Sukses

Stabilkan Harga Beras, Gubernur Jatim Gelar Operasi Pasar

Menurut Gubernur Jatim, daerahnya terkena imbas kenaikan harga beras dari Jakarta. Hal itu mengingat pasokan beras di Jatim masih stabil.

Liputan6.com, Surabaya - Gubernur Jawa Timur (Jatim), Soekarwo akan menggelar operasi pasar di sejumlah pasar tradisional untuk menstabilkan harga beras.

Menurut Gubernur yang akrab disapa Pakde Karwo ini, kenaikan harga beras ini bukan karena musim hujan yang akhir-akhir mengguyur sebagian besar daerah di Jatim.

"Sebenarnya Jatim ini imbas dari kenaikan harga beras dari pusat, bukan karena musim hujan. Buktinya untuk hasil panen petani di Jawa Timur saat ini masih normal sebesar 12,8 juta ton. Musim hujan di Jatim tidak sampai membuat merosotnya gagal panen," tutur Soekarwo, Selasa (24/2/2015).

Dia menambahkan bahwasanya pihaknya akan melakukan operasi pasar di pasar tradisional yang berfokus pada beras KW1 dan medium.

"Sudah, kami sudah lakukan operasi pasar, yang harus turun itu khususnya yang KW1 dan medium, itu harus kami jaga agar harganya stabil dan segera turun. Untuk itu Pemerintah Jawa timur akan lakukan operasi pasar di pasar tradisional," ujar Soekarwo.

Untuk konsumsi beras bagi masyarakat Jawa Timur hanya 8,2 juta ton. Masih ada sisa beras lebih sekitar 4,6 juta ton. "Kami lebih 4,6 juta ton, ini setara dengan konsumsi 50 juta masyarakat," lanjutnya.

Sebenarnya untuk daerah Jawa timur masih stabil, namun tampaknya untuk daerah-daerah yang lain mengalami gagal panen.

"Kalau di luar provinsi Jatim, seperti Jateng, Jabar gagal panen. Kalau kami lihat, sebenarnya harga naiknya beras ini dari Jakarta dan luar Jawa. Dan saat ini Jawa Timur kena dampak dan imbasnya," kata Soekarwo.

Pemerintah menegaskan kenaikan harga beras di pasar bukan karena penimbunan atau permainan para mafia beras. Kondisi ini murni karena masalah teknis pendistribusian beras terutama beras miskin (raskin).

"Tidak ada hubungannya dengan penimbunan," ujar Wakil Presiden Jusuf Kalla, saat rakor ketahanan pangan, Senin 23 Februari 2105.

Ia mengaku, harga beras yang melambung disebabkan karena kurangnya stok beras itu bukan akibat ulah mafia beras. "Ah tidak ada itu (mafia beras). Hanya orang dagang yang biasa timbun-timbun. Nanti juga biar rugi sendiri, kami turunkan harga," kata JK.

Sementara itu, Bulog sendiri telah melakukan operasi pasar sejak Februari 2015. Pada operasi pasar yang dihadiri oleh Menteri Perdagangan Rachmat Gobel dan Menteri Koperasi AA Puspayoga pada Minggu 22 Februari 2015, Bulog menggelontorkan sekitar 5 ton beras. (Dian Kurniawan/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.