tapi permintaan itu tak digubris kopilot.
 
Dari rekaman itu, kapten pilot terdengar mencoba mendobrak pintu dengan menggunakan logam keras, yang diduga kapak. Para penumpang kemudian berteriak mendengar tersebut.
 
Pilot kembali meminta agar pintu dibuka dan berteriak "For God’s sake, open the door!" (Demi Tuhan Buka Pintunya!). Sekitar 90 detik berselang, pesan peringatan pesawat kembali berbunyi "Ground! Pull up! Pull up!".
 
Kapten pilot kembali mendesak dan berkata "Open the goddamn door!" (Buka pintu si*l*n!). Tapi tetap tak dibuka.
 
Kemudian, pada pukul 10.38, pesawat diketahui menukik tajam mengarah ke pegunungan Alpen, Prancis. Ketika itu, suara napas Lubitz terdengar di kokpit, namun dia tak mengeluarkan sepatah kata pun.
 

Pada pukul 10.40, bagian sayap kanan kapal terbang tersebut jatuh dan menghantam pegunungan. Suara terakhir yang terdengar adalah jeritan histeris dari para penumpang. Pesawat Germanwings hancur berkeping, dan 150 orang di dalamnya tewas. (Yas/Nrm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.