Sukses

Malaysian Airlines, Terkubur atau Bisa Bangkit Lagi?

Jatuhnya pesawat MH 17 dan tingginya harga bahan bakar serta tarif bandara akan menambah tekanan bagi Malaysia Airlines.

Liputan6.com, Washington - Bisnis dan keuangan Malaysian Airlines System (MAS) kini benar-benar berada di situasi yang sangat genting. Kepanikan masyarakat dan investor akan memperkeruh bisnis MAS setelah pesawat MH17 ditembak rudal di zona perang Ukraina dan menewaskan seluruh penumpang di dalamnya yang berjumlah 295 orang.

Mengutip laman USA Today, Jumat (18/7/2014), bahkan sebelum tragedi pertama terjadi, hilangnya pesawat MH370 dan 239 penumpangnya tanpa jejak, kesulitan finansial memang telah menjerat bisnis MAS. Kala itu, MAS tengah menanggung utang jangka panjang senilai 10,36 miliar ringgit atau setara Rp 35,99 triliun.

Sejumlah analis mengatakan, dua bencana maut tersebut akan semakin menyulitkan Malaysian Airlines untuk terus beroperasi.

"Ini akan sangat sulit (bagi MAS untuk melanjutkan bisnisnya)," ungkap analis R.W. Mann & Co Robert Mann.

Meskipun bisnisnya tercatat sedikit membaik setelah tragedi hilangnya pesawat MH370, tapi maskapai tersebut terlanjur mengalami kerugian besar selama bertahun-tahun. Tingginya harga bahan bakar dan tarif bandara membuat selisih keuntungan dan biaya operasionalnya kian menipis.

Persaingan ketat antara sesama maskapai penerbangan murah dan pelemahan ringgit juga menjadi pemicu lemahnya bisnis maskapai tersebut. Insiden tertembaknya pesawat MH17 yang tengah melintas di atas zona perang Ukraina hanya memperburuk keadaan bisnis maskapai asal Negeri Jiran tersebut.

"Insiden ini (MH17) hanya akan menjadi kabar buruk yang bisa menguburkan Malaysian Airlines. Pihak maskapai harus menjelaskan apakah kecelakaan tersebut karena kebakaran di luar kendalai Malaysian Airlines atau masalah datang karena manajemen dan krunya sendiri," ungkap analis Atmosphere Research Group Harteveldt.

Tentu saja pernyataan itu mengacu pada jenis pesawat MH370 dan MH17 yaitu, Boeing 777-200ER. Model pesawat yang ditembak rudal sama dengan pesawat berisi 239 penumpang yang hilang tanpa bekas dan belum ditemukan hingga saat ini.

Dia juga meminta pihak manajemen untuk lebih berhati-hati mengingat jarak terjadinya kecelakaan hanya berselang hampir lima bulan saja. Dia mengingatkan, maskapai harus mengambil langkah-langkah cepat untuk bangkit meski dia melihat bisnis penerbangannya semakin loyo dari hari ke hari.

Pagi ini, saham MAS tercatat melemah hingga 11 persen mengingat kekhawatiran para investor terhadap asetnya. Sepanjang tahun ini, saham MAS juga tercatat anjlok hingga 27 persen.

Lebih dari itu, para penumpang di sejumlah negara ramai-ramai membatalkan penerbangannya dengan MAS dan memilih beralih ke maskapai lain. Tragedi ini diduga kuat akan menambah kerugian yang harus ditanggung MAS. (Sis/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.