4 Penyandang Disabilitas yang Masuk Hall of Fame Guinness World Records 2023

Pada 2023 ini, Guinness World Records makin inklusif. Empat dari orang-orang berprestasi yang diakui di Hall of Fame adalah penyandang disabilitas.

oleh Chelsea Anastasia diperbarui 14 Jun 2023, 18:00 WIB
Max Park, Juara Rubik Cepat dan Seorang dengan Gangguan Spektrum Autisme. (Instagram/@maxfast23)

Liputan6.com, Jakarta - ‘Hall of Fame’ merupakan halaman khusus berisi beberapa pemegang gelar Guinness World Records paling ikonik di dunia.

Melalui Hall of Fame, semua orang dapat membaca tentang kisah di balik beberapa pencapaian paling luar biasa dalam sejarah yang dicapai sosok-sosok hebat di sana.

Tak hanya untuk orang-orang yang memiliki kondisi sehat dan lengkap, Guinness World Records juga memungkinkan penyandang disabilitas masuk ke Hall of Fame.

Pada 2023 ini, Guinness World Records makin inklusif. Empat dari orang-orang berprestasi yang diakui di Hall of Fame adalah anggota komunitas disabilitas, seperti melansir Ameri Disability.

Siapa saja mereka?

Juara Rubik Cepat, Max Park

Max Park merupakan anak muda berusia 21 tahun yang berprestasi dalam memecahkan rekor kecepatan menyelesaikan rubik. 

Lahir dan tumbuh di California, Amerika Serikat (AS), Max merupakan seorang laki-laki dengan gangguan spektrum autisme.

Ada beberapa metode terapi berbeda yang bermanfaat bagi anak-anak dengan spektrum autisme, seperti analisis perilaku terapan, terapi perilaku-kognitif, terapi bermain, dan lain-lain.

Untuk Max, bentuk terapi bermain yang meningkatkan otak, khususnya rubik, adalah sebuah metode terapi yang paling efektif.

Orangtua Max, Schwan dan Miki Park, awalnya memperkenalkan putra mereka dengan rubik untuk membantu memperkuat keterampilan motorik halus dan keterampilan sosialisasi. Tidak butuh waktu lama, kedua orangtua pun menyadari bahwa Max dengan cepat menguasai teka-teki rubik itu.

Selama bertahun-tahun, Max telah mendapatkan peringkat teratas di kompetisi rubik yang tak terhitung jumlahnya, berkat keterampilan pemecahan masalah yang cepat.

2 dari 4 halaman

Atlet Renang Penyandang Dwarfisme, Ellie Simmonds

Atlet Renang Penyandang Dwarfisme, Ellie Simmonds. (Instagram/@elliesimmonds)

Terlahir dengan achondroplasia, suatu bentuk dwarfisme, Ellie Simmonds terjun ke renang sejak dini, hingga mencapai status elit pada awal masa remajanya.

Mengutip WebMD, dwarfisme adalah kondisi disabilitas seseorang yang membuatnya bertubuh pendek karena genetik ataupun alasan medis.

Ellie menjadi atlet Inggris termuda yang berkompetisi di Paralimpiade Musim Panas 2008, dinobatkan sebagai Kepribadian Olahraga Muda BBC Tahun Ini dan menjadi penerima termuda dari Ordo Kerajaan Inggris (MBE) Paling Unggul. 

Selama karier peraih medali emasnya, Ellie menorehkan prestasi di tiga pertandingan Paralimpiade (London 2012, Rio 2016 dan Tokyo 2020), serta beberapa kejuaraan dunia.

Di luar kolam renang, dia juga sempat aktif menari untuk berkompetisi di Strictly Come Dancing dalam upaya mendukung Dwarf Sports Association UK.

3 dari 4 halaman

Penyandang Sindrom Poland sekaligus Pencipta Lengan Prostetik LEGO, David Aguila

Penyandang Sindrom Poland sekaligus Pencipta Lengan Prostetik LEGO, David Aguila (Instagram.com/handsolo99)

David Aguilar, seorang penyandang sindrom Poland, menciptakan lengan prostetik LEGO fungsional pertama di dunia.

Sindrom Poland adalah kelainan ketika seseorang terlahir tanpa otot di bagian tubuh tertentu, atau dengan otot yang kurang berkembang, seperti melansir Klikdokter.

Adapun lengan prostetik adalah robot lengan yang dapat berfungsi sebagai lengan buatan yang tampak dan terasa nyata.

David sangat terampil dengan balok LEGO, meskipun lahir dengan sindrom Poland. Kondisi bawaan ini menyebabkan lengan kanannya kurang berkembang.

Ketika masih remaja saat itu, David menciptakan lengan prostetik LEGO fungsional pertama di dunia. Penemu kreatif ini juga seorang mahasiswa, pendukung inklusivitas, dan penulis.

4 dari 4 halaman

Wanita Tertinggi di Dunia, Rumeysa Gelgi

Wanita Tertinggi di Dunia, Rumeysa Gelgi. (Instagram/@rumeysagelgi)

Memiliki tinggi kurang lebih 215 cm, Rumeysa Gelgi dikenal sebagai wanita tertinggi yang hidup di dunia. Namun, ia juga mengambil peringkat teratas untuk beberapa catatan lain, termasuk:

  • Jari terpanjang pada wanita hidup: 4,40 inch (sekitar 11 cm).
  • Tangan terbesar pada wanita hidup: tangan kanannya berukuran 9,81 inch (sekitar 25 cm) dan tangan kirinya berukuran 9,55 inch (sekitar 24 cm).
  • Punggung terpanjang pada wanita hidup: 23,58 inci (sekitar 59 cm).

Rumeysa mengatakan, tinggi badannya yang memecahkan rekor disebabkan oleh sindrom Weaver, suatu kondisi genetik langka yang menyebabkan kelainan pertumbuhan tulang.

Rumeysa selalu menganggap dirinya sebagai orang yang positif berjuang untuk menginspirasi, serta memberdayakan orang lain.

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya