Tengok Sederet Jurus China Pulihkan Ekonomi

Hal itu diungkapkan dalam laporan sementara rencana lima tahun China yang ke-14.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 28 Des 2023, 18:00 WIB
Maksimum harian yang dicatat pada hari Kamis adalah yang tertinggi kedua dalam sejarah kota itu, tepat di bawah 41,9 derajat celsius yang dicatat oleh Beijing pada 24 Juli 1999. (AP Photo/Andy Wong)

Liputan6.com, Jakarta China tengah berupaya untuk meningkatkan permintaan domestik, untuk mendorong pemulihan ekonominya.

Hal itu diungkapkan dalam laporan sementara rencana lima tahun China yang ke-14, diterbitkan oleh parlemen negara itu pada Rabu (27/12).

"(China) akan memprioritaskan pemulihan dan perluasan konsumsi, menstabilkan konsumsi massal dan mendorong konsumsi jasa," kata Zheng Shanjie, kepala badan perencanaan ekonomi China, dikutip dari Channel News Asia, Kamis (28/12/2023).

Zheng Shanjie mengatakan, China juga akan mempercepat reformasi yang bertujuan memperluas pendapatan masyarakat kelas menengah di negara tersebut.

Selain itu, pemerintah negara tersebut juga memperdalam reformasi yang berorientasi pasar dan keterbukaan kelembagaan untuk meningkatkan pembangunan.

Langkah China

Seperti diketahui, China dalam beberapa bulan terakhir telah meluncurkan serangkaian langkah untuk menopang pemulihan ekonomi pascapandemi yang lemah, yang terhambat oleh kemerosotan sektor properti, risiko utang pemerintah daerah, dan lambatnya pertumbuhan global.

"(China) juga akan mencegah dan mengatasi risiko di bidang-bidang utama. Mengkoordinasikan penyelesaian risiko di bidang real estat, utang pemerintah daerah, dan lembaga keuangan kecil dan menengah,” beber Zheng.

Lebih lanjut ia mengungkapkan, China perlu meningkatkan pengembangan teknologi tingginya untuk mengatasi blokade ekspor teknologi yang diberlakukan oleh beberapa negara.

"(China) harus mempercepat terobosan dalam teknologi inti utama, mencapai tingkat kemandirian ilmu pengetahuan dan teknologi yang tinggi, dan menghindari teknologi dan industri 'terkunci' pada kelompok kelas bawah dan menengah," jelas Zheng.

2 dari 4 halaman

China Optimis Capai Target Pertumbuhan Ekonomi 5 Persen di 2024

Para pengunjung mengenakan masker saat berjalan di Kota Terlarang, Beijing, China, Jumat (1/5/2020). Kota Terlarang kembali dibuka setelah ditutup lebih dari tiga bulan karena pandemi virus corona COVID-19. (AP Photo/Mark Schiefelbein)

China dipastikan dapat mencapai pertumbuhan ekonomi hingga 5 persen pada tahun 2024.

Hal itu diungkapkan oleh Wang Yiming, penasihat kebijakan bank sentral China, People’s Bank of China.

Mengutip US News, Selasa (19/12/2023) Wang Yiming menyebutkan bahwa perekomonian China kemungkinan akan tumbuh 5 persen tahun depan, jika investasi meningkat 4-5 persen, konsumsi meningkat 6-7 persen, dan ekspor kembali tumbuh.

Dalam sebuah forum di Beijing, dia menyampaikan bahwa China mempunyai ruang untuk meningkatkan dukungan terhadap perekonomian, mengingat beban utang pemerintah pusatnya relatif rendah dan harga konsumen juga rendah.

Pada November 2023, China mencatat kenaikan tingkat tercepat dalam tiga tahun.

Wang mengungkapkan, China juga dapat menurunkan suku bunga karena Federal Reserve kemungkinan telah berhenti menaikkan suku bunganya, meskipun kesenjangan suku bunga yang besar antara kedua negara ekonomi besar dan kekhawatiran mengenai dampaknya terhadap perbankan dapat menjadi kendala.

Pada konferensi tahunan Central Economic Work yang diadakan pada 11-12 Desember, para pejabat China menyatakan untuk menyesuaikan kebijakan guna mendukung pemulihan ekonomi pada tahun 2024.

