Cerita Keberanian Jusuf Kalla Naikkan Harga BBM 2005 Hingga 160%

Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla mengaku bingung dengan tarik ulur rencana pemerintah menaikkan harga BBM. Padahal menurutnya, merayu rakyat agar mau menerima kebijakan itu tidaklah sulit.

oleh Liputan6 diperbarui 18 Apr 2013, 16:24 WIB
Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla mengaku bingung dengan tarik ulur rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak. Padahal menurut dia, tidaklah sulit untuk merayu rakyat agar menerima kebijakan yang diterapkan pemerintah.

"Dulu tahun 2005 pemerintah menaikkan harga BBM sampai 160%. Saya sebagai wakil presiden bilang, duit kita banyak, tapi habis untuk subsidi. Kalau mau memperbaiki jembatan, membangun rumah sakit dan sekolah, subsidi harus dicabut. Semua setuju, tak ada yang demo," jelasnya dalam dialog Indonesian Young Leaders Forum 2013 di Hotel Ritz Carlton, Pacific Place, Jakarta, Kamis (18/4/2013).

Jadi, lanjut Kalla, yang penting adalah bagaimana cara pemerintah untuk menyampaikan rencana menaikkan atau mencabut subsidi. Jika cara menjelaskan bisa dimengerti, tak akan ada masalah.

"Jangan dibilang soal subsidi yang membuat fiskal jeblok. Siapa yang mengerti itu? Saya saja yang mantan wakil presiden tak mengerti fiskal jeblok itu," ujar Kalla yang mengundang tawa peserta dialog.

Selain caranya, Kalla juga menambahkan tentang pilihan waktu yang tepat untuk menaikkan harga BBM. Di tahun 2005, harga BBM dinaikkan 2 hari sebelum bulan puasa.

"Itu biar tak ada demo. Dan lagi, bulan puasa orang tak sering memasak dan tak banyak bepergian dengan kendaraan. Jadi tak ada yang demo," imbuhnya.

Sekadar informasi, pemerintah berencana menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis premium dan solar untuk kendaraan pelat hitam sebesar Rp 2.000 menjadi Rp 6.500 per liter.

Penyesuaian harga yang rencananya diterapkan Mei 2013 tersebut diprediksi bisa menghemat subsidi BBM dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2013 sebesar Rp 21 triliun. (Ndw)



POPULER

Berita Terkini Selengkapnya