Sukses

The Fed Beri Sinyal Suku Bunga Naik Namun Tak Cepat

The Fed memangkas estimasi median untuk Federal Funds rate, yang merupakan kunci untuk suku bunga overnight.

Liputan6.com, New York - Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) memberikan sinyal selangkah lebih maju untuk menaikkan suku bunga ke level yang lebih tinggi sejak 2006 lalu. Namun kenaikan suku bunga ke tingkat yang normal akan cukup lambat karena mereka menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi.

Mengutip Reuters, Kamis (19/3/2015), The Fed menghapus kata sabar dalam pernyataannya. Selama ini, mereka selalu menggunakan kata sabar dalam setiap pernyataan yang berkaitan dengan langkah untuk menaikkan suku bunga. Dengan hilangnya kata sabar tersebut menandakan bahwa pintu untuk menaikkan suku bunga terbuka lebar dalam beberapa bulan ke depan.

Namun, The Fed juga memangkas estimasi median untuk Federal Funds rate, yang merupakan kunci untuk suku bunga overnight. Di akhir tahun kemarin, The Fed memperkirakan Federal Funds rate akan berada di kisaran 1,25 persen di akhir tahun ini. Namun pada pertemuan kali ini diturunkan menjadi 0,625 persen.

"Hanya karena kami menghapus kata sabar dalam pernyataan bukan berarti kami tidak akan sabar," jelas Gubernur Bank Sentral AS Janet Yellen dalam konferensi pers.



Dalam ringkasan proyeksi ekonominya, The Fed memangkas outlook inflasi untuk tahun 2015. Selain itu mereka juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi AS. Hal tersebut menandakan bahwa langkah-langkah untuk mengelola inflasi selama ini tidak berjalan sesuai dengan ekspektasi.

Salah satu penyebabnya adalah penurunan harga minyak yang cukup drastis. Sejak akhir tahun kemarin harga minyak terus mengalami kemerosotan yang tajam dari kisaran US$ 100 per barel menjadi berada di bawal US$ 50 per barel. Dengan penurunan harga minyak tersebut maka harga barang menjadi murah sehingga target inflasi tak tercapai.

"Saya melihat bahwa The Fed kemungkinan besar tidak akan menaikkan suku bunga pada Juni ini. September adalah waktu tercepat," tutur Kepala Ekonom Vining Sparks, Craig Dismuke. Ia memperkirakan di tahun ini The Fed hanya satu atau dua kali saja menaikkan suku bunganya.

Dampak dari pengumuman yang dilakukan oleh The Fed ini bursa Amerika langsung melonjak. Beberapa saham sempat menyentuh rekor tertinggi sehingga membuat indeks acuan bergerak positif. Selain itu, harga minyak juga mengalami kenaikan.

Yellen terus mempertahankan suku bunga acuan mendekati level 0 persen sejak ia menjabat sebagai Gubernur The Fed pada Februari 2014 lalu. Ia terus berusaha mencari landasan yang kuat untuk menaikkan suku bunga. Namun memang data-data yang ada selama ini tidak pernah bergerak serempat membaik.

Di saat ada data yang bergerak positif namun ada data lain yang bergerak di bawah estimasi. Data Permintaan konsumen selama ini tidak pernah berada di level yang diinginkan. Salah satu penyebabnya adalah penurunan harga minyak.(Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.