3 dari 4 halaman

Optimisme Pemerintah

uah bus wisata terlihat di Shenzhen, Provinsi Guangdong, China selatan (22/10/2020). Shenzhen pada Kamis (22/10) meluncurkan tiga jalur bus wisata bagi wisatawan, yang masing-masing menampilkan budaya, teknologi, dan pemandangan malam kota tersebut. (Xinhua/Mao Siqian)

Pertumbuhan ekonomi China diperkirakan akan mencapai target pemerintah sekitar 5 persen tahun ini.

Diwartakan sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyoroti ekonomi China masih dalam kondisi pelemahan ekonominya dan belum menujukkan tanda-tanda berakhir.

Berbagai faktor struktural yang bersifat jangka menengah, antara lain demografi, labour atau tenaga kerja, aging dan krisis properti masih menjadi faktor pemberat ekonomi negara tersebut.

Selanjutnya, perekonomian di kawasan Eropa melemah cukup tajam. Bahkan di Jerman dan Inggris sempat mengalami kontraksi.

"Defisit fiskalnya tinggi, inflasinya core inflation juga masih tinggi. Dan ini menyebabkan Eropa alami kondisi tekanan suku bunga belum tunjukan tanda-tanda sampai titik puncak. Selain ekonomi, kondisi geopolitik menunjukkan risiko yang makin tinggi," kata dia, dalam konferensi pers APBN KiTa, Jakarta, Jumat (15/12).

4 dari 4 halaman

Kebijakan Makroekonomi Berjalan Baik, Ekonomi China Dipastikan Pulih di 2024

Seorang wanita berlari di depan kantor pusat Alibaba di Kota Hangzhou, Provinsi Zhejiang, China, Rabu (5/2/2020). Pemerintah Hangzhou memberlakukan pembatasan pergerakan bagi warganya menyusul mewabahnya virus corona. (NOEL CELIS/AFP)

Perekonomian Tiongkok diperkirakan akan mencapai pemulihan dan lebih banyak peluang dibandingkan tantangan pada tahun 2024. Hal itu diungkapkan oleh seorang pejabat negara tersebut.

Pejabat itu, dalam Konferensi Kerja Ekonomi Pusat tahunan yang diadakan pada 11-12 Desember mengatakan bahwa kebijakan makroekonomi akan terus memberikan dukungan bagi pemulihan ekonomi Tiongkok.

Konferensi tersebut mengumpulkan para pejabat utama Tiongkok untuk menetapkan target ekonomi untuk tahun berikutnya.

"Harga (komoditas) di Tiongkok mulai rendah, tingkat utang pemerintah pusat tidak lagi tinggi, dan terdapat kondisi untuk memperkuat implementasi kebijakan moneter dan fiskal," kata pejabat tersebut dalam laporan Xinhua, mengutip kantor Komisi Urusan Keuangan dan Ekonomi Pusat.

Namun, hambatan dalam siklus ekonomi domestik masih terjadi karena permintaan, konsumsi, dan investasi perusahaan masih lemah.

Tahun depan, para pejabat Partai Komunis Tiongkok mengatakan bahwa negara itu akan berupaya beralih dari pemulihan pascapandemi ke pertumbuhan konsumsi yang berkelanjutan.

Pada November 2023, Dana Moneter Internasional (IMF) merevisi perkiraan pertumbuhan ekonomi Tiongkok menjadi 5,4 persen tahun ini, dan mengaitkan revisi tersebut dengan pemulihan pasca-COVID-19 yang kuat.

Tiongkok sendiri telah menetapkan target pertumbuhan ekonomi sekitar 5 persen.

Negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ini juga akan mengembangkan area pertumbuhan konsumsi baru seperti rumah pintar, rekreasi dan pariwisata serta acara olahraga.

Dampak dari penerbitan obligasi negara, pemotongan suku bunga, pemotongan pajak dan biaya serta kebijakan lainnya tahun ini akan berlanjut hingga tahun depan, kata laporan itu.

Tiongkok juga akan terus memantau pasar real estate yang sedang dihadapi krisis dan memenuhi kebutuhan pembiayaan yang wajar bagi perusahaan real estate.

"Dengan upaya bersama dari semua pihak, tujuan kebijakan pencegahan risiko real estat dan stabilisasi pasar dapat tercapai sepenuhnya," demikian pernyataan pejabat Tiongkok dalam laporan Xinhua.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya